My Annoying Soulmate
"Indah banguuuunnn!!!" Indah Sofia Renjana. Anak semata wayang Gilang Renjana dan Anita Prameswari yang manjanya luar biasa. Mungkin salah kedua orang tuanya juga yang terlalu memanjakan putri mereka itu sejak kecil.
Hari ini hari pertama Indah mencoba bekerja dikantor ayahnya, tetapi jam sudah menunjukkan pukul tujuh dan anak itu masih lelap dibawah selimut.
Bunda Anita menyingkap hordeng, sembari mulutnya yang tak berhenti mengomel kepada putrinya itu.
"Kamu tuh anak perawan, harus bangun pagi mandi biar cantik. Kalo udah siang begini aja masih ileran begitu, siapa yang mau nikah sama kamu!!"
"Indah udah cantik dari lahir bunnn banyak kok yang naksir. Gak usah khawatir Indah bakal jadi perawan tua." mulutnya menjawab tapi matanya masih terpejam rapat seakan direkatkan dengan lem satu kilo.
"Ya udah sekarang mandi sana! Ayah udah nunggu dibawah. Hari pertama masuk kantor kok males begini!! Jangan malu-maluin bunda gara-gara kamu bau gak mandi ya Indah!! Kamu bukan anak SMA lagi!!" dulu saat masih sekolah Indah yang susah bangun pagi lebih sering berangkat hanya dengan cuci muka dan mandi parfum. Untung saja saat kuliah jamnya lebih siang sehingga masih ada waku untuk anak itu mandi.
"Indah gak mandi juga tetep cantik kok bundaku sayang.."
"Pokoknya sekarang bangun dan mandi!! Hari ini kamu bakal dikenalin sebagai anak pemilik perusahaan di rapat besar perusahaan. Malu Indah!! Bunda malu kalo kamu gak mandi. Anak perawan bunda harus perfect hari ini!!" seru bunda Anita sambil berkacak pinggang di sisi ranjang dimana Indah tidur.
Dengan susah payah Indah membuka matanya dan beranjak duduk. Jika tidak buru-buru mandi bundanya ini akan terus-terusan mengomel sampai apa yang di inginkan terlaksana. Bunda yang penyayang menjadi sangat cerewet setelah dirinya lulus kuliah. Katanya demi masa depan Indah yang cerah. Padahal masa depannya sudah terjamin dengan kekayaan yang ayahnya miliki sekarang. Apa lagi dirinya anak tunggal.
***
"Pagi Ayah" Indah mencium pipi kanan sang Ayah yang sedang menyantap sarapan paginya.
"Pagi sayang. Udah siap kan belajar ngantornya??" tanya ayah Gilang dengan senyum dan tatapan hangat. Ayahnya ini adalah orang yang hangat dan penyayang yang tidak pernah marah sekalipun kepadanya.
"Siap gak siap si yah. Demi ayah nih. Biar ayah gak kerja terus udah tua." bunda Anita hanya menggelengkan kepalanya.
"Enak saja ayah tua. Ayah masih muda begini lho" ayah melipat sikunya ke atas menunjukaan otot yang tidak terlihat dibalik kemeja yang di pakainya, membuat Indah tertawa.
"Iya iya.. Ayahku ini masih muda dan paling ganteng." Puji Indah berlebihan.
Ayah menggeleng dan mengusap rambut putrinya. Putri semata wayangnya yang sangat lama dia dan istrinya nantikan kehadirannya setelah sepuluh tahun pernikahan.
"Ayah. Tadi bunda bilang gak ada yang mau sama Indah masa." bunda Anita tersedak teh yang sedang dia minum.
"Anak ayah cantik begini kok gak ada yang mau. Kasih tau bunda, seberapa memepesonanya kamu!"
Bunda berdecih geli. "Ayah sama anak sama saja. Sudah, habiskan sarapan kalian sebelum terlambat!"
"Yang punya perusahaan kan ayah. Telat sedikit tidak apa bun." sahut Indah yang sedang memakan roti sarapannya.
"Ayah yang punya perusahaan tapi bukan berarti bisa seenaknya saja berangkat telat. Justru sebagai pimpinan, ayah harus memberikan contoh yang baik." omel wanita paruh baya yang masih terlihat cantik.
"Yes mom." Jawab Indah dan ayah Gilang kompak.
***
Setibanya di kantor Indah langsung di ajak ke ruang meeting dimana dewan direksi mengadakan meeting hari ini.
Awalnya Indah merasa bosan karena hanya mendengarkan apa yang mereka bahas, hingga meeting selesai dan ayahnya memperkenalkan dirinya sebagai penerus perusahaan milik ayahnya tersebut. Karena ayahnya pemilik saham terbesar yang mencapai 60% dan 20% lagi miliknya dan Bunda Anita.
"Ini anak saya Indah Sofia Renjana. Dia yang akan meneruskan perusahaan ini setelah saya pensiun nanti. Selama dia belajar akan saya tempatkan dia di bagian direktur. Biar dia banyak belajar disana sebelum dia memimpin sebagai CEO." Indah membungkuk sedikit sebagai salam hormat.
"Mohon bantuan dan kerjasamanya." Semua yang hadir bertepuk tangan.
Indah bisa bernapas lega setelah keluar dari ruang meeting bersama ayahnya.
"Kenapa orangnya pada serem-serem banget sih yah? pada kaku begitu gak ada senyumnya banget." ayah Gilang hanya tertawa dan mengacak rambut putri kesayangannya.
"Kamu tuh ada-ada saja. Ini kan meeting jadi harus serius. Ayah juga kan serius. Tapi lihat di rumah, Atau saat bersama kamu begini, apa ayah kaku?" Indah hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Begitu juga mereka sayang. Mereka juga hangat kalau sama orang-orang yang mereka kasihi. Seperti ayah sama kamu dan bunda. Tapi kalau di kantor ya kita harus profesional." ayah menjelaskan kepada Indah dengan lembut seperti saat beliau mengajari Indah membaca saat kecil dulu. Bagi ayah Gilang, Indah tetaplah bayi kecilnya yang manis.
Tatapan ayah Gilang tertuju pada seorang pria berbadan tinggi dan tegap. "Ayo ayah kenalin seseorang." ayah Gilang menggandeng tangan putrinya mendekati pria muda yang menarik perhatiannya sedari tadi.
"Kamu belum pulang Andri?" pria yang di panggil Andri menoleh dan tersenyum kaku, seperti orang yang jarang tersenyum dan dipaksakan.
"Belum Om. Niatnya mau mampir ke ruangan Om Gilang sebentar buat ngasih berkas kerja sama kita."
"Ayo kalau begitu. Kebetulan saya free sekarang." Indah yang sedari tadi mengikuti ayahnya hanya diam mematung.
"Ooh iya kenalkan. Ini anak Om namanya Indah." ayah Gilang menyenggol lengan Indah yang bengong menatap Andrian.
"Ganteng.." ucapnya lirih.
"Apa?" Ayah Gilang mengernyitkan alisnya mendengar gumaman anaknya.
"Eh. Maksud Indah kenalin saya Indah kakak ganteng." begitulah Indah selalu mengungkapkan apa yang dia rasa. Atau biasa dikenal ceplas ceplos.
Andrian menaikkan sebelah alisnya dan menjabat tangan Indah yang sudah menggantung di udara. "Andrian." Jawabnya pendek dan segera melepaskan tangan Indah.
"Andrian ini anak sahabat ayah. Kamu ingat Om Alex kan?" Indah mengangguk dengan senyum dan pandangan yang tak lepas dari Andrian.
"Kamu jangan begitu ke Andri. Nanti dia takut sama kamu." goda ayah Gilang.
"Apa sih ayah. Emang Indah ngapain sampe kak Andri takut. Kak Andri jangan dengerin ayah ya. Dia emang gitu, usil banget sama aku." Andrian hanya menaikkan sebelah alisnya bingung. Kenapa gadis ini bicara santai sekali padahal mereka baru bertemu.
"Andrian ini lama di Amerika sayang, dia itu pekerja keras dan bertanggung jawab. Dan dia ini orangnya serius tidak seperti kamu yang manja dan bisanya main ngabisin uang ayah." candaan Ayah Gilang membuat Indah cemberut dan menghentakkan kakinya berjalan lebih dulu ke arah ruangan ayahnya bekerja.
*
*
*
Yuk Diramaikan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
pipi gemoy
mulai dari senja
trus ke demi dia
n terdampar di sini karena suka karakter indah di demi dia
2022-11-22
0
Fatmawati Arifin
masih nyimak
2020-12-09
4
DeputiG_Rahma
mulai baca...😁😁
2020-12-07
1