Denisa POV
Perjalanan kereta yang terkendala dan terhambat. Petugas kereta memberitahukan kalau ada masalah kelistrikan saja dan sudah segera ditangani oleh teknisi. Masih menunggu dalam kegelapan dan penuh rasa was-was menguasai hatiku. Hanya terdengar suara-suara obrolan beberapa penumpang yang mengobrol cemas.
Setelah menunggu lebih dari satu jam petugas kereta datang lagi membawa senter besar memberitahukan kalau semua penumpang di gerbong ini harus pindah ke gerbong lain didepan nya. Dengan mengikuti arahan petugas aku sabar menunggu saja membiarkan orang yang membawa anak anak dan orang tua juga yang membawa banyak barang untuk berjalan terlebih dulu.
Aku menyalakan flash lampu ponsel ku untuk membantu mempermudah orang melangkah. Dan aku berjalan paling terakhir diantara mereka. Aku berjalan pelan sambil menunggu antrian ke arah bagian depan mengikuti arahan petugas kereta. Setelah melewati tiga gerbong sampai akhirnya petugas kereta memberitahukan bahwa aku bisa menempati salah satu tempat duduk di gerbong ini.
Tanpa pikir panjang aku langsung duduk asal saja di tempat duduk kosong yang terdekat dari tempat ku berdiri. Menaruh tas ranselku dan aku duduk di samping seorang laki laki yang duduk sendiri di samping jendela. Karena keadaan masih gelap dan lampu flash ponselku yang masih ku nyalakan tanpa sengaja mengarah ke wajahnya ketika aku hendak melepas tas ranselku. Wajah lelaki itu langsung terlihat terganggu dan terlihat tidak senang.
" Maaf ya, " Ucapku canggung dan merasa tak enak hati. Dan lelaki itu hanya melirik ke wajah ku sekilas dan langsung melengos dengan wajah tidak suka nya. Aku merutuk dalam hati kenapa ada laki-laki jutek sekali. Tapi ya sudahlah aku mencoba masa bodoh saja. Dia hanya terganggu karena lampu flash ponselku dan tidak mengusir ku untuk pergi mencari kursi lain berarti dia sama sekali tidak keberatan aku duduk disampingnya.
Duduk dalam diam dan gelap laki laki itu memandang ke luar jendela. Aku mau bicara menyapa lagi tapi sepertinya lelaki itu tak mau berinteraksi. Jadi aku pun hanya terdiam saja sampai akhirnya lampu menyala terang kembali.
"Alhamdulillah" ucapku spontan sambil tersenyum kegirangan.
Lelaki itu membenarkan posisi duduknya dan tetap memandang keluar jendela. Setelah terang baru ku tau kalau gerbong ini bukan gerbong kelas bisnis yang biasa aku beli tiketnya. Aku melayangkan pandangan ke sekeliling ruangan kereta. Sangat mewah interiornya dan bahkan didepan ada mini bar. Aku merasa sedikit senang dapat merasakan naik gerbong mewah dalam keadaan yang tak terduga.
Tak lama kemudian kereta kembali berjalan dan dalam lamunan panjang aku kembali terbawa suasana kembali mengingat kesedihan ku. Air mata kembali mengalir mengiringi rasa sedih ku. Banyak yang harus ku persiapan ke depan nya. Menyiapkan kekuatan untuk melupakan ketergantungan ku kepada Rayend. Mulai berusaha melupakan segala perhatian Rayend yang selama ini ku dapatkan. Kembali melangkah sendiri tanpa ada teman berbagi cerita suka dan duka. Ah Rayend kenapa harus seperti ini akhir cerita kita.
Aku menyusut hidung yang tidak nyaman karena tangis ku. Sementara hujan diluar sana terasa semakin deras dan kilat mulai terlihat menyambar di iringi dentuman yang mengagetkan. Sekilas kulihat lelaki di sampingku dengan gugup menutup tirai jendela. Sepertinya kesenangan nya melihat ke arah luar jendela menjadi terganggu. Entah kenapa kulihat tangannya sedikit gemetar waktu menutup tirai. Lalu terlihat lagi cahaya terang diluar dan dentuman halilintar yang keras sekali.
Aku menghela nafas sambil mengelus dada menghilangkan kekagetan dan mengalihkan pandangan ku ke arah lain lalu kembali ke lamunan sedihku. Sampai terdengar suara orang seperti menggigil menahan rasa rasa sakit. Aku menoleh ke arah sampingku, kulihat tuan jutek itu menutup telinganya sambil memejamkan mata. Wajahnya pucat dan titik keringat di dahinya terlihat. Aku sedikit kaget dan mencoba bertanya " Maaf, si mas nya kenapa? apa baik baik saja? " tanyaku dan dia tidak menjawab tapi langsung mencekal tanganku.
" To..tolong " ucapnya terbata. Disaat bersamaan terdengar suara petir dengan kerasnya sampai terasa membuat sakit kepala dan sesaat telingaku tak bisa mendengar juga kilatan cahaya yang terasa dekat membayang di balik jendela kereta yang tertutup gordin. Belum selesai rasa kaget yang di sebabkan fenomena alam itu selanjutnya di susul suara dentuman hebat disertai guncangan yang membuat semua yang ada di kereta terhempas ke depan lalu terlempar ke arah kanan.
Lalu gelap seketika.. Aku masih bisa mendengar suara riuh orang meminta tolong. Kepalaku terasa sedikit pusing dan beberapa bagian tubuhku terasa sakit. Mungkin ada beberapa bagian tubuhku yang memar akibat terlempar. Aku berusaha berdiri dengan sisa kekuatanku.
Posisi kereta miring ke kanan. Dalam gelap aku berusaha mencari jalan keluar. Aku berhasil berjalan pelan menuju arah pintu. Beberapa orang sudah berusaha menggunakan alat seadanya memecahkan kaca. Terlihat beberapa petugas kereta dari luar mengintruksikan cara memecahkan kaca dan membuka pintu darurat. Aku yang hanya sedikit terluka ikut berusaha sekuat tenaga mengikuti arahan dan membantu beberapa orang akhirnya pintu bisa terbuka dan ada jalan keluar.
Saat keluar kulihat dua gerbong depan ku ada yang sudah tergelincir jatuh. Pemandangan di sekeliling ku hanya sawah dan jeritan orang-orang yang terluka dan merintih dan juga berdoa bergema di telinga ku. Beberapa orang kulihat mulai membantu evakuasi untuk mengeluarkan orang orang yang terluka. Ku bulatkan tekad ku untuk membantu mengevakuasi semampuku.
Aku pun kembali menaiki gerbong yang tadi kutinggalkan. Dengan penuh semangat ku mulai membantu memapah dan menolong keluar dari kereta. Bersama penumpang lain yang tak terluka bahu membahu mengeluarkan mereka yang tak mampu keluar sendiri. Dan ketika sampai di lelaki jutek itu aku melihatnya kesakitan. Tidak bisa bergerak banyak rupanya kaki kanan nya terluka. Aku menariknya untuk bisa keluar memapah nya. Sekuat tenaga membantu nya turun dari kereta. Setelah berhasil turun dan ku mendudukkan nya di tempat yang terlihat aman. Berkumpul bersama yang terluka lain.
Aku masih terus bolak balik membantu disisa tenaga ku yang sepertinya mulai habis, tapi rasa kemanusiaan ku memberikan semangat yang luar biasa. Tapi sungguh aku tidak berani membantu ke arah gerbong yang sudah jatuh tergelincir. Aku takut jika harus melihat orang yang terluka diluar kemampuanku. Karena sebenarnya aku pengecut untuk melihat hal seperti itu. Ini karena gelap dan fokus hanya membantu orang keluar tanpa memperhatikan atau melihat luka mereka jadinya aku berani.
Aku masih bolak balik fokus mencari arah suara minta tolong sampai akhirnya ada tangan menarik lengan bajuku. Aku terhempas ketanah dan disaat bersamaan kulihat gerbong yang tadi sudah miring ambruk ketanah. Gerbong itu jatuh hanya beberapa senti dari kaki ku diiringi suara keras gemuruh kereta jatuh dan serta angin yang kencang membuat pandangan ku menjadi sangat gelap seketika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments