Indah benar-benar menjadi asisten Andrian. Yang mengikuti kemanapun Andrian pergi dan banyak lagi yang dia pelajari dari pria tampan nan dingin itu. Hari-hari Indah benar - benar sibuk, sampai tidak ada waktu untuk berkumpul dengan teman-temannya. Weekend dia habiskan untuk tiduran dan spa di rumah. Andrian benar-benar menyiksanya dengan pekerjaan. Belum lagi meja kerjanya ada di dalam ruangan Andrian. Sehingga dia tidak bisa hanya bermain ponsel sekejap untuk membuang lelah dan bosannya. Jika ponselnya bunyi saja Andrian sudah langsung memancarkan tatapan mematikan yang membuat Indah tidak berani melirik ponselnya sama sekali.
Sepulang dari kantor Andrian waktu itu, dia langsung protes kepada ayahnya tapi keputusan ayahnya tidak dapat di ganggu gugat.
"Ayahhh plisss, Indah gak mau kerja sama dia yah. Nyebelin gitu orangnya!" Indah mendekap lengan ayahnya yang baru pulang kerja dan duduk di ruang keluarga.
"Andrian itu cerdas. Kamu pasti bisa lebih cepat mengerti kalau Andrian yang ngajarin kamu." ucap ayah Gilang dengan lembut sembari menepuk pelan kepala putri semata wayangnya.
"Tapi Indah gak maaauu! Indah janji yah. Indah bakalan belajar sungguh-sungguh biar cepet bisa. Ayah juga cerdas kok. Ayah bisa ngajarin Indah yah." menangkupkan kedua tangannya didepan dada dengan mata memohon.
"Tapi ayah gak mungkin marahin kamu kalau kamu bikin kesalahan. Belajar paling cepat tuh memang dengan orang lain yang lebih tega sama kita sayang."
"Jadi ayah tega kalo Indah di marahin sama manusia kulkas satu pintu itu?" Ganti cemberut sekarang. Membuat ayahnya menjadi gemas dengan anak gadis dua puluh empat tahun yang akan selalu menjadi gadis kecil untuknya itu.
"Ya gak apa-apa. Kan ayah gak liat kamu di marahinnya. Jadi ayah tega-tega saja hahaha." kalimat ayahnya semakin membuat Indah frustasi.
"Lagian ayah yakin dia gak mungkin marahin anak kesayangan ayah ini. Dan kamu jangan jahat-jahat kaya gitu panggil dia kulkas satu pintu lagi." Ayah Gilang menggelengkan kepalanya.
"Emang dia dingi begitu kok. Indah rasa hatinya udah beku makanya dingin begitu. Gak ada yang menghangatkan hatinya kayaknya. Kurang kasih sayang dia ya yah?"
"Mungkin. Kenapa gak kamu saja yang mencoba menghangatkan hatinya? Dia dulu anak yang hangat penuh senyuman. Dia sekarang hanya sedang kecewa dan terluka saja makanya jadi dingin begitu."
"Mana bisa Indah menghangatkan hati manusia beku kaya dia. Yang ada nanti Indah yang ketularan jadi dingin. Ayah mau Indah jadi manusia angkuh tanpa senyuman? Tapi ngomong-ngomong kecewa dan terluka karna apa yah? Mba Sarah juga bilang dia terluka." Indah mencoba memikirkan kemungkinan apa yang membuat Andrian menjadi seperti itu.
"Atau dia ditinggal nikah sama pacarnya ya yah? makanya dia kecewa dan terluka? kasihan banget sih hahaha." Bunda menggelngkan kepalanya. Kasihan kok dia malah tertawa?
"Bukan hak ayah untuk menjelaskan. Nanti kalau kalian sudah dekat mungkin Andrian mau menjelaskannya sendiri sama kamu." Indah mendengus pasrah karena rasa penasarannya tidak terjawab.
"Tapi Indah gak usah kerja disana ya yah plisss.. Bun, bantuin Indah bujuk ayah dongggg.." sekarang berganti memeluk lengan bundanya.
"Apa yang ayah kamu bilang benar sayang. Kalau kamu belajar sama ayah kapan kamu bisanya. Kamu pasti kebanyakan manjanya dari pada kerjanya nanti." Mencolek hidung putri kesayangannya.
Kini Indah hanya bisa pasrah menerima nasibnya menjadi asisten Manusia kulkas satu pintu.
***
"Nanti malam kamu sudah diberitahu Om Gilang kan kalau kita akan makan malam bersama dengan orang tua kita." suara Andrian membangunkan Indah dari lamunannya.
"Eh? Bagaimana pak? makan malam?"
"Kamu tuh dari tadi melamunkan apa sih? Bukannya kerja malam melamun!" Indah menghela napas. Masih pagi begini saja sudah kena marah.
"Maaf pak.." ucap Indah pasrah. Tapi dibawa sana tangannya mencengkeram rok spannya kuat untuk menahan emosi.
"Nanti sepulang kerja kita berangkat bersama saja. Mobil kamu biar sopir kantor antar kerumah."
"Memang kita mau makan malam dimana pak. Saya kan gak bawa baju ganti. Masa makan malam pake baju kerja begini!" protesnya dengan mulut yang mengerucut.
"Kamu tuh bawel sekali. Itu kita urus nanti saja. Yang penting kamu mau kan berangkat bareng saya? Karena kalau tidak pasti papi saya bakalan marahin saya!" seru Andrian yang selalu tidak sabar menghadapi Indah.
"Iya iya. Indah mau kok. Gak perlu marah juga kan pak. Biar bapak gak di marahin sama Om Alex kok harus saya dulu yang di marahin."
"Sudah sudah. Kamu tuh kalau sekalinya di ajak berbicara selalu saja memanjang. Kembali bekerja!" ucapnya tegas. Indah menurut tapi mulutnya bergerak-gerak mengejek Andrian. Membuat Andrian yang masih memperhatikannya berdeham dan menatapnya tajam. Indah yang mendengar dehaman memberikan senyum termanisnya sembari menatap takut Andrian.
Andrian menggelengkan kepalanya dan kembali pada pekerjaannya yang masih menumpuk di atas meja.
***
Jam lima tepat mereka keluar kantor untuk makan malam bersama keluarga mereka. Indah mengikuti langkah lebar Andrian dengan setengah berlari dan mulut yang tak berhenti menggerutu dengan ketidak pekaan pria didepannya. "Udah tau gue pake rok span begini. Bisa-bisanya dia jalan secepet itu! Ini mau makan malam apa mau cari dokter buat bininya lahiran sih?"
Sesampainya mereka di lobi kantor, mobil Andrian sudah terparkir dengan sopir pria itu disisi mobil yang langsung di buka begitu melihat tuannya datang. Indah duduk di sebelah Andrian. Ini bukan pertama kalianya mereka duduk bersebelahan didalam mobil. Dalam seminggu ini Indah sudah wara-wiri mengikuti Andrian meeting diluar atau meninjau proyek.
Indah melemparkan pandangannya keluar jendela. Mobil selalu hening tak ada percakapan kecuali masalah pekerjaan. Karena ini akan makan malam jadi Indah yakin Andrian tidak akan mungkin mengajaknya berbicara.
Indah menatap sekitar saat mobil memasuki halaman parkir butik. Indah tahu butik ini karena dia juga sering datang ke tempat itu bersama bundanya. Dan setahunya tidak ada restoran didaerah sini. Lalu untuk apa mereka parkir disini?
"Ayo turun!" suara Andrian menarik perhatiannya ke arah pria itu.
"Mau ngapain kita ke sini kak?" jika sudah di luar jam kantor Indah akan selalu memanggil kakak dan bersikap tidak formal kepada Andrian. Karena memang Indah orangnya santai dan tidak suka yang formal-formal.
"Kamu bilang kamu gak mau makan malam pakai baju kerja. Jadi ayo kita beli!" Andrian turun dan menutup pintunya kasar.
"Iisshh ini niat ngajakin beli baju apa ngajakin perang sih? pake banting-banting pintu segala!" Indah kemudian turun dan menutup pintu dan berjalan memasuki butik mengikuti langkah Andrian.
*
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Fitriani
masi mulus blm ada embel2nya .....
2021-01-10
1
Eka Iraone
lanjut
2021-01-05
1
Sri Andre
aku suka
2020-12-10
1