“Mau kemana sekarang?”
Sekarang kami masih ada di parkiran stasiun Bandung, baru saja mengantar keluarga Kak Dimas yang mau pulang ke Semarang, sebelum pergi Kak Dimas sempat menitipkan keluargaku kepada sang Letnan seolah sangat memercayainya, tapi ketika melihatku Kak Dimas malah berkata, “Jangan keras kepala, dengerin Ayah, Ibu sama Yudha, jangan bikin mereka pusing.” Aku hanya bisa membuang napas pasrah mendengar itu.
“Hmm… terserah, memang tak ada acara?”
“Tidak… mau gangguin Arga pacaran gak?”
tanya sang Letnan dengan senyum jahil membuatku ikut tersenyum.
“Ok! Mereka lagi di mana?”
“Bentar!”
Sang Letnan mengeluarkan ponselnya kemudian menghubungi Arga.
“Dimana? Nonton apaan? Bentar… mau nonton gak?”
“Boleh.”
“Boleh, Ga, beliin dulu tiketnya ya, kita masih di stasiun habis nganterin Kak Dimas, ngerinya macet jadi mending yang agak malaman aja sekalian.. ok, thanks, Ga.”
“Mereka di mana?”
“PVJ.” (Paris Van Java, Mall yang ada di daerah Sukajadi, dekat rumah sang Letnan).
“Nonton film apa?”
“Pirates of the Caribbean yang baru katanya.”
“Yes! Jack sparrow… Aduh Jhony Deep itu memang keren deh kalau dah meranin karakter kaya gitu…”
Aku terus bercerita tentang salah satu film favoritku menemani sang Letnan yang sedang berjuang menembus kemacetan Bandung pada malam minggu. Dan kami-pun sampai di sana sekitar jam 9 kurang pas pintu bioskop di buka, membuat kami langsung masuk ke dalam.
“Lama banget? Macet ya?” tanya Arga ketika kami sudah duduk di dalam kursi gedung bioskop.
“Iya, heran deh malam minggu pada mau kemana coba, bukannya pada diam di rumah,” jawab sang Letnan membuat Arga dan Irene tertawa.
“Kalian saja yang para jomblo keluar rumah apalagi kaya kita yang pacaran.”
“Kita keluar karena pulang nganterin Kak Dimas ke stasiun.”
Aku berkata sambil menerima minuman dari Arga yang sebelumnya telah membeli makanan dan minuman untuk kami semua. Aku dan Irene duduk di tengah dan di kanan kiri kami duduk Arga dan sang Letnan.
“Nah bener, tuh kalau kita alasannya jelas… nganterin keluarga.”
“Ckkk.. alasan padahal mah pengen nonton,” ucap Arga sambil membuka plastik kripik yang kemudian diberikan kepada Irene.
“Ini mah sekalian, namanya juga diajakin sama diteraktir… rezeki, jangan disia-siain,” ucap sang Letnan membuat Arga menatap kami.
“Perasaan kita yang di telpon ya-kan, Cinta? Kenapa jadi kita yang ngajakin sama neraktir?”
“Hueee… cinta,” ucapku pura-pura muntah mendengar panggilan Arga pada kekasihnya yang malah membuat dia semakin menjadi dengan merangkul bahu Irene mesra dengan senyum lebar.
“Makanya cepet cari pacar, biar ada yang manggil Cinta, Sayang, Honey, Baby.”
“Sudah ada.”
“Terus dia manggil kamu apa?”
“Tamagochi,” jawab sang Letnan santai sambil membuka plastik kripik singkong membuat Arga dan Irene tertawa.
“Bulat dong kaya telur.” Arga berkata diantara tawanya.
“Iya, terus bisa disakuin atau digantungin di tas, hahaha.”
Ucapan sang Letnan itu sontak membuat Arga dan Irene kembali tertawa terbahak-bahak sedangkan aku dengan kesal langsung mencubit pinggangnya sampai dia mengaduh minta ampun.
“Aww-aww! Ampun-ampun, iya-iya… sayang-sayang.”
Deg!
Jantungku seolah berhenti berdetak dan berhenti bernapas untuk sepersekian detik ketika mendengarnya memanggil kata sayang yang biasa ia sematkan untukku dulu.
“Dia manggil kamu sayang? Cieee,” ucap Arga menyadarkanku yang langsung minum minuman dingin yang tadi Arga belikan untukku.
“Bukan.”
“Terus apa dong?” Arga kembali bertanya.
Aku baru membuka mulutku untuk menjawab ketika ku dengar sang Letnan kembali berkata,
“Moci.”
“Buahahaha, bulet, terus banyak tepungnya, hahahaha.”
Kali ini aku hanya mendelik padanya sambil cemberut yang membuatnya tersenyum lebar bersamaan dengan matinya lampu ruangan menandakan film akan dimulai dan kami semuapun langsung terdiam menatap layar lebar. Dan sekitar pukul 11 kami keluar dari gedung bioskop.
“Thank you ya, Ga, sudah teraktir kita,” ucap sang Letnan ketika kami berjalan di tempat parkir.
“Perasaan tadi dia bilang beliin dulu deh, tapi kenapa jadi diteraktir ya.”
“Hahaha… lain kali aku yang teraktir.”
“Benar ya, Mas Yudha?”
“Iya, tar kalau Arga balik lagi ke Bandung, kita jalan lagi.”
“Boleh ajak Karin gak?” tanya Irene dengan mata berbinar menatap sang Letnan, membuatku mengerutkan kening, siapa Karin?
“Karin?”
“Iya, teman Irene yang dulu sempet dikenalin pas kita ketemu.”
Sang Letnan sedikit berpikir mendengar ucapan Arga sebelum akhirnya mengangguk ingat, membuatku penasaran.
“Dia nanyain Mas Yudha terus tuh, salam katanya.”
“Wa’alaikumsalam.” Sang Letnan menjawab sambil tersenyum.
“Salamin lagi jangan?” tanya Irene dengan semangat dan entah kenapa aku menjadi kurang menyukai Irene malam ini.
“Hmmm… gak usah deh, takut ada yang marah.”
“Siapa yang marah!” seruku membuat semua orang menatapku heran, dan bisa ku lihat Arga kini menahan tawanya, membuatku mengutuk diri sendiri karena kebiasaanku yang suka mengungkapkan apa yang ada dipikiranku tanpa sadar.
“Cowoknya Karin, Key, yang marah bukan kamu,” ucap sang Letnan sambil mengacak-acak rambutku, “Udah ah! Kita pulang duluan ya, kayanya ada yang sudah ngantuk nih.”
Sang Letnan mendorongku menuju mobilnya setelah pamit sama mereka berdua. Mobil kami baru saja meninggalkan gedung PVJ ketika ponselku berbunyi dan ternyata dari Rey, membuatku ragu untuk menjawabnya tapi aku mengingatkan diriku sendiri kalau aku dan sang Letnan kini hanya berteman jadi tidak akan jadi masalah.
“Halo.”
“Hei… dimana nih? Kok kayanya lagi di jalan.”
“Iya, baru pulang main sama teman-teman.”
“Sampai malam gini?”
“Tadi habis nganter Kakak ke stasiun, terus pulangnya main dulu.”
“Cewek apa cowok temannya?” tanya Rey dengan nada yang mulai berubah.
“Cewek sama cowok,” jawabku sambil membuang napas berat karena menyadari sikap posesif dan pencemburu Rey mulai keluar membuat sang Letnan menatapku.
“Terus ini pulang sama siapa?”
“Teman.”
“Cowok?”
“Iya.” Aku sudah mulai merasa tak nyaman dengan percakapan kami, apa lagi kini kusadari kalau sang Letnan mulai mencurigai ada yang salah.
“Memang gak bisa naik taxi ya? kenapa harus dianterin cowok segala!”
Rey mulai membentak membuatku harus mengatur napas sebelum menjawabnya.
“Sudah malam, takut kalau harus naik taxi sendiri.”
“Itu sudah tahu kalau sudah malam kenapa masih keluar juga sih!”
“Aku kan bilang tadi habis nganterin Kakak ke stasiun.”
“Harusnya langsung pulang jangan kelayapan!”
Rey menaikan suaranya dengan nada marah membuatku kaget.
“Cowok kamu?” tanya sang Letnan dengan suara dingin yang aku jawab dengan anggukan, tanpa banyak bicara sang Letnan meminggirkan mobilnya, berhenti kemudian mengambil ponsel dari tanganku yang terkejut melihat reaksinya.
“Halo… Dengar! Sekali lagi aku dengar kamu menaikan suara atau membentaknya, aku tak peduli kamu anak pejabat, aku akan pastikan menyobek mulutmu itu, paham!!! Orangtua dan kakaknya saja tak ada yang berani membentaknya, tapi kamu orang lain yang baru mengenalnya beberapa bulan sudah berani seperti itu! … jadi kamu cowok Kekey? Itu malah aneh lagi, cowok mana yang tega nyuruh ceweknya naik taxi tengah malam gini? Kamu mau tahu siapa aku? Aku pengawal dan penjaganya Kekey, sekaligus malaikat maut bagi siapapun yang berani menyakitinya, jadi berdoa saja kamu tak akan bertemu denganku… halo? Halo? Dasar pengecut!”
Aku terkejut melihat sang Letnan terlihat sangat marah, ia kembali menjalankan mobilnya walaupun aku bisa melihat dia masih marah dan aku tak tahu apa yang harus aku katakan sekarang, aku terlalu terkejut sekaligus bingung dengan keadaan sekarang.
“Dia sering seperti itu?” tanyanya sambil menatap ke depan dengan serius, “Membentakmu tanpa alasan.”
“Tidak, dia tak pernah seperti itu dan dia membentakku bukan tanpa alasan, dia marah karena aku keluar malam dan seharusnya aku memberitahunya terlebih dahulu.”
“Tapi tidak dengan cara seperti itu, apa menurutnya dengan kamu naik taxi itu akan jauh lebih aman daripada diantarkan oleh temanmu.”
“Mungkin saja! Yang jelas dia marah karena dia cemburu aku sama dengan pria lain, jadi menurutku wajar kalau dia marah.”
“Kamu bilang wajar dia membentakmu seperti itu? Key, Ayah dan Kakak-kakakmu saja yang lebih berhak untuk marah sama kamu tak pernah membentakmu, dan sekarang ada cowok yang baru kamu kenal sudah berani membentakmu, kamu bilang wajar? Itu tidak wajar, Key.”
“Dia bukan cowok yang baru aku kenal, dia pacarku!”
Kini aku membentak sang Letnan dan aku juga tak tahu kenapa aku seperti itu, tapi yang pasti emosi mulai menjalar didadaku seolah ingin meledak.
“Kamu tak tahu apa-apa soal Rey! Dia pria baik yang lembut, tahu bagaimana caranya memerlakukan perempuan dan dia selalu menjadikanku prioritas pertama! Dia akan melakukan apa saja demi aku, dan dia cemburu itu tandanya dia sayang sama aku dan kamu tak berhak marah atau menghakiminya seperti itu!”
Aku menggeram marah dengan dada naik turun karena emosi.
“Aku bisa menjaga diriku sendiri, tak butuh pengawal atau penjaga… ingat kamu bukan siapa-siapa selain pria yang telah menghancurkan hatiku. Dan sekarang ketika aku sedang berusaha untuk bangkit lagi, kamu seolah-olah menghalangi kebahagianku dengan mengancam pria yang dekat denganku.”
“Aku tak bermaksud menghalangi kebahagianmu, aku hanya mencoba melindungimu dari pria yang berani membentakmu karena hal sepele.”
“Aku tak butuh perlindungan apalagi dari kamu!” aku berseru dengan emosi membuat sang Letnan terkejut menatapku.
“Kalau mau aku bahagia, jangan campuri urusan pribadiku, paham!”
Aku tak tahu kenapa aku bisa seemosi itu, mungkin karena selama ini aku diam saja dan sekarang seolah ada kesempatan jadi aku mengeluarkannya. Sepanjang sisa perjalanan kami terdiam, dan aku masih mencoba menenangkan dadaku yang terasa panas seolah kemarahanku tadi belum cukup. Dan kamipun sampai di depan rumah, tanpa banyak bicara aku langsung turun dari mobil.
“Key!”
Aku berhenti ketika dia memanggilku tanpa membalikan badan.
“Aku tak bermaksud untuk menghalangi kebahagianmu, aku hanya melindungimu agar tak kembali terluka. Tapi, kalau ternyata aku hanya menjadi penghalang untukmu berbahagia, aku rasa tak ada artinya lagi aku berada di sampingmu… maaf kalau aku hanya membuatmu terluka dan marah. Selamat malam.”
Ada gumpalan besar yang menghimpit dada, tapi aku terlalu marah! Tanpa membalikan tubuh aku pergi meninggalkannya malam itu.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
sakura🇵🇸
ingat key...status kalian hanya temen😄 jd jangan merasa temen kalian boleh kau cemburuin😜
2025-04-22
0
🟡Kⁱᵃⁿᵈ⏤͟͟͞Rą 🈂️irka
weehhhh mantap Mas Letnan
langsung dimatiin tuh telponnya 🤣🤣🤣🤣
2024-06-07
1
Inar's
nyesek nyesek, sabar mas letnan
2023-10-22
0