06.40
5 menit lagi pintu gerbang sekolah akan di tutup. Sekolah Nisa merupakan salah satu sekolah yang menggalakkan literasi membaca. Jadi 15 menit sebelum pembelajaran dimulai akan digunakan untuk membaca para siswa siswi di sekolah tersebut.
" Ya ampun kok sepi banget si" Nisa tersenyum kecut membayangkan dirinya saat di ruang lobi sekolah harus berhadapan dengan guru piket.
Nisa berjalan kaki 600 meter ke utara dari jalan raya menuju sekolahnya.
Jaraknya kini tinggal 100 meter. Dilihatnya banyak orang berkerumun di balik pintu gerbang. Ia menyeringai jahat. Ternyata tidak hanya dirinya yang bernasib sial hari ini.
06.55.
Masih ada waktu 5 menit sebelum pintu gerbang kembali dibuka. Nyatanya 5 menit seperti 5 abad rasanya. Dari pada menunggu tidak jelas Nisa pun mengambil kaca dari saku bajunya.
"Cantik" pujinya sendiri. Tiba tiba sekelebat bayangan Yola melintas.
"Aaargh" wajah cantik Yola sangat berbahaya untuknya. mungkin akan menjadi saingan berat untuknya atau bahkan malah menjadi sahabat baiknya? entah lah. Nisa masih mengatur siasat untuk mendekati Yola. Dia berharap dengan menjadi sahabat baik tak ada persaingan kecantikan di antaranya. Semua bisa dibicarakan dengan damai tanpa perlu kebencian dan dendam di antaranya.
****
Sesampainya didepan kelas
Baru saja nisa menghembuskan nafas lega telah berhasil melewati guru piketnya hari ini, Bu Reni, guru yang mengajar Matematika namun lebih terkenal sebagai guru killer dari pada guru mata pelajaran matematika.
Nisa ragu hendak mengetuk pintu kelasnya. Berharap semoga guru yang mengajar di kelasnya belum masuk.
Nisa membuka pintu kelasnya perlahan dilihatnya Bu Mia senyum-senyum melihat kedatangan Nisa. Meskipun murid baru Nisa sudah Berkali kali terlambat hal ini sukses membuatnya terkenal dan di hafali guru guru.
Bu Mia masih tersenyum melihat wajah salah tingkah milik Nisa. Ternyata gosip yang menyebar di ruang guru itu benar batin Bu Mia. Bagaimana mungkin saat masih menyandang status murid baru Nisa sudah berani datang terlambat. Bahkan sudah 4 hari berturut turut.
" Permisi Bu" ucap Nisa ramah.
"Maaf Bu saya terlambat" lanjut nisa lagi. Menunggu jawaban dari Bu Mia. Namun tak ada reaksi apa pun hanya senyum terpampang di wajahnya.
"Bolehkah saya mengikuti mata pelajaran Ibu?" tanya Nisa hati hati. Ia berharap harap cemas. sudah tiga hari Nisa dipermalukan oleh keterlambatannya. Menjadi bahan lelucon di kelasnya.
Bu Mia kemudian mengangguk. Baginya yang tidak memiliki anak melihat wajah Nisa yang ketakutan sungguh menggemaskan dimatanya. Hal itu membuatnya tidak tega untuk memarahinya.
"Lain kali jangan terlambat lagi yah. Silahkan duduk".
"Baik Bu. Terimakasih".
Nisa bersyukur dia berjanji semoga kedepannya tidak terlambat lagi.
Namun benaknya tak habis pikir apa yang membuat Bu Mia tak marah. Mungkin Bu Mia sudah bosan dengan Alasan gue atau mungkin udah tau alesan yang bakal gue kasih. Ya kali lo telat hampir tiap hari Nis udah hafal kali alesan lo yang itu itu mulu batin Nisa sendiri.
Ah sudahla toh semuanya sudah berlalu.
Pelajaran kembali dimulai dengan tenang.
" Telat lagi" tanya Yola
"Nggak perlu gue jawabkan La?"
"Lo tuh kenapa sih telat mulu. Heran deh gue"
"Lo tuh yang kenapa udah tau gue terlambat masih aja tanya tanya" jawab Nisa malas menanggapi Yola, baginya sia sia. Itu hanya pertanyaan retoris.
"iya gue tau lo terlambat tapi alesannya apa? kenapa setiap hari sih" Yola mulai jengah dengan sikap Nisa. Temannya itu susah sekali diingatkan.
"Aduh la. Lo itu kepo apa beneran care sih sama gue. Emak gue aja santai aja tuh pas gue pamit mo berangkat" cecarnya.
"Tapi.."
Belum selesai Yola melanjutkan kalimatnya tatapan galak milik Bu Mia sukses membungkam mulutnya.
Nisa tersenyum senang percakapan telah usai. Matanya mendadak melotot merasakan cubitan pedas dilengannya. Ia menoleh ke samping, pandangannya beradu pada Yola.
Yola menaikan alisnya. Memberi Nisa kode. Yola masih menuntut jawaban dari Nisa.
Nisa mengangkat kedua bahunya malas menanggapi.
drt..drt..Hp Bu Mia bergetar pelan menandakan panggilan masuk. Ia pun berpamitan ke pada anak didiknya hendak menjawab panggilan teleponnya.
Ketegangan di kelas pun menyurut seiring keluarnya Bu Mia.
Kesempatan ini digunakan Nisa untuk menyalin materi yang tertinggal.
"Lo tau gak gue udah nungguin lo dari tadi" seru Yola. Dia berharap Nisa mau memperhatikannya.
"Tau"
"Tau dari mana?" ungkap Yola penasaran.
"Kan elo yang barusan ngomong lupa?"
Yola mendengus kasar. Semula ia hendak curhat dengan Nisa namun melihat kelakuan sahabatnya yang tingkat cueknya seratus derajad dia memilih mengurungkan niatnya
"Lo liat kan gue lagi ngapain?" Nisa menjelaskan sebenarnya tak tega melihat Yola yang mendadak muram. Namun dia juga harus menyalin materi yang tertinggal.
peka dikit dong La
"Nih gue udah selesai makasi"
Yola menerima bukunya.
" Tadi gue khawatir sama lo Nis kirain lo nggak berangkat. abisnya lo telat parah banget"
"udah deh nggak perlu dibahas"
"Kalo mau curhat mah bilang aja ga perlu basa basi " celetuk azam dia bisa menebak fikiran Yola. kebetulan dia duduk di depan meja Yola dan Nisa.
Yola menoleh kedepan "sok tau banget lo bang"
Meski di akui dalam hati kecilnya yang dikatakan Azam adalah benar.
"Tapi benerkan?" Sanggah Azam yang masih di posisi duduknya matanya masih sibuk mempelajari catatannya tadi pagi.
Yola diam.
Nisa yang mulai peka mengelus pundak sahabatnya. "Jadi bener?"
Yola mengangguk tak berani bersuara takut Azam mendengarnya hal itu bisa membuatnya besar kepala.
"Tadi malem mama gue telepon dia bilang kalo gue bakal punya adek. Gue syok Nis. Gue aja masih butuh banyak biaya. Gue kan mau kuliah" paparnya.
"Yaelah cuma curhat begituan" Nisa menggelengkan kepalanya. Curhatan yang tak bermutu.
"Mau lo punya adek apa engga kalo emang udah rezeki lo kuliah pasti bakal ada jalannya" jawab Nisa santai
"Tapi gue nggak mau.."
Yola mengalihkan pandangannya dari Nisa. Dilihatnya Azam bertopang dagu ikut mendengarkan curhatannya. Konsentrasinya terusik.
"Lo tuh kurang kerjaan banget sih Zam. Ngapain liatin gue" .
tak hanya mulutnya yang bicara. Tangannya pun mulai beraksi mencubiti badan Azam.
"Aww sakit La, maaf deh maaf" Seru Azam berusaha memohon.
Yola tak menggubris Azam emosinya sudah dipucuk ubun ubun.
"Udah la maafin aja kasin tuh Azam" lerai Nisa. Yola pun menurut.
"Awas aja kalo berani ganggu lagi". Yola mengepalkan tangannya. kemudian melanjutkan ceritanya.
"Gue belum siap aja. Apa lagi mereka kan jarang pulang. sibuk dengan bisnis klo gue punya adek mereka juga pasti tambah sibuk ngurusin adek gue. Terus kapan dong ada waktu buat gue"
Azam mengangguk anggukan kepalanya. Posisi duduknya berada didepan meja Nisa hal itu membuatnya dengan jelas mendengar curhatan Yola.
"Azzammm" suara Yola terdengar nyaring.
"Lo tuh yah dikasi hati malah minta jantung" rutuknya. Yola berdiri hendak menyerang Azam. Namun tangannya ditarik Nisa.
"Lepasin Nis"
"Udah la. nggak perlu diperbesar. Lo mau cari perhatian apa gimana? "
Yola mengedarkan pandangnya keseluruh kelas. Membenarkan perkataan Nisa. Semua mata mengarah padanya.
"****" Umpat Yola geram. Moodnya benar benar hancur berantakan.
Dibalik buku sosiologi yang dbacanya, sebenarnya Nisa juga memperhatikan pertengkaran Yola dengan Azam. Hatinya tersenyum kecil. Ingatannya kembali pada Aldo mantan kekasihnya sewaktu SMP. Kedekatan mereka berawal dari pertengkaran kecil. Saling membenci namun diam diam menaruh rasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Alesta Cho
bakal segitiga nih keknya, itu pas yola ngumpat tanda **** ya wkwk, kebayang dah
tertanda
LIKE A MIRROR WALL.
2021-02-18
1
Wiselovehope🌻 IG@wiselovehope
🤗❤️😍🤗❤️😍🤗❤️👍
2021-02-05
2
Alisya Putri
aku like lagi Thor semangat up nya 😆
salam sukses selalu buat thornya dari
A WORLD FULL OF ZOMBIES😁
2021-01-30
0