Bab 5

Sudah hampir sebulan setelah malam itu dan aku belum bertemu kembali dengan sang Letnan, ada perasaan bersalah ketika mengingat malam itu. Aku marah pada diri sendiri, kenapa aku bisa seperti itu? Itu seperti bukan aku. Aku menceritakan hal ini kepada Arga dan dia juga kecewa karena aku bertindak seperti itu.

“Kalau aku yang mendengar dia membentakmu, aku juga akan marah sama kaya Letnan, Key! selama ini Ayah, kakak-kakakmu, Letnan, aku, tak pernah satupun dari kami membentakmu. Dan sekarang karena dia merasa jadi pacar kamu, dia berani membentakmu?!”

“Dia seperti itu karena cemburu, Ga.” Aku masih membela Rey, walaupun aku tahu kalau itu salah.

“Cemburu tak harus marah-marah dan membentak, Key. Aku tanya sekarang, apa pernah dulu Letnan marah sama kamu gara-gara cemburu? Gak kan, Key, walaupun aku tahu dia cemburu sama aku karena lebih sering jalan sama kamu daripada sama dia. Tapi dia paham itu, dia lebih percaya sama aku daripada nyuruh kamu naik angkot, taxi atau ojek, dan sekarang pacar baru kamu lebih memilih kamu naik taxi tengah malam daripada diantar temanmu sendiri yang sudah mendapat kepercayaan dari kedua orangtuamu… itu namanya gila, Key.”

“Tapi dia sudah minta maaf, Ga, besoknya dia langsung minta maaf dan mengakui kalau dia salah, dia juga kirim aku bunga.”

“Kamu suka nerima bunga dari dia?”

“Ya, suka.”

“Kamu langsung maafin dia?”

“Iyalah, Ga, lagian itu bukan masalah besar, yang penting dia sudah minta maaf.”

“Bukan masalah besar? Ingat, Key, gara-gara masalah ini kamu kehilangan orang yang paling berharga, orang yang paling melindungi kamu dari siapapun, dan aku yakin kalau dia adalah pria yang paling mencintai kamu di muka bumi ini… dan kamu sudah kehilangannya hanya karena masalah kecil ini.”

Aku membuang napas berat mengingat ucapan Arga ketika aku bercerita tentang kejadian malam itu. Setiap aku menerima pesan dengan cepat aku membukanya berharap itu dari sang Letnan, tapi ternyata bukan dan itu membuatku kecewa, tapi aku juga terlalu keras kepala dan malu untuk menghubunginya lebih dulu.

Saat ini aku sedang berdiri di depan kantor Be D’Sign yang bertempat di Jl. Braga-Bandung tempatku bekerja seminggu ini menunggu Dirga yang menjemputku, tapi seketika mataku terbelalak ketika jam 7 kulihat motor ninja yang sangat ku kenal berhenti di depanku.

“Dirga lagi ada tugas kuliah,” ucapnya sambil menyerahkan helm padaku.

Dengan jantung bertalu aku mengenakan helm lalu naik ke atas motornya… ya Allah, aku benar-benar canggung saat itu, apa harus pegangan kebelakang kaya tukang ojek? Pegang jaketnya saja, atau meluk dia?

“Pegangan,” ucapnya dingin membuatku dengan ragu memegang jaketnya.

Tak sepatah katapun yang terucap dari mulut kami, hanya deru mesin motor yang menemani perjalan malam itu. Aku masih duduk dengan canggung dan ingin sekali mengucapkan kata maaf, tapi kata sederhana itu ternyata sangat berat untuk diucapkan.

Beberapa kali aku membuka mulut untuk mengucapkannya tapi sampai motornya berhenti di depan pagar rumah, kata itu tak jua terucap. Aku turun dari motornya kemudian menyerahkan helm yang tadi ku pakai.

“Nanti, kalau cowok kamu telepon nanya pulang sama siapa? Bilang saja tukang ojek,” ucapnya sambil bersiap kembali pergi.

“Maaf!!!” aku berteriak membuatnya me-rem motornya, “Maaf, aku salah… seharusnya kemarin aku tak marah sama Mas Yudha, seharusnya aku tidak melampiaskan kekesalanku sama Mas Yudha, seharusnya aku tak bicara seperti itu.”

Aku menatapnya yang juga menatapku di atas motor, beberapa saat dia terdiam sebelum akhirnya berbicara.

“Key, aku tak bermaksud untuk ikut campur dalam urusan pribadimu atau menghalangi kebahagianmu, tidak! Sama sekali tak pernah terlintas dibenakku untuk melakukan itu. Aku ikut gembira mendengar kamu sudah memiliki kekasih.”

“Mas Yudha gembira mendengarku sudah memiliki kekasih?” aku bertanya tak percaya dengan apa yang baru saja ku dengar.

“Iya, aku gembira walaupun aku kecewa.”

Dia sedikit tersenyum ketika mengatakan itu dan aku benar-benar bisa melihat kekecewaan di matanya.

“Aku gembira karena itu tandanya hatimu sudah kembali utuh, dan siapapun pria itu aku harus berterimakasih padanya karena telah menyembuhkan hatimu. Tapi aku juga kecewa karena pria itu bukan aku… aku juga kecewa karena itu tandanya kamu sudah sepenuhnya melupakanku seperti yang kamu bilang kemarin, sekarang aku bukan siapa-siapa lagi bagimu.”

“Bukan seperti itu maksudku… aku mengatakan itu ketika sedang emosi.”

“Aku tahu... tapi apa kamu tahu kadang ketika kita emosi apa yang kita ucapkan itu adalah apa yang terpendam selama ini di dalam hati kita.”

“Aku berani bersumpah, aku tak bermaksud seperti itu!” Aku berkata dengan suara gemetar hampir menangis menyadari kesalahanku malam itu, dan seperti Arga bilang mungkin aku benar-benar akan kehilangannya sekarang.

“Hei, kenapa nangis?”

“Hik-hik… Mas Yudha tidak mau maafin aku! Gak percaya sama aku! hik-hik.”

Kini aku benar-benar menangis, tak tahu kenapa di depannya membuatku selalu memerlihatkan kelemahan dan kekuranganku, aku yang pemarah, aku yang cengeng, aku yang keras kepala, aku yang seperti anak kecil, dia telah mengetahui itu semua dan aku tak pernah menyembunyikan itu darinya.

“Sudah jangan nangis, gak enak kelihatan tetangga dikiranya aku jahatin kamu.”

Dia kini berdiri sedikit membungkuk untuk mengusap air mataku.

“Mas Yudha memang jahat, gak mau maafin aku! Padahal aku sudah minta maaf, aku benar-benar tak bermaksud bilang kalau Mas Yudha bukan siapa-siapa, hik-hik … Mas Yudha juga bohong! Katanya mau jadi penjaga hati aku, tapi Mas Yudha malah marah dan tak mau ketemu aku hanya karena aku lagi emosi… hik-hik.”

Sang Letnan kembali menghapus air mataku, tangannya memegang kedua pipiku yang diangkat supaya menatapnya yang tengah tersenyum menatapku.

“Tanpa kamu minta aku tetap akan jadi penjaga hatimu seperti yang telah ku janjikan, sampai aku bertemu dengan pria yang benar-benar bisa ku percaya untuk menjaga dan mencintaimu. Dan selama ini aku tak datang bukan karena marah sama kamu, Key, tapi aku lagi ada tugas keluar dan baru pulang tadi siang aku langsung pulang ke rumah lalu ke sini, kata Ibu kamu sekarang sudah kerja jadi tadi aku pergi menjemputmu.”

Aku terdiam beberapa saat sambil menatapnya, “Benar bukan karena aku marah malam itu?”

“Jujur saja aku juga marah dan kecewa sama kamu malam itu, Key, tapi aku sudah janji di bandara kalau aku akan selalu ada di sisi kamu walaupun hatimu bukan milikku lagi, dan aku akan menepati janji itu. Yang bisa dipegang dari seorang pria itu adalah ucapannya, ingat itu, Key.”

Aku terdiam mendengar ucapannya, ada perasaan damai di dalam dada ketika menyadari kalau dia akan selalu ada di sampingku untuk menjagaku membuatku tersenyum kemudian mengangguk mengerti, dan sudah berhenti nangis.

“Jadi kemarin ada tugas?” aku bertanya sambil menghapus sisa-sisa air mata di pipi.

“Iya.”

“Kemana?”

“Hmmm… rahasia.” Dia tersenyum ketika mengatakan itu dan aku mengerti yang artinya aku tak boleh bertanya lebih lanjut lagi tentang tugasnya itu.

“Besok libur?” dia bertanya yang dijawab anggukan semangat olehku.

“Mamah nanyain, katanya kamu sudah pulang ke Indonesia tapi belum pernah ketemu Mamah.”

“Astagfirullahaldzim… aku lupa! Tiap mau ke sana pasti gak jadi mulu, terus keburu masuk kerja, bilang sama Mamah maaf, besok aku ke rumah deh.”

Sang Letnan mengangguk mengerti sambil naik ke atas motornya lalu mengenakan helm.

“Sudah, jangan nangis lagi jelek tahu dah gede juga masih saja cengeng. Kalau cowok kamu tahu kamu cengeng dia pasti langsung kabur.”

Aku hanya menunduk malu mendengarnya, “Aku nangis jugakan gara-gara Mas Yudha yang marah sama aku.”

“Hahaha… yang marah siapa, yang disalahin siapa, iiiihhhh.” Dia mengacak-acak rambutku gemas.

Sungguh aku sangat merindukannya yang selalu mengacak-acak rambutku lembut setiap kami bertemu setelah menjadi teman. Dulu aku mungkin selalu merindukan pelukan dan kata-kata romantis dari mulutnya, tapi sekarang aku merindukan tindakan sederhana seperti itu. Aku terus melihat kepergiannya sampai motornya tak terlihat lagi sebelum akhirnya masuk ke dalam dengan senyum menghiasi wajahku.

****

Terpopuler

Comments

Jong Nyuk Tjen

Jong Nyuk Tjen

letnan terlalu gampang percaya am org yg ud nipu smpe nyakitin hati key sedemikian rupa mkny key jngan gampang luluh n jatuh cinta ke letnan lg yg gampang bnget hatiny beralih ke cewek lain n smpe mw nikah segala . Laki2 ky letnan ga bs d percaya 100% , ntar kamu akan kecewa lg key . Letnan itu ga bs memprioritaskan diri kamu d atas segalanya .

2023-09-09

1

Siti Yadi

Siti Yadi

Degel..merasa tersakiti tapi malah dekat walau alasan sekedar teman harus tahu batasan atau memang mau dibuat jadi pasangan lagi makannya ceritanya begini apa2 sang letnan macam gak bisa sendiri

2023-05-20

0

Nurwana

Nurwana

bgmn mau move on... klu bersama trus.... jgn jdi cwek lemahlah key.....

2023-01-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!