Prajurit dan Jendral Abhihar mengira bahwa Kagami pergi seorang diri, karena pada saat Kagami dan Urta melihat prajurit Abhihar, posisi Urta dan Gauri tertutup pohon besar yang ada di depannya, sedangkan posisi Kagami berada disamping pohon, sehingga prajurit dan Jendral Abhihar hanya melihat Kagami seorang diri.
Setelah teriakan Jenderal Abhihar, Kagami berlari sejauh mungkin dan berusaha mengalihkan arah pandang prajurit Abhihar, Kagami pergi berlawanan arah dengan posisi Urta dan Gauri, agar prajurit Abhihar tidak mendatangi tempat yang tadi ia gunakan untuk berdiri, dimana disana ada Gauri dan Urta yang bersembunyi di balik pohon besar.
"Hei! Kau Kagami, bukan? Berhentiii!" perintah Jenderal Abhihar.
Dirasa tempatnya sudah jauh dari posisi Urta dan anaknya, dia pun berhenti menghadapi prajurit Abhihar beserta Jenderalnya.
"Iya, aku Kagami," ucap Kagami lantang.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Jenderal dengan menuntut.
"Bukankah aku adalah mengembara? Aku bisa pergi kemanapun aku mau, baik wilayah Abhihar, maupun Kumara," jelas Kagami.
"Lalu, mengapa kau berlari saat aku memanggilmu?" Tanya Jenderal.
Kagami terdiam, dia tak tahu harus berkilah seperti apa. Dan berharap semoga mereka tidak curiga.
"Kalau kau Kagami sang mengembara, berarti kau Kagami Saigupta, bukan? Jendral, kudengar dia memiliki seorang putri," ujar salah satu prajurit Abhihar.
"Benarkah? Jika begitu, pasti kau ingin membawa kabur putrimu, bukan?" Jenderal Abhihar mengintimidasi Kagami.
"Apa kau melihatku membawa kabur putriku?, Lalu bagaimana kau mengira aku membawa kabur putriku?" kilah Kagami.
"Kalau kau tidak membawa kabur putrimu, lalu apakah kau sudah membawa putrimu menghadap yang mulia Raja Abhihar?."
"Sampai mati pun, aku tidak akan memberikan putriku pada raja itu."
"Jadi kau menentang perintah raja? Baiklah, bawa dia menghadap raja di istana nanti," ucap Jenderal kepada para prajurit.
Para prajurit mengikat tubuh Kagami dan membawanya menuju istana. Meskipun dia bisa memberontak, tetapi dia tidak akan melakukannya, karena jika dia berontak dan kabur, mereka akan mencari keberadaan istri dan anaknya. Sedangkan dia sendiri, tidak tahu apakah istri dan anaknya masih berada dihutan atau sudah berhasil lolos dari hutan.
Urta melihat suaminya ditawan para prajurit istana, dan dia hanya bisa berdoa semoga suaminya selamat dan bisa kumpul bersama lagi, meskipun itu kemungkinan kecil, Urta ingin menangis, tetapi karena ada Gauri disampingnya, dia tidak akan menunjukkan kelemahannya pada putrinya.
"Ibu, ayah mana?" tanya Gauri kepada ibunya.
"Ayahmu sedang ada urusan, ayo kita pergi, kita harus cepat pergi dari sini, nak."
"Tapi Bu, apa kita akan meninggalkan, ayah?"
"Ayahmu akan menjemput kita nanti, setelah urusannya selesai, nak."
"Lalu, kita mau pergi kemana Bu?"
Gauri adalah anak yang cerdas, meskipun ibunya ingin membohonginya, ia tidak akan percaya begitu saja, karena dia juga melihat ayahnya dibawa prajurit istana.
"Kemanapun kita pergi, semoga langit selalu memihak kita, nak. Karena mulai sekarang, cobaan hidup sedang menanti kita."
****
10 Tahun kemudian.
Seorang gadis berusia 18 tahun sedang memainkan seruling dibawah pohon ditepi danau. Dia memainkan melodi yang menyayat hati, sehingga yang mendengar pun akan tahu isi hatinya saat ini.
Ya, dia adalah Gauri Saigupta, Ayah dan Ibunya meninggal karena hukuman dari Raja Abhihar, karena rencana pelarian mereka ketahuan, dan para prajurit Istana lainnya berhasil menangkap dirinya dan Ibunya.
Tetapi pada saat dirinya juga akan dibunuh, seorang penasihat istana menolongnya. Meski sang raja sangat keras kepala ingin membunuh Gauri, tetapi penasihat istana tersebut menjelaskan bahwa Gauri hanya seorang anak kecil yang belum tentu inkarnasi pendamping Abigail.
Penasihat itu bilang bahwa Gauri tidak bersalah dan karena kecerdasan Gauri, penasihat istana meminta kepada sang Raja, agar suatu saat menempatkannya pada posisi yang penting di Istana Abhihar.
Dan penasihat Istana itu menginginkan bahwa hak asuh Gauri diberikan kepadanya, karena selama menikah, istrinya belum juga mengandung. Penasihat istana itu dulu adalah tetangga Urta dan Kagami. Dia merasa tidak keberatan bila mengasuh anak Kagami dan Urta.
Meski sedikit keberatan untuk tidak membunuh Gauri, raja berusaha mempercayai bahwa Gauri bukan inkarnasi Mansya. Dan Raja pun membantai gadis kecil dan bayi perempuan lainnya. Karena kekejaman dari sang Raja, rakyatnya menderita karena kehilangan anak perempuan mereka, dan meninggalkan sejarah pilu bagi penduduk Abhihar.
Penasihat istana bernama Agarwa dan istrinya bernama Wida. Mereka mendidik Gauri dengan sangat baik, kecerdasan dan ketangkasannya sudah ada sejak dia dilahirkan, mereka merasa beruntung karena bisa menjadi orangtua untuk Gauri.
Dan saat usia Gauri menginjak 15 tahun, dia di ajarkan bagaimana menggunakan senjata pedang dan busur panah, dengan sangat cepat diapun menguasai ilmu bela diri dan menguasai persenjataan.
Dengan terkagum-kagum sang Raja pun mengangkat Gauri menjadi panglima perang saat usianya 17 tahun.
Tetapi orangtua angkat Gauri, Agarwa dan Wida wafat karena sakit di usia lanjutnya.
Dan Gauri pun hidup sebatang kara, hidupnya hanya untuk mengabdi pada kerajaan Abhihar saja.
***
Suara seruling yang dimainkan oleh Gauri, membuat orang yang mendengarnya bisa merasakan apa yang dirasakan olehnya, orangtua kandungnya telah di bunuh, orangtua angkatnya yang sudah ia sayangi pun telah wafat.
"Gauri?" Seseorang memanggil Gauri dari kejauhan. Orang itupun mulai mendekati Gauri.
"Gauri, kau tahu? Raja Abhihar sedang merencanakan peperangan untuk melawan kerajaan Kumara," ujar orang itu.
"Aku tahu, Adam. Maka dari itu, aku sedang memikirkan cara untuk meraih kemenangan dalam perang. Aku tahu, kemaren kita menang, entahlah dengan besok, kita tidak akan tahu," ujar Gauri
"Apakah raja Abhihar sudah menyiapkan dana dan bahan makanan dan keperluan lainnya untuk perang besok?" tanya Gauri kepada Adam, sahabatnya.
"Aku tidak tahu Gauri," sahut Adam dengan nada sedih, sejujurnya Adam sungguh kasihan dengan hidup Gauri, dia bisa melihat, bahwa Gauri hanya dijadikan alat pertempuran oleh raja serakah itu, tapi dia bisa apa? Nasibnya sendiripun sama menyedihkannya dengan Gauri.
Gauri dan Adam sudah lama bersahabat sejak Gauri di angkat menjadi jenderal perang, dimana Adam menjadi rekannya dalam tugas peperangan.
"Gauri, kalau kau lelah, mengapa kau tak pergi saja dari istana Abhihar?"
Gauri pun menoleh dengan tersenyum.
"Aku mau pergi kemana, Adam? Tempat tinggalku adalah disini, aku lahir dan besar di tanah ini."
****
Kerajaan Kumara.
"Hormat hamba, Yang Mulia Kaisar." Seorang prajurit Kumara memberi hormat kepada Kaisar Kumara.
"Hn, berita apa yang ingin kau sampaikan?" tanya Kaisar dengan nada yang datar.
"Mohon ampun kaisar, kerajaan Abhihar mengirimkan surat untuk yang mulia Kaisar," ujar prajurit itu seraya memberikan surat dengan membungkukkan badan kepada Kaisar Kumara.
Kaisar Kumara pun mengambil surat dari tangan prajuritnya dan membaca suratnya. Surat itu berisi tentang peperangan uang di ajukan oleh Raja Abhihar, untuk menaklukkan kerajaan Kumara.
Dengan geram, kaisar Kumara meremas surat itu hingga tak terbentuk. Akibat dari peperangan yang dulu, ayahnya menjadi korban, dan sekarang dia akan membalas kematian dari ayahnya, dia akan memberikan pelajaran yang tak akan terlupakan oleh orang yang sudah membunuh ayahnya di medan perang.
Orang yang telah membunuh ayahnya adalah Jenderal Abhihar, dia hanya seorang gadis biasa. Yang selalu dipikirkan olehnya adalah, mengapa ayahnya bisa kalah oleh gadis biasa seperti itu.
"Aku tak akan pernah mengampuni raja Abhihar dan jenderal nya itu. Akan ku buat dia merasakan apa itu neraka," gumam Kaisar Kumara yang bernama Yuvraj Bairav.
"Aku telah berjanji kepadamu ayah, bahwa aku akan menaklukkan kerajaan Abhihar dan memperluas kerajaan Kumara. Akan ku tunaikan janjiku sekarang juga," ujar Yuvraj.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Download
Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Comments