" Astaghfirullah." Istighfar Lika dalam hati. Dia bernafas lembut menghalau kekesalannya. " Sabar Lika," gumannya pelan menenangkan hatinya.
" Anda Su'udzun melulu dari tadi, saya tidak ada niatan untuk mendekati keluarga anda. memang benar saya menemukan barang, saya sedang mencari pemiliknya bukan mau menjadi maling. Tidak percayaan amat sih, amat saja selalu percaya sama saya karena saya selalu sebut," Sahut Lika asal mencoba untuk menghibur diri.
Beberapa menit kemudian Ibu Marisa bersama Alisa keluar kamar. "Gelang gue yang hilang," ujar Alisa memberitahu, Alisa terlihat panik. "Tadi saya pakai waktu pergi ke Pantai."
"Yakin mbak kalau gelangnya yang hilang? Boleh tidak saya lihat buktinya. maaf mbak bukannya saya tidak percaya sama mbak Alisa cuman saya harus hati-hati agar saya memberikannya ke pemilik yang sebenarnya." Lika menjelaskan.
"Lu, kenapa berbelit-belit sih? kasik aja ke mbak Alisa, malah minta bukti, modus lu ya?" Sambar Reynand tak berdosa atas kelakuannya. Tak henti-hentinya menuduh Lika modus dan bermaksud tidak baik kepada keluarganya.
"Anda tuh nuduh melulu dari tadi, nuduh saya mau maling lah, nuduh sana inilah, itulah. Gila kali saya berani dateng ke sarang makhluk kasar. Kalau saya mau maling ngapaen saya repot - repot nyari yang punya. Saya ambil aja toh tidak ada yang ngelihat tapi itu bukan gaya saya. Saya takut nanti di akherat Allah muterin CCTV memperlihatkan saya yang nemuin gelang tapi tidak dikembalikan, kan repot saya mendingan repot sekarang daripada nanti. " Lika menjelaskan panjang lebar agar cowok songong itu mengerti biar tidak selalu menuduhnya.
Reynand terdiam, dia kalah telak. Mau ngomong apalagi untuk membantah perkataan Lika, gadis berhijab di hadapannya. Konyol, kenapa dia ingin sekali mengajaknya ribut. bukan gayanya Reynand meladeni cewek, apalagi cewek itu seperti Lika, nampak tak menarik dimatanya.
"Sepertinya gue kena pesonanya Putri Nyale dah, Kok gue jadi bawel gini," Gerutu Reynand kesal.
"Rey, Lu tuh nyela melulu, kakak juga kagak keberatan, kita memang harus hati-hati siapa tahu aja ada yang ngaku-ngaku padahal itu bukan miliknya." Alisa menengahi. Alisa mengambil Handphone-nya, membuka galery dan memperlihatkan beberapa foto gelang miliknya yang hilang, ada fhoto yang memperlihatkan Alisa memamerkan gelangnya.
"Jadi bener ini milik Mbak Alisa, Alhamdulillah." Lika mengucapkan rasa syukurnya. Lika mengambil gelang dari Tas tenun selempangnya.
"Ini Mbak gelangnya." Lika memberikan kepada Alisa.
"Alhamdulillah, makasi Lika. Gelang ini sangat berharga buat Gue, ini pemberian dari Suami waktu Anniversary pernikahan kita." cerita Alisa.
" Sama-sama Mbak, saya bahagia bisa menemukan dan mengembalikannya kepada pemiliknya," jawab Lika lega.
"Kalau Lu tahu gelang itu mahal, Lu pasti kagak mau mengembalikannya. Seumur hidup lu jualan Tenun ampe gosong pun kagak bakalan mampu beli tuh gelang." lagi - lagi Reynand mengajak Lika ribut, entah kenapa dia seneng menghina gadis berhijab itu.
"Tahu kok, itu berlian, harganya mahal banget tapi maaf-maaf aja bukannya saya bego emang sayanya aja yang tidak tertarik tuh jadi gimana dong? masalah buat Lu Tuan Reynand yang terhormat," ujar Lika menyahuti Reynand. Lika mengangkat tangan, menempel kelima jarinya ke pelipis membentuk gerakan hormat pas di akhir kata, dengan santainya melempar senyum mengejek.
"Anda salah orang kalau mengajak perang, ayo aja kita adu balapan panjat pohon kelapa." Guman Lika dalam hati sambil nyengir membayangkan Tuan Muda Reynand Putra Ardiaz memanjat pohon kelapa. Lika tidak bisa menahan tawanya, dilihatnya Reynand sedang menatapnya, mereka berdua saling adu pandang. terlihat aura tak bersahabat dari wajah Reynand.
"awas Lu!" Tatapan itu seperti mengancam Gadis yang ada di hadapannya.
Lika tak mau kalah, Lika menatap Reynand dengan pandangan melawan, saya tida takut!. Lika membatin.
"Apa liat-liat? mulai suka ya?" ujar Lika sedikit kepedean. Dia mencairkan sedikit ketegangan diantara mereka.
"Najis gue suka sama Lu, gue lagi mikir gimana caranya gue ceburin lu ke laut biar sekalian jadi cacing laut," sahut Reynand ketus.
"Dasar tidak punya akhlak, yang ada tuh saya yang mau gantung anda di pohon berubusan alias pohon toge." Serangan balasan dari Lika pantang K.O.
"Gadis ini," guman Reynand tambah kesal.
Sementara itu Ibu Marisa dan Alisa tidak bisa lagi menahan tawanya menyaksikan perdebatan mereka berdua. " Hahaha." akhirnya keluar juga.
"Baru kali ini ada yang berani ngelawan Tuan Muda Reynand. Ada lawannya," ujar Alisa bahagia.
Terlihat Reynand mengempaskan nafasnya kasar. Dia ingin memperlihatkan kepada semua orang kalau Lika sama saja dengan wanita-wanita yang dikenalnya, matre semua. Reynand bertingkah konyol untuk membuktikan dugaannya kepada Lika. Apa iya gadis ini tak tertarik dengan kemewahan padahal setiap wanita sangat menyukai itu, bahkan sebagian dari mereka rela menjual dirinya demi menikmati kemewahan tersebut. ini gadis malah tak bergeming. Seperti itu yang ada dalam pikiran Reynand tentang Gadis yang bergelar Gadis Tenun
Lika hanya tersenyum menanggapi perkataan Alisa. "Maaf Ibu Marisa dan Mbak Alisa sepertinya saya harus pamit karena urusan saya sudah selesai maaf sudah mengganggu waktu rehatnya." Terdengar suara Lika mengakhiri pertemuan mereka.
" Makasi ya Lika, kalau bukan Lika yang nemuin pasti gelang ini sudah raib," ujar Alisa berterima kasih.
"Sama-sama Mbak," balas Lika.
"Sepertinya sudah siang, kita makan siang bersama," Ajak Ibu Marisa ramah.
"Bukan mau menolak, tapi saya balek saja soalnya rumah saya lumayan jauh dari kawasan wisata Mandalika," jawab Lika merasa tidak enak hati harus menolak ajakan Ibu Marisa untuk makan siang bersamanya.
"Ayolah, hitung-hitung sebagai ucapan terima kasih, dikasik uang Ibu yakin Nak Lika pasti akan menolak," ucap Ibu Marisa tak menyerah.
"Iya Lika, kita makan siang bareng saja. sebagai tanda ucapan terima kasih gue." Alisa berusaha melunakkan hati Lika agar mau ikut makan bersama.
Lika mencoba menghitung jarak antara kawasan Mandalika dengan jarak rumahnya. Dia berharap bisa ke Pesantren jika mengikuti ajakan Ibu Marisa. Lagipula belum Adzan Dzuhur. Dia merasa tidak enak menolak Ibu Marisa dan Alisa. Mereka sudah berbaik hati untuk mengajaknya makan siang bersama. Setelah lama bergelut dengan pikirannya dan menimbang-nimbang pada akhirnya Lika menggangguk tanda setuju.
Mereka bertiga beranjak dari tempat duduk dan keluar dari Bungalow menuju Restauran yang ada di Hotel Ardiaz. Terlihat mereka bertiga beriringan diikuti oleh Reynand dengan langkah coolnya.
Sesampainya di Restauran Hotel, mereka duduk di kursi yang sudah tersedia disana. Lika duduk berdampingan dengan Ibu Marisa sedangkan Reynand berdampingan dengan Alisa. Secara otomatis Lika berhadapan langsung dengan Reynand dengan jarak yang lumayan dekat. Lika menunduk terasa tidak nyaman.
"Mau makan apa Nak Lika?" Terdengar Ibu Marisa bertanya.
"Saya ikut Ibu Marisa saja," jawab Lika.
"Baiklah," ujar Ibu Marisa tanda setuju dengan pilihan Lika.
Setelah mereka memesan makanan masing -masing. Mereka mengembalikan daftar menu ke Pelayan Restauran yang sedang menunggu.
"Apa setiap hari Nak Lika berjualan di kawasan Wisata Mandalika?" tanya Ibu Marisa basa-basi sambil menunggu pesanan.
"Tidak Bu, tiap hari minggu saja," jawab Lika.
"Apa Lu gaptek, sekarang zaman digital. bisa kan jualan online, ngapaen capek-capek keliling sambil mikul dagangan, tinggal duduk manis datang tuh pesanan," sambar Reynand mengolok.
"Lika di ajarin, udah menge teknologi saya. buka aja Lika Ethnic.com," Jawab Lika.
" mSini Handphone-nya kalau ndak percaya," Pinta Lika.
Reynand menurut saja, dia memberikan Handphonenya dalam keadaan terbuka. Lika menerimanya dan terlihat mengotak atik Handphone milik Reynand kemudian membuka Handphone-nya. Entah apa yang dilakukan Gadis berhijab itu. Lika tersenyum puas berhasil menyadap Handphone milik Reynand.
"Ternyata tuan Reynand gampangan hihihi." cekikiknya.
Setelah berhasil kemudian dia mengembalikan ke Reynand. "Makasih, ya, gawainya berhasil saya sadap," bisik Lika kepada Reynand. Reynand terlihat kaget. Dia tidak menyangka cewek yang terlihat udik dan bodoh mampu membuatnya terlihat bodoh dihadapannya.
Reynand menjambak rambut gondrongnya yang terikat. Laki-laki itu sangat kesal pada dirinya sendiri yang terlihat polos di mata Gadis Tenun ini.
"Sial, siapa sebenarnya gadis ini, canggih juga otaknya," guman Reynand kasar hampir tak terdengar.
"Jadi pingin gue apain nih cewek?" Reynand berpikir serius. Begitu menemukan cara Reynand tersenyum. Nampak senyum devil terbit di bibirnya yang seksi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments