Satu minggu berlalu. Masa orientasi telah selesai kini saatnya memulai pembelajaran. Jam pertama dimulai dengan mapel Sejarah. Seharusnya Pembelajaran kali ini diisi oleh Ibu Ratna, sayangnya beliau sedang ada urusan mendadak. Jadi muridnya hanya di beri tugas dan dikumpulkan pada saat akhir pembelajaran.
Azam selaku ketua kelas ia pun bertugas membagikan lembaran tugas yang tadi Bu Ratna titipkan padanya.
"kerjakan dengan benar dan jujur" ucap Azam pada Nisa.
Nisa menerimanya dengan senang hati. Meskipun dihatinya masih dongkol dengan peristiwa minggu lalu. Bagaimana tidak tatapan mata Azam tertuju padanya sedangkan yang di pilih malah Filla. Matanya ke siapa eh Hati nya buat siapa batin Nisa.
"iya" jawab Nisa cuek.
Azam pun berlalu. sebenarnya ia masih ingin menggoda Nisa tapi tatapan tak sabar dari Filla Membuatnya mengurungkan niatnnya. Kebetulan Filla duduk di belakang Nisa ditemani Icha sahabat baiknya. Mereka berasal dari SMP yang sama otomatis saat tau masuk Kelas yang sama mereka pun memutuskan untuk duduk sebangku. Hitung- hitung sebagai reuni pikirnya.
Nisa bersiap akan mengerjakan tugasnya. Namun wajahnya berubah sendu saat mengetahui ia lupa membawa pulpen kesayangannya. Ia pun berinisiatif meminjam pada Yola teman sebangkunya.
"La pinjem pulpen dong" tanya Nisa to the point. Inget time is money. Jangan buang buang waktu hanya untuk basa basi.
"Sorry gue nggak punya nis" jawab Yola yang sedikut pun tak menoleh pada Nisa. Ia khusyu' mengerjakan tugasnya.
"Terus yang lo pake apa" tanya gue kesal. Yola benar- benar menyebalkan di matanya.
"gue tau kalo ini pulpen tapi kan lagi gue pake"
"Itu sama aja lo punya" sergah Nisa memancing emosi Yola.
"udah deh gue males debat, gue emang punya tapi kan nggak mungkin gue pinjemin ke elo" jawab Yola masih bersabar.
Nisa yang telah berhasil membuat Yola marah pun senang. Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk meributkan hal sepele. Tugas sejarah nya sudah menanti di depannya.
Ia pun membalik kan badannya. Memandang Icha dan Filla. Menimbang sesuatu sebelum mengeluarkan suara.
"cha pinjem pulpen dong".
Nisa memilih Icha ia ingin mengetes Icha apakah dia memang sebaik penampilannya.
"Gue punya dua si Nis tapi yang gue pake udah mau abis" Tolak Icha hati-hati.
Icha yang tadi mendengar keributan di depannya segera mencari jawaban rasional apabila Nisa meminta tolong padanya.
Semoga ini jawaban yang tepat batin Icha was was. Ia malas jika harus meladeni ocehan Nisa waktunya bisa habis jika berdebat dengan Nisa. Dari wajahnya saja sudah menguar kecerewetan yang abadi.
Bagi Icha yang irit bicara akan susah jika harus berdebat dengannya.
"Bentaran aja kali Cha". Nisa berusaha merayu. "Itu juga belum abis kan?" imbuhnya.
"Iya tau. Tapi sebagai makhluk ekonomi gue juga harus hemat Nis" jawab icha sekenanya. Tangannya sibuk menuangkan jawaban dalam otaknya.
"lu tuh ya pelit amat sih"
"Ini lagi masa penghematan. Bukan Pelit" Icha menjawab gusar.
"Beda tipis lah" Sindir gue halus.
Tak ada reaksi dari Icha
"Selain makhluk ekonomi kita juga makhluk sosial ga bisa hidup sendiri. Gue lagi butuh bantuan masa lo ga mau nolongin gue"
" iya juga yah..tapi emm gimana dong.." Icha mulai ragu
" Dan lo juga tau dong sesama muslim kita harus tolong menolong gue lagi susah lo harus bantu"
Icha pun mengalah mengambil pulpen dari kotak pensil nya.
"Eiits tapi kalo lo susah gue tinggalin deh" papar Nisa seenak jidatnya. Kemudian berbalik badan urusannya telah selesai.
" Parasit lo " bentak Icha kesal .
"Udah sabar aja" Filla berusaha menengahi. Sepertinya sahabatnya itu tak akan menang melawan Nisa si ratu crewet.
"Nanti klo istirahat jangan lupa beli" Icha mengalah. lebih baik dia mengingatkan Nisha.
" Iya bawel. Cuma minjem pulpen aja rempong"
"Yaelah pulpen aja lo minjem nggak modal banget"
"Tapi kan tadi lo ngajarin kalo harus hemat jadi kayaknya nanti gue ga bisa beli deh. pinjem lo aja deh" ucap Nisa tanpa dosa.
"Nisaaaa" Teriak Icha. Ia benar benar dibuat emosi dengan Nisa.
Filla hanya menggeleng gelengkan kepalanya tak biasanya ia mendengar sahabatnya berbicara dengan nada tinggi. Ia semakin kagum dengan Nisa yang pasalnya terkenal karena kepintarannya, bukan hanya juara kelas tapi ia juga yakin jika ada lomba memancing emosi pasti Nisa juga juaranya.
Nisa tertawa puas. Tak peduli dengan wajah masam Icha. Ia melanjutkan aktivitasnya. Waktunya terbuang sia sia 20 menit.
Yola yang sedang asyik bercermin tiba tiba termenung. Menatap pantulan dirinya dengan prihatin. kemudian menatap Nisa Intens. Ia tak bisa membayangkan masa depannya yang duduk dengan Nisa. Seminggu saja sudah membuatnya emosinya naik drastis. apalagi selama satu tahun bisa bisa darah tingginya akan naik. Lalu jika dua tahun atau tiga tahun bagaimana? bisa stress gue batin Yola ngeri.
Yola menghembuskan nafasnya kasar tak bisa membayangkan apa yang terjadi.
"Aww" Yola menjerit kecil. Nisa baru saja menepuk pipinya bahkan bisa di bilang menamparnya.
" lo kenapa liatin gue kayak gitu? gue jijik tau nggak"
" Mana ada gue liatin lo?"sanggah Yola. Ia tak mungkin menceritakan apa ada di benaknya. Itu sama saja mencari mati.
"Jangan liatin gue kayak gitu lagi nanti lo bisa naksir sama gue" oceh Nisa.
"Amit amit gue naksir lo. Selera gue ga serendah itu juga kali" timpal Yola tak mau kalah.
Nisa memicingkan matanya.
"Maksud lo?"
"Lo tu bukan tipe gue. Gue mah cari yang lemah lembut, perhatian, bukan yang bobrok kek lo" seru Yola membayangkan Azam, lelaki idamannya.
"Dih gue juga ga mau kali sama lo. Gue kan masih normal"
Yola terdiam. kehabisan kata kata. Pusing harus menanggapi apa lagi. Dan lebih pusing lagi saat tau dari 25 soal yang di berikan Bu Ratna ia baru mengerjakan 20 soal. 5 soal itu essay. jelas itu tak mudah. jawabannya yang dibutuhkan pasti harus padat dan jelas. Bukan singkat.
Nisa tau Yola kesal padanya. Hal itu justru membuatnya puas .Belum lagi saat melihat expresi frustasi Yola saat membaca soal esaay tugasnya. Ada kesenangan tersendiri saat melihatnya.
"Mau nyontek nggak?" tawar Nisa tanpa menyaringnya. Ia tak tega melihat Yola yang memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Seakan akan soal essay itu adalah beban terberatnya.
Walaupun Nisa biang onar tapi dia juga tak tega melihat temannya kesusahan. Nisha juga masih punya hati meskipun hati nya pernah di buang oleh seseorang, bersyukur ia bisa memungutnya kembali. Andai saja jika tidak mungkin dia tak akan bisa sebaik ini.
Yola menatap Nisa hendak menolak namun sayang jika tawaran sefantastis ini disia siakan. Toh energinya sudah terkuras habis saat berdebat dengannya tadi.
"Thanks" ucap Yola lirih. Ia senang sekaligus malu. Kemudian memgumpulkan hasilnya pekerjaan nya kepada Azzam.
"Ok. Jangan lupa nanti istirahat lo traktir gue"
deg
Yola mengurutkan keningnya.
"Di dunia ini nggak ada yang gratis Yola sayang" ucap nisa lembut.
"Sialan lo". Yola pun sadar telah di bodohi Nisa.
Nisa tertawa keras
" bukannya lo minggu lalu juga ngebodohi gue lo bilang kalo kelas ini berhantu. Sekarang impas kan?" jelas Nisa panjang lebar.
Yola sadar dirinya sedang main main dengan siapa sekarang. Nisa memang licik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Alesta Cho
ya ampun yola mesti hati2..
Like A Mirror Wall mampir lagi, pelan-pelan ya cuz aku bakal baca dlu dan pasti tinggalin jejak.
2021-02-18
0
Wiselovehope🌻 IG@wiselovehope
😍😍😍❤️❤️❤️👍👍👍
2021-02-05
2
Alisya Putri
semangat Thor sudah aku jadikan paforitku 😘
a world full of zombies hadir lagi 💚🙂
2021-01-30
2