Kisah Cinta Gadis Tenun
Pagi dihari minggu Lika dengan senyum ramahnya menawarkan dagangannya kepada para pengunjung di kawasan wisata Tanjung An yang bertautan mesra dengan pantai Kuta Lomboq.
"Kain Tenunnya Bu," tawar Lika ramah.
Terlihat Ibu tersebut menggelengkan kepalanya tanda tak berminat. Dengan sopannya Lika beranjak pergi tanpa ada raut kecewa pada wajah manisnya.
Lika terus saja menawarkan dagangannya kepada para pengunjung yang ditemuinya dengan ramah namun belum membuahkan hasil.
Setelah puas menawarkan kain tenunnya, terlihat lambaian tangan dari seorang pengunjung yang sedang asyik duduk ditemani seorang wanita muda yang terlihat fokus menatap layar ponselnya.
Lika dengan gesitnya menghampirinya. "Mau Tenun Bu?" Lika menawarkan dagangan kepada Ibu yang memanggilnya.
"Boleh, berapaan?"
"Cuma 25 ribuan saja satu kain," jawab Lika bersemangat.
"Apa tidak bisa kurang?" Ibu itu menawar.
"Memang segitu harganya, tidak bisa dikurangi lagi, kalau di kurangi lagi hilang dong kembulannya. Pete bati telang kembulan," celoteh Lika dengan senyum cerianya.
Ibu itu menggelengkan kepalanya tak mengerti maksud gadis di hadapannya.
Lika baru sadar kalau Ibu tersebut bukan berasal dari Daerahnya. Tentu saja tidak mengerti ucapannya.
"Maaf Bu saya menggunakan bahasa saya. Maksudnya tadi mau nyari untung malah hilang modalnya," jawab Lika menjelaskan.
Ibu tersebut tertawa renyah mendengarkan penjelasan yang terdengar lucu baginya. Seorang Wanita muda yang sedari tadi sibuk dengan handphone-nya menoleh ke sumber suara.
"Kenapa Mommy, sepertinya senang banget?" tanya Gadis cantik yang berada di samping Wanita yang di panggil Mommy. Mendengarkan suara Wanita itu seketika perhatiannya teralih ke Wanita paruh baya itu.
"Ini nih, gadis ini lucu banget," jawab Wanita Paruh baya itu menjelaskan.
Wanita muda itu melihat ke arah Lika yang lagi sibuknya menata dagangannya.
"Jadi tidak Bu? kalau beli empat kain mendapatkan gelang ini satu," tawar Lika sambil memperlihatkan gelang dari benang di tengahnya ada tulisan Lomboq.
"Boleh deh, ini tenun yang dibuat dari tangan dengan alat tradisional bukan pabrikan, kan?" Ibu itu bertanya sambil sibuk memilih tenun yang diinginkannya.
"Iya Bu, kita menggunakan alat tradisional, kebetulan Desa saya pengrajin tenun semua." Lika menjelaskan produknya.
"Kain tenunnya kok murah?"
"Ini tenun biasa Bu, ini selimut sama sarung, kalau kain tenun yang digunakan untuk membuat baju atau yang lainnya harganya paling murah sekitar 150 ribuan tergantung jenis benang yang digunakan. Kain tenun dan kain songket akan semakin mahal tergantung kualitas benang yang dipakai, dengan pewarnaan alam, tingkat kerumitan motifnya dan juga waktu pengerjaannya. Kalau motifnya rumit dan membutuhkan waktu yang lama maka harganya pasti lumayanlah Bu." Lika menjelaskan panjang lebar tentang Kain Tenun.
"Apa Ibu berminat kain tenun sama songketnya? saya ada kok contoh-contohnya." Lika dengan gesitnya mengambil handphone-nya dari saku gamis kemudian membuka galery selanjutnya memperlihatkan koleksi tenun dan songketnya.
"Cantik-cantiknya, motifnya juga unik-unik," puji Ibu itu terus memperhatikan.
"Nah ini motif apa?" Ibu tersebut memperlihatkan tenun yang ada di Galery gawai Lika.
"Motif itu namanya motif Subahnale. Jadi motif Subahnale termasuk salah satu motif kuno yang lumayan rumit. Karena saking rumitnya para petenun berulang kali melafalkan Subhanallah, Maha Suci Allah ketika mengerjakan motif tersebut. Akhirnya diberikan nama Subahnale. Motif Subahnale merupakan motif dengan susunan geometris segi enam seperti sarang lebah dengan isian bunga lotus." Lika menjelaskan asal muasal penamaan motif tenun tersebut.
Terlihat Ibu tersebut mengangguk mengerti mendengarkan penjelasan Lika.
"Kalau berminat silahkan berkunjung ke galery saya, dilihat-lihat saja dulu siapa tahu ada yang ditaksir." Promosi Lika agar Ibu tersebut berkunjung.
"Ah mbak ini, saya sudah nenek-nenek masak iya mau naksir," sahut Ibu itu tersenyum.
"Maksudnya yang di taksir tenunnya Bu, kalau naksir cukup sama mantan pacar saja Bu." Lika menjelaskan maksud dari perkataannya. Dia tersenyum begitu menyadari Wanita paruh baya itu salah pengertian.
"Wadowh bisa gawat kalau ditahu masih naksir sama mantan pacar bisa-bisa tidak dikasik uang belanja setahun," sahut Ibu itu sembari tersenyum.
Lika terlihat bingung, memangnya ada berapa sih mantan pacar ibu ini?. Pertanyaan itu tiba-tiba saja muncul dalam benak Gadis Tenun itu.
"Saya saja jangankan punya mantan, pacaran saja tidak pernah tuh sampai segede gini," batin Lika melanjutkan akan pikirannya. Lika geleng-geleng kepala meratapi dirinya.
"Maksudnya saya Suaminya Ibu, kan sebelum jadi suami pernah jadi pacar, kalau sudah nikah jadinya mantan pacar." Lika menjelaskan apa maksud dari perkataannya agar Ibu tersebut mengerti dan salah faham.
"Wualaaah, salah ya?" Ibu itu kembali tertawa menampakkan barisan giginya yang putih terawat. Sembari memilih beberapa kain tenun yang diinginkannya.
Lika tersenyum mendengarkan tawa Wanita paruh baya itu. Tawa yang seakan tidak memiliki beban hidup sama sekali.
"Kain tenun ini saja." Wanita itu menyodorkan beberapa kain tenun pilihannya.
"Tidak sekalian Kaos dan mutiaranya Bu. Mutiaranya ada gelang, kalung, cincin dan anting." Lika kembali menawarkan sambil memperlihatkan barang-barangnya.
Ibu itu menanyakan harga dari mutiara tersebut. Lika menjelaskan sedetail mungkin produknya beserta harganya.
"Ini kok harganya murah, apa ini beneran mutiara asli? jangan-jangan KW lagi," tanya Ibu itu terlihat tidak yakin.
"Ah Mommy kayak kagak pernah beli mutiara saja, maklumlah mbak, mommy tahunya hanya berlian." Wanita muda yang sedari tadi diam akhirnya berkomentar juga.
Lika menggangguk tanda mengerti. Lika kemudian menjelaskan tentang mutiaranya. "Ini mutiara asli tapi jenisnya adalah jenis mutiara air tawar bentuknya sedikit lonjong tidak beraturan seperti ini. sedangkan mutiara air laut bentuknya bulat dan dihitung graman. Nah kalau yang ini baru kw, ini akan terkelupas karena berbahan dari plastik, sekilas memang mirip mutiara." Lika memperlihatkan benda tersebut. Lika menggores menggunakan pemotong kuku yang selalu dia bawa. Benda bulat tersebut terkelupas sedangkan perhiasan dari mutiara air tawar tidak terkelupas dan tidak berubah bentuknya.
"Ooooo, Ibu paham sekarang. Tadi menurut Mbak, jika kita beli kain tenun dapat gelang, kalau beli kaos ama mutiara dapat bonus apa?"
"Dapat Bros dari kulit kerang," jawab Lika bersemangat.
Mendengarkan penjelasan Lika, Ibu itu memilih beberapa Mutiara dan Kaos yang ditawarkan oleh Lika. Setelah puas memilih, beberapa Mutiara dan Kaos sudah beralih pada Tas ramah Lingkungan yang diberikan oleh Lika.
"Ini semua mbak, silahkan ditotal," ucap Wanita Paruh baya itu mengakhiri acara belanjanya.
Lika dengan gesit menghitung barang-barang yang dibeli oleh Pelanggannya sembari menyebutkan harganya agar Pelanggannya puas dan tidak merasa ditipu.
"Jadi ini totalnya, silahkan Ibu cek," ucap Lika menyodorkan Nota kepada Pelanggannya itu.
"Ibu percaya kok."
"Terima kasih atas kepercayaannya. Karena Ibu dan mbaknya sudah membeli banyak, ini saya kasik bonus permen gula aren. Saya buat sendiri kok jadi aman dan halal." Lika mempromosikan kreasinya.
" Apa permen gula aren ini di jual?" Ibu itu malah bertanya.
" Tidak Bu, untuk snack pribadi saya," jawab Lika.
" Oh gitu, ini uangnya pas, kan?" Ibu itu memberikan uang bayaran kepada Lika. Lika menerima uang tersebut dan menyerahkan barang-barang yang dibeli oleh Ibu tersebut tidak lupa juga menyerahkan bonus yang diberikan ditambah 10 buah permen gula aren.
Lika segera pamit, tidak lupa menyerahkan kartu nama. Sebelumnya mereka saling berkenalan satu sama lainnya.
Lika begitu bahagia. "Alhamdulillah ada juga yang laku, lumayan, Ibu Marisa baik banget. Tajir melintir terlihat dari apa yang dia gunakan, barang berandad semua. Memang seperti itu kalau Sultin asli tidak malu beli barang murah. Ibu Marisa Luar biasa." Lika memuji Pelanggan yang dilihatnya bukan orang sembarangan. Dia yakin Wanita itu dari kalangan Sultan.
Baru saja Lika menikmati keberuntungannya. Tanpa angin, tanpa sebab, tanpa pengumuman terlebih dahulu tiba-tiba saja seseorang menabraknya. Walah remnya blong!.
Bruuuuk." Seperti itu bunyinya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Green Garden
Permisi author dan para pembaca setia noveltoon.
Baca juga karya novel aku yang judulnya counting of love.
Tinggalkan komentar,like dan votenya juga ya...
2021-03-21
0
Mbah Titi
episode 20
2021-02-24
1
Mbah Titi
episode selanjutnya
2021-02-24
1