bab 4 Terlambat 2

"Nis..Nisa" Dian mama Nisa menepuk pipi Nisa. Berusaha membangunkan anak semata wayangnya dari alam mimpinya.

"Ayo bangun nanti kamu terlambat Nak" ucapnya penuh kasih sayang.

"Sebentar lagi Ma. Nisa masih ngantuk nih"

"Sekarang sudah pukul 6 Nisa. mau bangun jam berapa? kamu nggak malu berangkat terlambat lagi" . Dian membuka tirai jendela lebar lebar berharap dengan cahaya yang masuk akan membangunkan putrinya.

Sontak Nisa kaget mendengar jawaban Mamanya.

"Serius Ma?"

"Kamu liat aja sendiri" Dian terlihat gusar. Susah sekali membawa putrinya ke alam sadarnya.

"Mama kok nggak bangunin Nisa dari tadi sih"

"Mama udah bangun kamu berkali kali tapi kamu nggak mau bangun. Mama juga khawatir kalau kamu pingsan bukan tidur"

Nisa membuka lemari pakaiannya dengan kasar. Berlari menuju kamar mandi dengan tergesa.

Dian tak mau ambil pusing. Dia memilih untuk menyiapkan sarapan untuk putrinya.

15 menit berlalu.

****** telat lagi. Nisa Kemaren lo udah telat. Enggak mungkin kan kalo telat lagi. Mau di taruh dimana muka lo. Nisa mendamprat dirinya sendiri didepan kaca. Menyisir rambut asal asalan. Alhasil bukannya menambah rapi malah semakin berantakan nggak karuan. Bodo amat lah.

Tangan kanannya cekatan mengambil sembarang make up. Dimulai dari bedak, kemudian maskcara meskipun hanya tipis namun berhasil meninggalkan jejak kelentikan dibulu matanya. Terakhir lip balm. Selesai.

Disekolahnya menggunakan sistem lima hari kerja. empat hari sekolah diawali dengan terlambat datang. Nisa berusaha secepat mungkin menyelesaikan dandanannya, ia tidak ingin terlambat. Hari terakhir sebelum akhir pekan harus berakhir bahagia tanpa ada omelan dari guru piketnya, dengan begitu ia bisa menikmati week end dengan tenang.

Nisa menuruni tangga secepat kilat. Menuju meja makan, tak luput tangannya sibuk memakai dasi.

"Nisa berangkat dulu yah mah, Assalammu'alaikum. Pamit Nisa sambil berlari menuju beranda depan.

"Makan duku Nis mama udah buatkan sarapannya" teriak Dian meskipun tahu akan mendapat penolakan dari Nisa.

"Sarapannya Nanti aja Ma. Nisa udah telat nih. Lagian Nisa udah bawa bekal" Ucap Nisa yang juga berteriak, posisinya kini berada diberanda rumah.

Dian mengelus dadanya entah kapan putrinya akan tobat dari kebiasan buruknya. Ia juga tidak berusaha mencegah Nisa untuk sarapan. Saat masih pagi pun Nisa tidak menyentuh sarapannya apa lagi di saat genting seperti ini. Seteguk susu pun tidak. Namun Dian bersyukur Nisa tak pernah menolak untuk membawa bekal.

Ia melanjutlan aktifitas sarapan paginya. Sendiri pun terasa nikmat. Apalagi berdua pasti romantis fikirnya. Dian menepis imajinasi liarnya. Setelah berpisah dari pak Jaya, Ayah Nisa ia tak berniat untuk menikah lagi. Dimasa tuanya sekarang ia hanya memikirkan masa depan Nisa bukan masa lalunya.

Nisa yang sedang asyik memakai sepatunya sekilas melirik pergelangan tangannya. Jam mungil yang melingkari pergelangan tangannya menunukkan waktu pukul 06.45.

Nisa menimbang sesuatu. Kemudian ia memutuskan untuk menemui mamanya

Dian terkejut mendengar suara langkah kaki mendekat padanya.

"Kenapa balik lagi Nis?"

"Nisa laper mah. lagian juga udah terlambat mending di telatin aja sekalian" jelas Nisa. mulutnya Asik memakan nasi goreng buatan mamanya.

"Maksudnya?"

Nisa menelan makanan yang sudah masuk kemulutnya dengan cepat.

"Gini lho mah kalo jam segini pintu gerbang udah ditutup. Lebih baik Nisa sarapan dulu dari pada nunggu lama di depan gerbang kan ga berfaedah" papar nisa mencoba menjelaskan.

Dian masih tak mengerti arah pikiran putrinya. Biasanya anak sekolah seperti Nisa akan panik jika mengetahui akan terlambat. Sedangkan yang satu ini malah santai mengobrol ria dengan Mamanya. Astaga, Dian dibuat heran denaan kelakuan Nisa.

"Udah deh mama" lanjut Nisa lagi

"Mama nggak perlu mikirin macem macem kan yang terlambat Nisa bukan Mama"

Nisa tanpa berdosa asyik menyantap sarapannya tak peduli dengan wajah kebingungan mamanya.

Dian tersenyum tanggung.

"Ya sudah lah. Lagi pula kamu kan udah biasa terlambat justru akan aneh kalau kamu nggak terlambat kan?"

Nisa mendelik kaget. Ia hampir saja tersedak makanan yang ditelannya mendengar pertanyaan atau malah sindiran dari mamanya.

07.00

Pintu gerbang kembali dibuka. Dilain sisi Nisa baru saja hendak meluncur ke sekolahnya. Nisa memberhentikan sebuah angkutan umum. "Semoga aja engga macet " bisiknya pelan. Dalam waktu 20 menit ia sampai dipertigaan menuju sekolahnya. Ia harus berjalan 600 meter ke utara menuju sekolahnya. Ia tak bisa membayangkan keterlambatannya sangat fatal kali ini bisa diperkirakan hampir setengah jam.

"Kok perasaan gue jadi nggak karuan yah" nisa mendesis pelan. Tampak didepannya pintu gerbang terbuka lebar. Tampak sepi. Ia bisa leluasa masuk tanpa takut dikomentari oleh satpam disekolahnya.

Rasanya ringan sekali bebannya berkurang. Namun hatinya kembali menciut tak kala melewati lobi sekolah. Nisa mengamati sekitarnya. Dilihatnya pak Jay duduk manis menghadap siswanya yang bernasib sama dengannya, terlambat. Semua di intrograsi tanpa terkecuali meskipun rata rata jawabanya pasti akan sama.

Nisa berjalan mendekat. Tersenyum kikuk. Pak Jay belum menyadari keberadaannya.

Semakin dekat. Pak Jay menurunkan kacamata miliknya memperhatikan siapa yang merusak ceramah paginya.

"Nisa?"

"Eeeh iya pak" jawab Nisa gugup. Kaget, takut juga malu. Beberapa pasang mata melirik ke arahnya.

"Kamu lagi" Seru Pak Jay.

Hati Nisa dag dig dug. berdetak tak teratur.

"Kenapa terlambat?"

"Kesiangan pak"

"Kenapa bisa kesiangan?"

"Karena bangunnya siang pak" Jawab Nisa polos. Dilihatnya beberapa siswa menahan tawanya. Nisa tak peduli dia masih memikirkan jalan cerita seperti apa agar terlihat logis.

"Maksud saya, kenapa bisa bangunnya kesiangan Nisa?" tutur pak Jay sabar.

"karena kesiangan lah pak " Nisa masih kekeh dengan jawabannya entah itu nyambung atau tidak.

Seketika tawa siswa lainnya meledak. Pak Jay melambaikan tangannya,menyerah. Angkat tangan jika harus berurusan lebih lanjut dengan Nisa.

"Sudah semuanya kembali ke kelas masing masing. Nisa kamu isi surat pelanggaran ini dulu, baru kembali ke kelas"

Nisa menurut. Ditatapnya jam dinding di lobi sekolah. Waktu sepuluh menit dihabiskan hanya untuk mengantri surat izin masuk kelas. Keterlambatannya yang semula 30 menit bertambah menjadi 40 menit. Itu pun belum berakhir, ia masih harus berjalan beberapa meter untuk sampai dikelasnya yang berada di pojok sekolah. Uuuh sial batin Nisa.

Masalahnya belum selesai. Ia masih harus berurusan dengan guru mata pelajaran jam pertama. Pokok permasalahannya pun masih sama. Kenapa terlambat? aaah sudahlah. jalani saja semua pasti akan berlalu Nisa menyemangati dirinya sendiri.

Tok..tok..tok Assalammu'alaikum Nisa tersenyum dibuat seramah mungkin.

Hampir seisi kelas menertawakan kedatangannya. Bu Tati melirik jam di dindingnya.

"Kamu tau ini jam berapa?" Terlihat emosi terpancar dari wajahnya. Bu Tati bersiap menyerangnya dengan berbagai pertanyaan.

teet...teet..

Bel tanda pergantian mata pelajaran. Mapel ke dua.

Gemuruh tawa kembali pecah. Nisa menggigit bibirnya pelan. Keterlambatannya sangat fatal. Tak ada yang bisa dilakukan nisa kecuali diam mendengarkan segalN kemarahan Bu Tati. Sesekali ia tersenyum menahan malu. Dia juga berharap semoga Bu Tati luluh dengan senyumannya.

"Kenapa kamu terlambat?

"Maaf Bu tadi saya bangun kesiangan" ungkap Nisa sesopan mungkin. Berharap suaranya yang lemah lembuh bisa meredam kemarahan Bu Tati. Halunya diriku.

"Lain kali jangan kamu ulangi Nisa. sekarang kembali ke tempat dudukmu"

"Baik bu . Terima kasih" Ucap Nisa pelan.

Tatapan mata teman temannya mengiringi langkahnya. Bahkan ada yang terang terangan tertawa sambil berbisik keteman sebangkunya.

Nisa tak mempermasalahkannya. Ia bersyukur Bu Tati memberinya izin untuk mengikuti mata pelajarannya. Dalam mapel Ekonomi mungkin sebagian temannya akan senang jika tidak diperbolehkan masuk mengikuti pelajaran. Lebih baik sarapan dikantin dari pada mengerjakan angka angka akuntansi.

Tapi tidak untuk Nisa ini bisa merugikan dirinya. Jika mengikuti materinya saja masih membuatnya kebingungan dalam mengerjakan soal, bagaimana jika hanya membaca materi tanpa dijelaskan dahulu? Meskipun hasilnya sama sama nihil setidaknya ada catatan yang berbekas di bukunya. menandakan jika memang dia seorang siswa.

Yola menatap Nisa dengan tatapan tidak biasanya. Walaupun lumrah saja jika seorang Nisa untuk terlambat. Namun kali ini benar benar kelewatan.

"Parah lo Nis. Lo ngapain aja coba? bangun jam berapa? cecar Yola beruntun tanpa memberi jeda untuk Nisa menjawab.

Lo masih pengen sekolah kan? imbuh Yola lagi.

"Pertanyaan lo banyak banget si La sampe gue lupa lo nanya apaan " balas Nisa santai.

"Lo bangun jam berapa si?"

"nggak tau gue nggak liat jam. Tau tau dibangunin nyokap udah siang aja".

Nisa tak memperdulikan Yola dia memilih menyimak materi dari Bu tati dari menyimak ocehanya.

Terpopuler

Comments

Jenny Nanda

Jenny Nanda

123456$7

2021-10-22

0

Wiselovehope🌻 IG@wiselovehope

Wiselovehope🌻 IG@wiselovehope

Like ❤️👍❤️👍❤️👍

2021-02-14

1

🌻Ruby Kejora

🌻Ruby Kejora

nyicil...tar q sambung lg.sampai sini dulu ya

2021-02-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Masa Orientasi Sekolah
2 Bab 2 Teman Baru
3 Bab 3 Terlambat 1
4 bab 4 Terlambat 2
5 bab 5 Kepingan Masa Lalu
6 Bab 6 Bukan Sekedar Halusinasi
7 Bab 7 Luka Itu Masih Menganga
8 Bab 8 Geng Somplak
9 Bab 9 Penghuni geng somplak
10 Bab 10 Misi Yang Gagal
11 Bab 11 Keganjilan
12 Bab 12 Meeting Yang Tidak Penting
13 Bab 13 Mengalah
14 Bab 14 Penasaran
15 Bab 15 Kebetulan Yang Tidak Disengaja
16 Bab 16 Penasaran ( Lagi)
17 Bab 17 Indahnya Berghibah
18 Pengumuman
19 Bab 18 Agenda Hari sabtu
20 Bab 19 Ngangenin Vs Ngeselin
21 Bab 20 Indahnya persahabatan
22 Bab 21 Maaf (1)
23 Bab 22 Merasa Bersalah
24 Bab 23 Kecewa
25 Bab 24 Bimbang
26 Bab 25 Cengo
27 Bab 26 Fakta Baru
28 Bab 27 Salah Paham
29 Bab 28 Setitik Ketenangan
30 Bab 29 Menguak Masa Lalu
31 Bab 30 Mencoba Ikhlas
32 Bab 31 Mengalah
33 Bab 32 Terciduk
34 Bab 33 Senjata Makan Tuan
35 Bab 34 Mati Rasa
36 Bab 35 Akhir dari kemarahan Yola
37 Bab 36 Curiga
38 Bab 37 Baper
39 Bab 38 Memanfaatkan keadaan
40 Bab 39 Mangsa Baru
41 Bab 40
42 Bab 41
43 Bab 42
44 Bab 43
45 Bab 44
46 Bab 45
47 Bab 46
48 Bab 47
49 Bab 48
50 Bab 49
51 Bab 50
52 Bab 51
53 Bab 52
54 Bab 53
55 54
56 55
57 Bab 56
58 Bab 57
59 Bab 58
60 Bab 59
61 Bab 60
62 Bab 61
63 62
64 Bab 63
65 Bab 64
66 Bab 65
67 Bab 66
68 67 Pembuktian
69 68
70 69
71 Bab 70 Stttt Cukup Kita Yang Tau!!
72 71
73 72
74 73
75 74
76 Bab 75
77 76
78 77
79 78
80 79
81 80
82 Bab 81
83 82 Maaf
84 83 Meminta Penjelasan
85 84 Penjelasan
86 85 Cemburukah?
87 86 Keputusan
88 87 Lembaran Baru
89 Bab 88
90 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 92 Sosok itu lagi?!!
94 Bab 93 Siapa dalang yang sebenarnya?.
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 100 Semakin rumit
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Pengumuman
105 Pengumuman
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Bab 1 Masa Orientasi Sekolah
2
Bab 2 Teman Baru
3
Bab 3 Terlambat 1
4
bab 4 Terlambat 2
5
bab 5 Kepingan Masa Lalu
6
Bab 6 Bukan Sekedar Halusinasi
7
Bab 7 Luka Itu Masih Menganga
8
Bab 8 Geng Somplak
9
Bab 9 Penghuni geng somplak
10
Bab 10 Misi Yang Gagal
11
Bab 11 Keganjilan
12
Bab 12 Meeting Yang Tidak Penting
13
Bab 13 Mengalah
14
Bab 14 Penasaran
15
Bab 15 Kebetulan Yang Tidak Disengaja
16
Bab 16 Penasaran ( Lagi)
17
Bab 17 Indahnya Berghibah
18
Pengumuman
19
Bab 18 Agenda Hari sabtu
20
Bab 19 Ngangenin Vs Ngeselin
21
Bab 20 Indahnya persahabatan
22
Bab 21 Maaf (1)
23
Bab 22 Merasa Bersalah
24
Bab 23 Kecewa
25
Bab 24 Bimbang
26
Bab 25 Cengo
27
Bab 26 Fakta Baru
28
Bab 27 Salah Paham
29
Bab 28 Setitik Ketenangan
30
Bab 29 Menguak Masa Lalu
31
Bab 30 Mencoba Ikhlas
32
Bab 31 Mengalah
33
Bab 32 Terciduk
34
Bab 33 Senjata Makan Tuan
35
Bab 34 Mati Rasa
36
Bab 35 Akhir dari kemarahan Yola
37
Bab 36 Curiga
38
Bab 37 Baper
39
Bab 38 Memanfaatkan keadaan
40
Bab 39 Mangsa Baru
41
Bab 40
42
Bab 41
43
Bab 42
44
Bab 43
45
Bab 44
46
Bab 45
47
Bab 46
48
Bab 47
49
Bab 48
50
Bab 49
51
Bab 50
52
Bab 51
53
Bab 52
54
Bab 53
55
54
56
55
57
Bab 56
58
Bab 57
59
Bab 58
60
Bab 59
61
Bab 60
62
Bab 61
63
62
64
Bab 63
65
Bab 64
66
Bab 65
67
Bab 66
68
67 Pembuktian
69
68
70
69
71
Bab 70 Stttt Cukup Kita Yang Tau!!
72
71
73
72
74
73
75
74
76
Bab 75
77
76
78
77
79
78
80
79
81
80
82
Bab 81
83
82 Maaf
84
83 Meminta Penjelasan
85
84 Penjelasan
86
85 Cemburukah?
87
86 Keputusan
88
87 Lembaran Baru
89
Bab 88
90
89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
92 Sosok itu lagi?!!
94
Bab 93 Siapa dalang yang sebenarnya?.
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 100 Semakin rumit
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Pengumuman
105
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!