Indah melangkah memasuki gedung perkantoran tertinggi di bandingkan gedung-gedung lain di sekitarnya. Siapa yang tidak mengenal gedung tinggi tersebut. Kantor pusat mall-mall terbesar yang tersebar diseluruh pelosok negeri. Yang juga menguasai ekspor dan import ke berbagai penjuru dunia.
Indah menghampiri meja resepsionis di dalam loby. "Maaf mba. Pak Andriannya ada?" tanya Indah setelah mendengar sapaan ramah resepsionis yang bernama Lusi.
"Maaf sebelumnya, Ibu dari mana dan apakah sudah membuat janji?"
"Jangan panggil Ibu dong mba. Saya kan belum menikah." protes Indah sembari cemberut. "Saya Indah dari Renjana Grup. Saya diutus ayah saya untuk mengantarkan dokumen kerja sama yang membutuhkan tanda tangan Pak Andrian." imbuh Indah. Sebenarnya Indah tidak mengerti kenapa ayahnya menyuruhnya ke mari hanya untuk meminta tanda tangan. Bukankah biasanya sekretaris atau asisten ayahnya yang datang langsung menemui klien jika membutuhkan tanda tangan. Tapi Indah hanya mengikuti saja kemauan ayahnya. Karena dia juga baru belajar tentang dunia perkantoran.
"Maaf nona kalau nona merasa tidak nyaman. Tunggu sebentar saya tanyakan kepada sekretaris Pak Andrian." resepsionis itu tersenyum ramah dan menunduk untuk meminta maaf. Siapa juga yang tidak kenal dengan Renjana Grup. Perusahaan produsen makanan dan barang rumah tangga terbesar dalam negeri yang merambah kanca Asia. Yang sudah puluhan tahun bekerja sama dengan tempatnya bekerja saat ini.
Indah melemparkan pandangannya untuk mengamati gedung kantor pusat milik Dawson Company. Kakek Andrian adalah orang asli Inggris yang menikahi gadis Jawa dan menetap di Indonesia. Dan Dawson Company ini didirikan oleh sang kakek.
"Maaf nona, sebentar lagi sekretaris Pak Andrian akan kemari. Mohon ditunggu sebentar." Informasi dari Lusi menarik perhatiannya dari mengamati sekeliling. Hanya mengangguk dan tersenyum tanpa menjawab apapun.
Tak lama perempuan tinggi semampai dan cantik menghampirinya. Setelah memperkenalkan diri dan menyebutkan namanya Sarah, mereka lalu berjalan memasuki lift khusus CEO yang langsung menuju lantai dimana Andrian tempati.
"Mba udah lama kerja sama Kak Andrian?" T
tanya Indah untuk mengisi keheningan di dalam lift.
"Sudah sejak Pak Andrian menjabat sebagai CEO disini nona. Saya sekretaris pertama dan sukur masih bertahan sampai sekarang." Sarah terkekeh kecil.
"Kok ketawa mba, kenapa? Kak Andrian galak yah?" ingin tahu seperti apa Andrian di mata bawahannya.
"Kadang galak, kadang ngeselin, bikin pingin garuk-garuk tembok hihihi." melihat Indah yang mau mengajaknya berbicara sepertinya dia tidak seperti kebanyakan putri orang kaya yang sombong. Sehingga Sarah merasa nyaman untuk bercerita. "Tapi sebenarnya baik kok nona." imbuhnya lagi.
"Mba kok betah kalau kak Andrian nyebelin?"
"Ya gimana ya non. Gaji saya disini lebih besar di banding tempat saya sebelumnya. Jadi ya dibetah-betahin aja. Untuk kami para pekerja yang penting penghasilan kami seimbang dengan pekerjaan kami, itu sudah cukup non. Nona naksir yah sama Pak Andrian?" goda Sarah pada Indah.
"Iih apa sih mba! Gak lah. Cuma penasaran aja aku sama pria dingin kaya dia gimana dimata bawahannya."
"Kalau naksir juga gak apa-apa kok non. Dia kan masih jomblo. Siapa tau nona Indah bisa nyembuhin luka Pak Andrian." Sarah tersenyum ke arah Indah.
"Luka? emang kak Andrian punya luka apa?" Sarah langsung diam ditempat merasa sudah keceplosan membicarakan hal yang haram untuk di bahas tentang atasannya.
"Eh? Eee enggak kok non. Mari.." Sarah mempersilahkan Indah keluar dari lift menuju ruangan bosnya. Untung saja lift cepat terbuka sehingga tidak membuatnya semakin terjebak dengan pertanyaan yang Indah berikan.
Tok tok tok.
Sarah menekan hendle pintu dan membukanya, melongokkan sedikit badannya kedalam ruangan tempat bosnya bekerja. "Maaf pak, Nona Indah dari Renjana Grup sudah datang."
"Suruh dia masuk." jawab Andrian dingin seperti biasa.
"Silahkan nona." setelah Indah masuk Sarah kembali duduk di tempat kerjanya diluar ruangan Andria, setelah sebelumnya menutup pintu ruangan atasannya.
***
Indah mencebik kesal setelah hampir dua puluh menit menunggu dan Andrian masih sibuk dengan dokumen yang menumpuk di hadapannya. Jangankan bertanya tujuannya datang kemari. Menoleh kepadanya pun tidak.
Indah berdeham untuk mengalihkan perhatian Andrian dari dokumennya. Agar pria itu sadar jika ada manusia lain di ruangan ini. Dan berhasil, Andrian menganggkat pandangannya dari dokumen ke arah Indah yang duduk berseberangan dengannya.
"Maaf kak. Kalau kak Andrian masih sibuk bagaimana jika saya tinggal saja dokumennya? Nanti biar asisten ayah saya yang mengambilnya ke mari." Indah paling tidak suka di suruh duduk diam dan diacuhkan seperti ini. Dia lebih baik di suruh mengasuh anak TK, lebih menyenangkan.
"Bukannya kamu kesini karena itu tugas kamu. Kenapa kamu harus melimpahkan tanggung jawab kamu kepada orang lain?" mulut Indah terbuka lebar dan mengerjapkan matanya saat mendengar jawaban dari Andrian. Sesaat kemudian dia menormalkan kembali ekspresinya.
"Maaf kak. Lagian juga saya gak tau kenapa ayah menyuruh saya kesini hanya untuk tanda tangan kakak. Biasanya juga asisten ayah kan yang datang kesini?"
"Pertama jangan panggil saya kakak jika kita sedang di lingkungan kerja. Kedua, kenapa kamu mau kalau kamu tahu ini bukan tugas kamu. Kamu bukan orang bodoh ataupun anak kecil kan? yang disuruh langsung menurut tanpa kamu tahu sebenarnya itu tugas kamu atau bukan?" Astaga ini orang nyebelin banget sih? gimana bisa orang seperti ini mba Sarah bilang baik? batin Indah.
"Saya baru belajar bekerja. Dan kata ayah ini salah satu pembelajarannya. Kita tidak boleh percaya kepada orang begitu saja apa lagi ini dokumen penting. Dan kata ayah, Pak Andrian bisa mengajarkan saya lebih baik dari ayah." entah untuk apa Indah menjelaskan panjang lebar seperti ini. Dia hanya ingin dokumen itu di tanda tangani agar dirinya bisa cepat keluar dari ruangan yang membosankan ini.
"Bukannya kamu lulusan bisnis? Apakah saat kuliah kamu tidur? bagaimana bisa anak bisnis masih harus banyak belajar. Kita hanya tinggal mengimplentasikan apa yang kita pelajari saat kuliah pada pekerjaan kita. Apa itu sulit untuk kamu? " Indah sudah tidak tahu lagi harus menjawab apa. Merasa dongkol dengan kata - kata Andrian, Indah mengepalkan tangannya kuat di atas pangkuannya. Dia ralat ucapanya saat pertama kali bilang Andrian ganteng. Eh? tapi memang ganteng sih. Hanya saja terlalu menyebalkan.
"Kamu sudah tahu ayahmu menyuruhmu belajar dengan saya berarti kamu akan bekerja di kantor ini sampai satu bulan kedepan kan?" tanya Andrian dengan kembali mengecek dokumennya tanpa memeperdulikan teriakan kaget Indah.
"Apa??!! Kerja disini sebulan??!! Ayah gak bilang gitu kok. Kak Andrian jangan ngarang deh. Aku gak mau ya kerja dengan orang menyebalkan seperti kakak!!" seru Indah. Saking tidak terimanya dia melupakan bahasa formal saat berbicara dengan Andrian.
"Tidak usah teriak-teriak!! Bisa-bisa telinga saya sakit mendengar suara cempreng kamu itu. Dan sudah saya bilang jangan panggil kakak di lingkungan kerja!!" Tekan Andrian lagi.
Indah semakin menganga saat Andrian menyebut suaranya cempreng. Padahal orang bilang suaranya bagus. Hanya manusia satu ini saja yang menyebut suaranya cempreng. Ingin sekali rasanya Indah memukul kepala Andrian. Menyebalkan.
*
*
*
Jangan lupa tinggalin jejak ya gaes 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Siti Mas Ulah Ulah
hihihi,,,,😁😁😁,akhirnya indah bisa kesel juga,,,biasanya dia yg ngeselin, 🤭
2022-03-27
1
Fitriani
sdh mulai seru nih ....
2021-01-10
1
Eka Iraone
😂
2021-01-05
1