Setelah mendapat restu sang ibu, Gauri pun belajar memanah dengan ayahnya dihutan, tentu saja sang ayah dengan semangat mengajari putri kecilnya itu.
"Sebelum kau melesatkan anak panah ke sasaran, ayah ingin tahu, apa yang sedang kau lihat dari burung yang akan kau buru itu?"
Sebenarnya, Kagami hanya ingin menguji kejelian dari Gauri, karena menggunakan busur panah bukan hanya sekedar untuk mainan anak-anak.
"Aku hanya melihat mata burung itu saja, ayah." Sambil memposisikan busur dan anak panah untuk membidik sasaran.
Dengan tersenyum bangga, Kagami menyuruh Gauri untuk membidik mata dari burung tersebut.
"Sekarang lepaskan anak panah dari busurnya, dan bidik mata burung itu, kau harus mengenai tepat di matanya. Jika kau sampai melesat, ayah tidak akan mengizinkan mu untuk menggunakan senjata panah lagi."
Memang terdengar keras dan menuntut, tetapi sekali lagi Kagami ingin menguji Gauri apakah Gauri memang layak diramalkan bahwa ia akan membawa perubahan dalam peradaban dunia seperti yang dibilang mendiang ayah mertuanya atau tidak.
'crashh'
Setelah anak panah itu dilepaskan Gauri dari tangannya, anak panah itu melesat tepat di bola mata burung itu.
Dan membuat Kagami semakin melengkungkan senyum bangga. Dia sungguh tak menyangka, bahwa tanpa diajari terlalu banyak, putrinya sudah bisa memahami dalam teknik menggunakan busur panah, seolah-olah putrinya sudah belajar sejak lama.
Ini memang sedikit mengganjal dipikirannya, apakah putrinya ini seorang reinkarnasi?.
'Apa yang aku pikirkan, tidak seharusnya aku meragukan putriku sendiri, dia adalah keturunan ku, tentu saja dia akan menuruni bakatku juga,' batin Kagami
Apapun keadaanya ia akan selalu melindungi keluarga kecilnya meskipun ia harus menaruhkan nyawanya sendiri.
"Gauri kau sudah berhasil dalam tahap awal, sekarang saatnya kau berlatih membidik babi hutan, kau harus mengenai Tepat pada tubuh babi tersebut, jika anak panahmu meleset, babi itu akan semakin tak terkendali dan membahayakan dirimu nanti. Ini memang sulit, tapi ayah yakin kau bisa, ketika kau membidik mata burung tadi, ayah tidak menyangka kau akan belajar secepat itu, dan sekarang saatnya tantangan yang sesungguhnya untuk dirimu, nak."
"Baiklah, ayah." Gauri sangat senang ketika ayahnya sangat mempercayai dirinya.
"Membidik babi hutan harus dengan kejelian dan ketika kau berjalan menghampiri babi itu, jangan sampai kau mengeluarkan suara apapun itu. Maka dari itu ayah akan menyingkir dan ayah tidak akan mendampingi dirimu saat kau mengejar babi hutan itu, ayah harap kali ini kau juga berhasil, Gauri," ujar Kagami menyemangati putrinya.
Gauri pun tersenyum dan menganggukkan kepala, tanda bahwa ia mengerti apa yang dikatakan ayahnya, dan langkah apa yang akan diambilnya nanti.
Sebenarnya Kagami takut meninggalkan Gauri dihutan, bagaimanapun Gauri masihlah anak-anak berusia 8 tahun, tetapi melihat semangat dalam diri gauri, Kagami percaya bahwa putrinya akan berhasil. Kagami pun mulai meninggalkan Gauri dihutan itu sendiri.
Setelah melihat ayahnya berjalan menjauh dari hutan, Gauri mulai berjalan semakin jauh kedalam hutan belantara, tidak ada rasa takut sama sekali dalam diri gauri.
Setelah berjalan semakin dalam ke hutan, ia pun melihat babi hutan, dengan langkah yang mengendap-endap, dia menarik anak panah dari busurnya, dan berjalan lagi semakin dekat, setelah merasa jaraknya dengan babi itu tepat, dia pun ingin melepaskan anak panahnya, tetapi tak disangka ada seseorang berjalan semakin dekat dengannya, yang membuat konsentrasi Gauri buyar, dan anak panahnya melesat jauh dari sasaran dan tanpa disadari gauri, anak panahnya menancap di bebatuan, dimana bebatuan tersebut mengeluarkan api karena gesekan dari anak panah dengan batu tersebut.
Seseorang yang mendekati gauri pun mulai terlihat, dia adalah seorang pemuda remaja yang sangat berwibawa dan sangat menawan, didalam bola matanya menyiratkan sebuah kekuasaan dan ilmu pengetahuan, yang membuat Gauri diam tak bergerak di tempat berdirinya tersebut.
Flashback on
Seorang pemuda berusia sekitar 16 tahun sedang melakukan perjalanan mengembara, dia adalah seorang pangeran dari kerajaan Kumara, dimana dia sedang di perbatasan negara Kumara dan Abhihar.
"Pangeran, ini adalah perbatasan dari wilayah kita, jangan sampai kita melanggar perbatasan yang sudah dibuat dari masing-masing kerajaan, pangeran." Nasihat dari ajudan pangeran tersebut.
Tak lama kemudian, pangeran tersebut merasa bahwa ada seseorang di dalam hutan ini, dia pun turun dari kuda yang ditungganginya dan mulai berjalan di hutan wilayah Abhihar.
Para prajurit yang mengikuti pangerannya pun semakin takut kalau pangerannya akan menginjakkan kaki ke wilayah kerajaan Abhihar, dimana kerajaan tersebut adalah musuh bebuyutan kerajaan Kumara. Ajudan pangeran tersebut pun mulai mengeluarkan suara lagi.
"Pangeran hamba mohon, demi nyawa hamba, jangan pergi kehutan itu yang mulia, kalau sampai ketahuan mata-mata dari Abhihar, kita akan terkena masalah, pangeran. Hambamu ini memohon pada pangeran," ujar sang ajudan sambil membungkukkan tubuhnya.
"Nandu, aku ini bukan pengecut yang harus berlindung dibalik dinding Kumara, aku punya hak untuk pergi kemanapun aku mau, tidak ada yang bisa menghentikan aku, termasuk dirimu, Raja, maupun Kerajaan sekalipun." Dengan nada datar dan dingin dia mengutarakan hal yang menurutnya benar kepada sang ajudan yang bernama Nandu tersebut.
"Tapi pangeran ....."
"Jika kalian takut, kalian pulanglah terlebih dulu, aku ingin menemui seseorang yang ada di hutan ini. Jika kalian ditanya raja dimana aku, maka kau katakan bahwa putranya ini ingin mencari sebuah kebenaran hidupnya."
Para prajurit dan ajudan pangeran tersebut pun heran dengan teka-teki pangerannya. Mereka saling pandang. Yang benar saja, kalau mereka mengatakan hal tersebut pada raja nya, yang ada mereka akan kehilangan kepalanya. Sungguh tidak masuk akal pemikiran pangerannya ini.
"Cepat kalian pergi dari hadapanku sekarang juga." Dengan geram pangeran pun membentak para pengawalnya.
"Sekali lagi ku katakan, aku tidak suka di perlakukan seperti anak kecil dan jika dalam hitungan ketiga kalian tidak pergi dari hadapanku, selamanya kalian tidak akan bisa pulang ke rumah kalian selama-lamanya."
Dengan ancaman dari pangeran membuat nyali mereka menciut dan dengan terpaksa mereka meninggalkan sang pangeran tersebut diperbatasan wilayah musuhnya.
Melihat prajurit nya lari terbirit-birit, diapun menoleh kearah ajudannya yang masih berdiri di sampingnya.
"Kenapa kau masih berdiri disini, nandu?" Tanya pangeran dengan dahi berkerut heran.
"Hamba disini tidak hanya sebagai orang kepercayaan pangeran saja, tetapi hamba adalah sahabat pangeran juga, seorang sahabat tidak akan meninggalkan sahabatnya sendiri di wilayah musuh, pangeran, bukan karena hamba meragukan kemampuan pangeran, hanya saja hamba ingin selalu berguna untuk pangeran, disini hamba tidak akan mengusik pangeran, pangeran bisa melakukan apapun yang pangeran inginkan, hamba akan berdiri disini sampai pangeran yang memanggil hamba," ucap nandu panjang dengan membungkukkan badan kepada pangerannya sebagai tanda hormat.
"Baiklah, aku akan membiarkanmu disini."
Ajudannya yang satu ini memang pintar dalam membujuknya.
Pangeran pun mulai melangkahkan kaki pada perbatasan dan sekarang ia berada di kawasan Abhihar, musuh kerajaannya sendiri.
Di dalam hutan, dia melihat babi hutan disana, dan di sebelah barat dia melihat seorang gadis kecil mengarahkan busur panahnya kepada babi hutan.
Dengan langkah cepat yang mungkin akan mengusik konsentrasi gadis itu dan membuat babi itu berlari, dia pun mendekati gadis itu untuk menghentikan aksi berburu gadis kecil itu.
Flashback off
"Siapa kau?" Tanya gauri
"Kau sudah membuat binatang buruanku kabur dan merusak konsentrasi ku."
Dengan menyeringai pemuda itu pun menjawab pertanyaan Gauri.
"Aku tidak merusak konsentrasi mu, salahkan saja konsentrasi mu itu, kenapa dia membuatmu tidak fokus saat aku datang." Kata pemuda itu, dimana Gauri tidak mengetahui bahwa pemuda yang ia temui saat ini adalah seorang pangeran dari Kerajaan Kumara.
Gauri pun kehilangan kata-kata lagi, meskipun dia terbilang masih kecil, tetapi dia merasa wajib bertanya kepada pemuda itu.
"Apa maksudmu? Aku merasa kau tidak berasal dari wilayah sini, apa kau penyusup?" Tanya gauri lagi.
"Aku penyusup atau bukan, itu tergantung dari pemikiranmu, aku ada disini untuk menghentikanmu, apa salah hewan itu sehingga kau berniat membunuhnya?"
Gauri terdiam, ia memburu hewan tersebut untuk diberikan kepada ayahnya sebagai bukti, bahwa ia berhasil membidik buruannya, tetapi pemuda ini menghancurkan rencananya.
"Kau dari tadi bicara dengan penuh teka-teki, aku tidak mengerti yang kau ucapkan, aku ini masih kecil untuk memahami teka-teki mu dan ...," ucapan Gauri dipotong pemuda itu.
"Jika kau memang masih kecil, seharusnya kau bermain dipangkuan ibumu, bukannya berburu hewan di hutan."
"Hewan tidak pernah melanggar batasan wilayah manusia, tetapi mengapa manusia selalu melanggar batas wilayah dari hewan? Bukankah itu tidak adil?" Imbuh pemuda tak dikenal itu.
"Kau benar, hewan tidak pernah melanggar wilayah manusia, tetapi aku merasa, bahwa kaulah yang melanggar batasan wilayah negara. Aku tahu kau bukan berasal dari sini, di wilayah Abhihar, tidak ada seorang pun yang memakai pakaian seperti itu."
"Untuk ukuran anak kecil, kau memang sangat cerdas. Kau tahu? Aku bisa saja melaporkan mu kepada antek-antek kerajaan Abhihar, bahwa gadis biasa sepertimu berusaha menggunakan persenjataan. Aku tahu tentang aturan di kerajaan Abhihar, bahwa orang biasa tidak boleh menggunakan senjata, hanya golongan kelas atas dan yang terpilih lah yang boleh menggunakan senjata. Kau juga sudah melanggar batas aturan di wilayah mu sendiri, adik kecil."
Gauri membelalakkan matanya, jujur jika benar pria itu akan mengadukannya kepada pihak istana, maka tamatlah riwayatnya.
"Apa kau tidak takut, kalau ada mata-mata kerajaan yang mengawasimu, dan nanti akan menyeretmu ke penjara bawah tanah?" Tanya pemuda itu.
"Aku tidak takut pada apapun juga." Dengan nada sombong, Gauri menjawab.
"Oh begitu, baiklah. Aku akan panggil penjaga perbatasan Kerajaan Abhihar saat ini juga," ujar Pemuda itu.
Pemuda itu menarik Busur panahnya dan di arahkan ke tempat Prajurit yang sedang berpatroli di perbatasan.
'Crashhh'
Gauri semakin melebarkan matanya karena takut dengan apa yang akan dilakukan pemuda yang ia temui itu.
****
Para prajurit penjaga sedang berkeliling untuk menjaga perbatasan. Mereka bersantai dengan membakar ikan yang telah mereka tangkap dari sungai.
Tiba-tiba mereka mendengar suara dentuman keras, sehingga banyak debu yang berterbangan di tempat itu.
"Hei, siapa disana?" Teriak prajurit itu.
"Apa ada penyusup?" Tanya prajurit lainnya.
"Kita harus melihatnya, ayo cepat. Kita harus mencari tahu apa yang telah terjadi," ujar Prajurit itu.
Semua prajurit menyebar di seluruh hutan untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
****
"Siapa disana?" Teriak Prajurit penjaga.
Mendengar suara Prajurit yang sedang berkeliling membuat Gauri takut dan tanpa sengaja Gauri memegang lengan Pemuda itu.
"Lepaskan tanganmu, aku harus cepat kembali. Jika tidak mereka akan menangkap ku nanti."
"Jangan tinggalkan aku. Tunggu!" Gauri berlari mengikuti langkah pemuda itu.
Setelah sampai di tempat yang aman, mereka berhenti.
"Hah hah." Napas Gauri terengah-engah karena lelah.
"Sebenarnya siapa dirimu?" Tanya Gauri lagi.
"....." Pemuda itu hanya diam, dan melanjutkan perjalanannya untuk kembali ke wilayahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Mukhu18
Ceritanya beda kok. Dan sangat bagus. Lanjut thorr
2021-02-14
1
Adelia Ananda
inimah cerita nya sama, sama cerita pertemuan sati sama mahadev
2021-02-07
0