"Nis..Nisa" Dian mama Nisa menepuk pipi Nisa. Berusaha membangunkan anak semata wayangnya dari alam mimpinya.
"Ayo bangun nanti kamu terlambat Nak" ucapnya penuh kasih sayang.
"Sebentar lagi Ma. Nisa masih ngantuk nih"
"Sekarang sudah pukul 6 Nisa. mau bangun jam berapa? kamu nggak malu berangkat terlambat lagi" . Dian membuka tirai jendela lebar lebar berharap dengan cahaya yang masuk akan membangunkan putrinya.
Sontak Nisa kaget mendengar jawaban Mamanya.
"Serius Ma?"
"Kamu liat aja sendiri" Dian terlihat gusar. Susah sekali membawa putrinya ke alam sadarnya.
"Mama kok nggak bangunin Nisa dari tadi sih"
"Mama udah bangun kamu berkali kali tapi kamu nggak mau bangun. Mama juga khawatir kalau kamu pingsan bukan tidur"
Nisa membuka lemari pakaiannya dengan kasar. Berlari menuju kamar mandi dengan tergesa.
Dian tak mau ambil pusing. Dia memilih untuk menyiapkan sarapan untuk putrinya.
15 menit berlalu.
****** telat lagi. Nisa Kemaren lo udah telat. Enggak mungkin kan kalo telat lagi. Mau di taruh dimana muka lo. Nisa mendamprat dirinya sendiri didepan kaca. Menyisir rambut asal asalan. Alhasil bukannya menambah rapi malah semakin berantakan nggak karuan. Bodo amat lah.
Tangan kanannya cekatan mengambil sembarang make up. Dimulai dari bedak, kemudian maskcara meskipun hanya tipis namun berhasil meninggalkan jejak kelentikan dibulu matanya. Terakhir lip balm. Selesai.
Disekolahnya menggunakan sistem lima hari kerja. empat hari sekolah diawali dengan terlambat datang. Nisa berusaha secepat mungkin menyelesaikan dandanannya, ia tidak ingin terlambat. Hari terakhir sebelum akhir pekan harus berakhir bahagia tanpa ada omelan dari guru piketnya, dengan begitu ia bisa menikmati week end dengan tenang.
Nisa menuruni tangga secepat kilat. Menuju meja makan, tak luput tangannya sibuk memakai dasi.
"Nisa berangkat dulu yah mah, Assalammu'alaikum. Pamit Nisa sambil berlari menuju beranda depan.
"Makan duku Nis mama udah buatkan sarapannya" teriak Dian meskipun tahu akan mendapat penolakan dari Nisa.
"Sarapannya Nanti aja Ma. Nisa udah telat nih. Lagian Nisa udah bawa bekal" Ucap Nisa yang juga berteriak, posisinya kini berada diberanda rumah.
Dian mengelus dadanya entah kapan putrinya akan tobat dari kebiasan buruknya. Ia juga tidak berusaha mencegah Nisa untuk sarapan. Saat masih pagi pun Nisa tidak menyentuh sarapannya apa lagi di saat genting seperti ini. Seteguk susu pun tidak. Namun Dian bersyukur Nisa tak pernah menolak untuk membawa bekal.
Ia melanjutlan aktifitas sarapan paginya. Sendiri pun terasa nikmat. Apalagi berdua pasti romantis fikirnya. Dian menepis imajinasi liarnya. Setelah berpisah dari pak Jaya, Ayah Nisa ia tak berniat untuk menikah lagi. Dimasa tuanya sekarang ia hanya memikirkan masa depan Nisa bukan masa lalunya.
Nisa yang sedang asyik memakai sepatunya sekilas melirik pergelangan tangannya. Jam mungil yang melingkari pergelangan tangannya menunukkan waktu pukul 06.45.
Nisa menimbang sesuatu. Kemudian ia memutuskan untuk menemui mamanya
Dian terkejut mendengar suara langkah kaki mendekat padanya.
"Kenapa balik lagi Nis?"
"Nisa laper mah. lagian juga udah terlambat mending di telatin aja sekalian" jelas Nisa. mulutnya Asik memakan nasi goreng buatan mamanya.
"Maksudnya?"
Nisa menelan makanan yang sudah masuk kemulutnya dengan cepat.
"Gini lho mah kalo jam segini pintu gerbang udah ditutup. Lebih baik Nisa sarapan dulu dari pada nunggu lama di depan gerbang kan ga berfaedah" papar nisa mencoba menjelaskan.
Dian masih tak mengerti arah pikiran putrinya. Biasanya anak sekolah seperti Nisa akan panik jika mengetahui akan terlambat. Sedangkan yang satu ini malah santai mengobrol ria dengan Mamanya. Astaga, Dian dibuat heran denaan kelakuan Nisa.
"Udah deh mama" lanjut Nisa lagi
"Mama nggak perlu mikirin macem macem kan yang terlambat Nisa bukan Mama"
Nisa tanpa berdosa asyik menyantap sarapannya tak peduli dengan wajah kebingungan mamanya.
Dian tersenyum tanggung.
"Ya sudah lah. Lagi pula kamu kan udah biasa terlambat justru akan aneh kalau kamu nggak terlambat kan?"
Nisa mendelik kaget. Ia hampir saja tersedak makanan yang ditelannya mendengar pertanyaan atau malah sindiran dari mamanya.
07.00
Pintu gerbang kembali dibuka. Dilain sisi Nisa baru saja hendak meluncur ke sekolahnya. Nisa memberhentikan sebuah angkutan umum. "Semoga aja engga macet " bisiknya pelan. Dalam waktu 20 menit ia sampai dipertigaan menuju sekolahnya. Ia harus berjalan 600 meter ke utara menuju sekolahnya. Ia tak bisa membayangkan keterlambatannya sangat fatal kali ini bisa diperkirakan hampir setengah jam.
"Kok perasaan gue jadi nggak karuan yah" nisa mendesis pelan. Tampak didepannya pintu gerbang terbuka lebar. Tampak sepi. Ia bisa leluasa masuk tanpa takut dikomentari oleh satpam disekolahnya.
Rasanya ringan sekali bebannya berkurang. Namun hatinya kembali menciut tak kala melewati lobi sekolah. Nisa mengamati sekitarnya. Dilihatnya pak Jay duduk manis menghadap siswanya yang bernasib sama dengannya, terlambat. Semua di intrograsi tanpa terkecuali meskipun rata rata jawabanya pasti akan sama.
Nisa berjalan mendekat. Tersenyum kikuk. Pak Jay belum menyadari keberadaannya.
Semakin dekat. Pak Jay menurunkan kacamata miliknya memperhatikan siapa yang merusak ceramah paginya.
"Nisa?"
"Eeeh iya pak" jawab Nisa gugup. Kaget, takut juga malu. Beberapa pasang mata melirik ke arahnya.
"Kamu lagi" Seru Pak Jay.
Hati Nisa dag dig dug. berdetak tak teratur.
"Kenapa terlambat?"
"Kesiangan pak"
"Kenapa bisa kesiangan?"
"Karena bangunnya siang pak" Jawab Nisa polos. Dilihatnya beberapa siswa menahan tawanya. Nisa tak peduli dia masih memikirkan jalan cerita seperti apa agar terlihat logis.
"Maksud saya, kenapa bisa bangunnya kesiangan Nisa?" tutur pak Jay sabar.
"karena kesiangan lah pak " Nisa masih kekeh dengan jawabannya entah itu nyambung atau tidak.
Seketika tawa siswa lainnya meledak. Pak Jay melambaikan tangannya,menyerah. Angkat tangan jika harus berurusan lebih lanjut dengan Nisa.
"Sudah semuanya kembali ke kelas masing masing. Nisa kamu isi surat pelanggaran ini dulu, baru kembali ke kelas"
Nisa menurut. Ditatapnya jam dinding di lobi sekolah. Waktu sepuluh menit dihabiskan hanya untuk mengantri surat izin masuk kelas. Keterlambatannya yang semula 30 menit bertambah menjadi 40 menit. Itu pun belum berakhir, ia masih harus berjalan beberapa meter untuk sampai dikelasnya yang berada di pojok sekolah. Uuuh sial batin Nisa.
Masalahnya belum selesai. Ia masih harus berurusan dengan guru mata pelajaran jam pertama. Pokok permasalahannya pun masih sama. Kenapa terlambat? aaah sudahlah. jalani saja semua pasti akan berlalu Nisa menyemangati dirinya sendiri.
Tok..tok..tok Assalammu'alaikum Nisa tersenyum dibuat seramah mungkin.
Hampir seisi kelas menertawakan kedatangannya. Bu Tati melirik jam di dindingnya.
"Kamu tau ini jam berapa?" Terlihat emosi terpancar dari wajahnya. Bu Tati bersiap menyerangnya dengan berbagai pertanyaan.
teet...teet..
Bel tanda pergantian mata pelajaran. Mapel ke dua.
Gemuruh tawa kembali pecah. Nisa menggigit bibirnya pelan. Keterlambatannya sangat fatal. Tak ada yang bisa dilakukan nisa kecuali diam mendengarkan segalN kemarahan Bu Tati. Sesekali ia tersenyum menahan malu. Dia juga berharap semoga Bu Tati luluh dengan senyumannya.
"Kenapa kamu terlambat?
"Maaf Bu tadi saya bangun kesiangan" ungkap Nisa sesopan mungkin. Berharap suaranya yang lemah lembuh bisa meredam kemarahan Bu Tati. Halunya diriku.
"Lain kali jangan kamu ulangi Nisa. sekarang kembali ke tempat dudukmu"
"Baik bu . Terima kasih" Ucap Nisa pelan.
Tatapan mata teman temannya mengiringi langkahnya. Bahkan ada yang terang terangan tertawa sambil berbisik keteman sebangkunya.
Nisa tak mempermasalahkannya. Ia bersyukur Bu Tati memberinya izin untuk mengikuti mata pelajarannya. Dalam mapel Ekonomi mungkin sebagian temannya akan senang jika tidak diperbolehkan masuk mengikuti pelajaran. Lebih baik sarapan dikantin dari pada mengerjakan angka angka akuntansi.
Tapi tidak untuk Nisa ini bisa merugikan dirinya. Jika mengikuti materinya saja masih membuatnya kebingungan dalam mengerjakan soal, bagaimana jika hanya membaca materi tanpa dijelaskan dahulu? Meskipun hasilnya sama sama nihil setidaknya ada catatan yang berbekas di bukunya. menandakan jika memang dia seorang siswa.
Yola menatap Nisa dengan tatapan tidak biasanya. Walaupun lumrah saja jika seorang Nisa untuk terlambat. Namun kali ini benar benar kelewatan.
"Parah lo Nis. Lo ngapain aja coba? bangun jam berapa? cecar Yola beruntun tanpa memberi jeda untuk Nisa menjawab.
Lo masih pengen sekolah kan? imbuh Yola lagi.
"Pertanyaan lo banyak banget si La sampe gue lupa lo nanya apaan " balas Nisa santai.
"Lo bangun jam berapa si?"
"nggak tau gue nggak liat jam. Tau tau dibangunin nyokap udah siang aja".
Nisa tak memperdulikan Yola dia memilih menyimak materi dari Bu tati dari menyimak ocehanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Jenny Nanda
123456$7
2021-10-22
0
Wiselovehope🌻 IG@wiselovehope
Like ❤️👍❤️👍❤️👍
2021-02-14
1
🌻Ruby Kejora
nyicil...tar q sambung lg.sampai sini dulu ya
2021-02-06
0