" Iya Papa ingin kau menikahi Vivian, karena adalah gadis yang baik."
Haris mengusap kasar wajahnya, karena menurutnya ini sungguh diluar akal sehatnya, bagaimana bisa pria sempurna sepertinya, menikah dengan seorang anak angkat, dan yang lebih parahnya, gadis itu seorang wanita cacat.
" Aku tidak mau, dan sampai kapanpun tidak akan pernah ada pernikahan aku, dan gadis cacat itu...!"
" Berhenti menyebut Vivian dengan sebutan seperti itu Haris...!" Seru Henri, dengan sedikit berteriak.
" Tapi Paa.., aku punya kekasih, dan aku begitu mencintainya." Seru Haris, dengan nada memelas.
" Tapi Papa tidak suka cara kalian berdua menjalin hubungan, hubungan kalian hanya sebatas pacaran, tapi kalian sudah sering melakukan hal itu."
" Tapi Paa..?! "
" Papa bukan anak kecil lagi, kau sudah sering menginap ditempat wanita itu. Dan sangat mustahil, kalau kalian tidak melakukan hal itu."
" Tapi Paa.., aku tidak mencintai dia...!"
" Tapi ini sudah keputusan Mama, dan Papa." Seru Rania, yang baru saja datang bersama Riana, putrinya.
" Dan juga keputusanku Kak..!" Timpal Riana pula.
" Diam kau anak manja..!!" Seru Haris, dengan sedikit berteriak.
" Papa...!" Seru Riana, yang merajuk pada Henri Wilson.
" Sayang persiapkan dirimu, sebentar malam kita akan menemui Ana, untuk meminta Vivian, menjadi menantu kita."
" Tentu Sayang.." Jawab Rania.
" Sekali aku tegaskan, sampai kapanpun aku tidak mau menikah dengan gadis cacat itu..?!"
" Kalau kau tidak mau menikahi Vivian, Papa akan mencopot jabatanmu dari Wilson Group."
Riana, Sayang, ayo kita pergi karena kita harus membeli bucket bunga, sebelum kita kemakam Kakekmu, Edward." Ajak Henri, pada istri, dan anak perempuannya.
" Ayo Sayang.."
" Da..Kakak.." Pamit Riana, yang membuat Haris semakin terlihat begitu kesal.
Menjatuhkan tubuhnya disofa panjang, yang terletak diruang tengah itu, dan dia terlihat begitu syok.
" Apa yang harus aku lakukan? haruskah aku menikahi gadis cacat itu..?." Gumamnya, dengan raut wajah yang begitu frustasi.
*******
Malam hari.
Disebuah hunian kecil, yang tak jauh dari kediaman Henri Wilson, tampak tiga sosok orang dewasa, tengah berbincang.
" Ayolah cucuku, cobahlah kau belajar untuk berjalan, agar kita bisa tau perkembangan pengobatanmu selama ini." Pinta Sophia, pada Vivian.
" Baiklah Oma Shopia, aku akan coba untuk berjalan tanpa mengunakan tongkat." Jawab Vivian, yang terlihat begitu bersemangat.
Dia mulai bangun dari duduknya, dan mencoba untuk melangkah tanpa bantuan tongkat, walaupun terasa sulit, dan kakinya begitu sakit, tapi Vivian tidak mau mengecewakan kedua wanita bedah usia itu.
Dan mulai melangkah, dengan perlahan.
" Ayo cucuku, kamu pasti bisa..!" Seru Sophia, untuk memberi semangat pada anak angkat, dari Ana.
Tersenyum, dan terus melangkahkan kaki, dan sampai langkah yang kelima, diapun terjatuh.
" Auww...!" Rintihan Vivian, sembari memegang kakinya, dengan airmata yang sudah menetes.
Ana segera menghampiri anak angkatnya, sembari mengusap cairan bening, yang sudah membasahi pipinya.
" jangan menangis anakku, Bibi yakin kau pasti bisa berjalan. Jadi kau tidak boleh patah semangat, kau mengerti..?!" Ucapnya, sembari tersenyum.
" Tentu Bibi, aku yakin, aku pasti bisa berjalan." Jawabnya tersenyum.
Dia kembali duduk dikursi, dan mereka terlibat perbincangan.
" Oma minta kau tetap semangat, Oma yakin kau pasti bisa berjalan kembali."
" Tentu Oma." Jawabnya, dengan menopang dagunya menatap Ana, dan Sophia.
" Apakah Tuan Haris masih sering mengejekmu..?" Tanya Sophia, sembari menatap lekat wajah cantik itu.
Memaksa diri untuk tersenyum, sembari mengangguk ia, ditengah rasa kesalnya pada lelaki tampan itu.
" Oma yakin, kalau Tuan Haris itu menyukaimu. Hanya gengsinya dia terlalu besar, hingga membuat dia tidak menyadari kalau dia menyukaimu." Ucapnya tersenyum.
" Oma bicara apa..! mana mungikin pria seperti dia menyukaiku, kalaupun dia menyukaiku, tidak mungkin dia akan selalu menghina ku terus." Seru Vivian, dengan mimik cemberut.
" Haris itu dia mewarisi sifat ayahnya, kau tau dulu Tuan Wilson, begitu mencintai Nyonya Rania, tapi dia tidak pernah mau mengakui perasaannya."
" Benarkah seperti itu Bibi..?!" Tanya Vivian, pada orang tua angkatnya.
" Iya, dulu Nyonya Rania yang terlebih dahulu mencintai Tuan Wilson, dan dia begitu bersabar hingga berhasil meluluhkan hati Suaminya. Karena Tuan Wilson, memiliki sifat yang sedikit kasar, dan juga dingin."
" Jadi seperti itu yaa kisah cinta Tuan, dan Nyonya Wilson." Gumamnya pelan.
Mereka duduk, sembari berbincang.Dan gadis cantik itu, memutuskan untuk pamit kekamarnya.
" Oma Sophia, Bibi Ana, aku pamit kekamar dulu.." Pamit Vivian, pada kedua wanita bedah usia itu.
" Istrirahatlah kalau kau memang sudah lelah." Seru Ana, pada anak angkatnya.
******
Berbaring diatas ranjang, dengan pandangan menatap langit - langit kamarnya.
" Oma Sohpia bilang, dia menyukaiku. Dan menurutku, itu sangat mustahil. Mana mungkin dia menyukaiku, sementara dia begitu mencintai kekasihnya. Dan mana mungkin ada seseorang yang menyukai seseorang, tapi dia sering menyakiti perasaannya, yaa..! seperti biasa dia menghinaku, dengan mengataiku gadis cacat, dan hanya bisa merepotkan saja." Gumamnya dengan wajah sendu, dan tersirat kesedihan disana, karena diam - diam dia begitu mengagumi pria tampan itu.
******
Terdengar suara ketukan pintu, yang mengalihkan kedua wanita bedah usia itu saat tengah berbincang - bincang.
" Sepertinya ada tamu Ana.."
" Biar aku yang membukanya Bibi."' Seru Ana, dengan bangun dari duduknya, untuk membuka pintu.
Dan saat pintu terbuka, dia sedikit terkejut mendapati keberadaan pasangan Suami istri Henri, dan Rania.
" Tuan, Nyonya..!"
" Bolehkah kami masuk Ana..?!" Seru Rania, saat mereka masih berada didepan pintu.
" Te..tentu saja boleh, ayo masuk." Ucapnya, dengan mempersilahkan Rania, dan Henri untuk masuk kedalam rumahnya.
*****
Kini keempat orang dewasa itu, tengah duduk diruang tamu.
Ana terlihat begitu penasaran karena tidak biasanya, pasangan Suami istri itu bertandang kerumahnya, kalau bukan ada sesuatu yang penting.
" Maaf Tuan, Nyonya, apakah ada sesuatu yang penting? hingga kalian kemarih..?" Tanya Ana, untuk menjawab rasa penasarannya.
" Ka.." Belum sempat Rania menjawab pertanyaan Ana, Henri sudah menyela ucapannya.
" Biar aku saja yang bicara Sayang, tujuan kita untuk datang kemari."
" Tujuan..?" Tanya Ana, yang terlihat semakin penasaran.
" Iya, dan aku tidak ingin berbelit - belit. Dan aku ingin menyampaikan tujuan kami kemari. Aku, dan Rania ingin melamar Vivian, putri angkatmu, untuk jadi istri dari Haris."
" Apa..?!" Terkejutnya Ana, dan Sophia sembari saling menatap sekilas.
" Apakah Tuan serius, ingin melamar putri angkatku untuk menjadi istri dari Tuanmuda Haris..?" Tanya Ana, seolah tak percaya.
"Iya Ana, dan kami minta kamu menerima lamaran kami ini, karena hanya Vivian lah wanita yang pantas mendampingi putra kami." Seru Rania, dengan tatapan memohon.
" Baiklah Tuan, Nyonya, tapi aku harus bicarakan dulu dengan putriku."
Rania memegang lembut jemari wanita yang hampir sebaya dengannya itu, dan dengan tatapan memohon, dia berbicara pada Ana.
" Aku mohon bujuklah Vivian, dan aku yakin dia pasti menerima perjodohan ini, karena dia begitu menyayangimu." Pinta Rania, sembari menatap lekat wajah wanita paruhbaya itu.
Menghembuskan nafas dalam, sembari menatap pasangan Suami istri itu, secara bergantian.
" Baiklah, aku akan membujuknya." Jawabnya, dengan suara yang terdengar berat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Sugiyanto Samsung
Vivian pasti mau dijodaohkan
2021-09-16
0
D.R.S
kenapa harus haris?? knp gak harry aja..
2021-03-17
0
D.R.S
852
2021-03-17
0