Bab 3 Terlambat 1

06.40

5 menit lagi pintu gerbang sekolah akan di tutup. Sekolah Nisa merupakan salah satu sekolah yang menggalakkan literasi membaca. Jadi 15 menit sebelum pembelajaran dimulai akan digunakan untuk membaca para siswa siswi di sekolah tersebut.

" Ya ampun kok sepi banget si" Nisa tersenyum kecut membayangkan dirinya saat di ruang lobi sekolah harus berhadapan dengan guru piket.

Nisa berjalan kaki 600 meter ke utara dari jalan raya menuju sekolahnya.

Jaraknya kini tinggal 100 meter. Dilihatnya banyak orang berkerumun di balik pintu gerbang. Ia menyeringai jahat. Ternyata tidak hanya dirinya yang bernasib sial hari ini.

06.55.

Masih ada waktu 5 menit sebelum pintu gerbang kembali dibuka. Nyatanya 5 menit seperti 5 abad rasanya. Dari pada menunggu tidak jelas Nisa pun mengambil kaca dari saku bajunya.

"Cantik" pujinya sendiri. Tiba tiba sekelebat bayangan Yola melintas.

"Aaargh" wajah cantik Yola sangat berbahaya untuknya. mungkin akan menjadi saingan berat untuknya atau bahkan malah menjadi sahabat baiknya? entah lah. Nisa masih mengatur siasat untuk mendekati Yola. Dia berharap dengan menjadi sahabat baik tak ada persaingan kecantikan di antaranya. Semua bisa dibicarakan dengan damai tanpa perlu kebencian dan dendam di antaranya.

****

Sesampainya didepan kelas

Baru saja nisa menghembuskan nafas lega telah berhasil melewati guru piketnya hari ini, Bu Reni, guru yang mengajar Matematika namun lebih terkenal sebagai guru killer dari pada guru mata pelajaran matematika.

Nisa ragu hendak mengetuk pintu kelasnya. Berharap semoga guru yang mengajar di kelasnya belum masuk.

Nisa membuka pintu kelasnya perlahan dilihatnya Bu Mia senyum-senyum melihat kedatangan Nisa. Meskipun murid baru Nisa sudah Berkali kali terlambat hal ini sukses membuatnya terkenal dan di hafali guru guru.

Bu Mia masih tersenyum melihat wajah salah tingkah milik Nisa. Ternyata gosip yang menyebar di ruang guru itu benar batin Bu Mia. Bagaimana mungkin saat masih menyandang status murid baru Nisa sudah berani datang terlambat. Bahkan sudah 4 hari berturut turut.

" Permisi Bu" ucap Nisa ramah.

"Maaf Bu saya terlambat" lanjut nisa lagi. Menunggu jawaban dari Bu Mia. Namun tak ada reaksi apa pun hanya senyum terpampang di wajahnya.

"Bolehkah saya mengikuti mata pelajaran Ibu?" tanya Nisa hati hati. Ia berharap harap cemas. sudah tiga hari Nisa dipermalukan oleh keterlambatannya. Menjadi bahan lelucon di kelasnya.

Bu Mia kemudian mengangguk. Baginya yang tidak memiliki anak melihat wajah Nisa yang ketakutan sungguh menggemaskan dimatanya. Hal itu membuatnya tidak tega untuk memarahinya.

"Lain kali jangan terlambat lagi yah. Silahkan duduk".

"Baik Bu. Terimakasih".

Nisa bersyukur dia berjanji semoga kedepannya tidak terlambat lagi.

Namun benaknya tak habis pikir apa yang membuat Bu Mia tak marah. Mungkin Bu Mia sudah bosan dengan Alasan gue atau mungkin udah tau alesan yang bakal gue kasih. Ya kali lo telat hampir tiap hari Nis udah hafal kali alesan lo yang itu itu mulu batin Nisa sendiri.

Ah sudahla toh semuanya sudah berlalu.

Pelajaran kembali dimulai dengan tenang.

" Telat lagi" tanya Yola

"Nggak perlu gue jawabkan La?"

"Lo tuh kenapa sih telat mulu. Heran deh gue"

"Lo tuh yang kenapa udah tau gue terlambat masih aja tanya tanya" jawab Nisa malas menanggapi Yola, baginya sia sia. Itu hanya pertanyaan retoris.

"iya gue tau lo terlambat tapi alesannya apa? kenapa setiap hari sih" Yola mulai jengah dengan sikap Nisa. Temannya itu susah sekali diingatkan.

"Aduh la. Lo itu kepo apa beneran care sih sama gue. Emak gue aja santai aja tuh pas gue pamit mo berangkat" cecarnya.

"Tapi.."

Belum selesai Yola melanjutkan kalimatnya tatapan galak milik Bu Mia sukses membungkam mulutnya.

Nisa tersenyum senang percakapan telah usai. Matanya mendadak melotot merasakan cubitan pedas dilengannya. Ia menoleh ke samping, pandangannya beradu pada Yola.

Yola menaikan alisnya. Memberi Nisa kode. Yola masih menuntut jawaban dari Nisa.

Nisa mengangkat kedua bahunya malas menanggapi.

drt..drt..Hp Bu Mia bergetar pelan menandakan panggilan masuk. Ia pun berpamitan ke pada anak didiknya hendak menjawab panggilan teleponnya.

Ketegangan di kelas pun menyurut seiring keluarnya Bu Mia.

Kesempatan ini digunakan Nisa untuk menyalin materi yang tertinggal.

"Lo tau gak gue udah nungguin lo dari tadi" seru Yola. Dia berharap Nisa mau memperhatikannya.

"Tau"

"Tau dari mana?" ungkap Yola penasaran.

"Kan elo yang barusan ngomong lupa?"

Yola mendengus kasar. Semula ia hendak curhat dengan Nisa namun melihat kelakuan sahabatnya yang tingkat cueknya seratus derajad dia memilih mengurungkan niatnya

"Lo liat kan gue lagi ngapain?" Nisa menjelaskan sebenarnya tak tega melihat Yola yang mendadak muram. Namun dia juga harus menyalin materi yang tertinggal.

peka dikit dong La

"Nih gue udah selesai makasi"

Yola menerima bukunya.

" Tadi gue khawatir sama lo Nis kirain lo nggak berangkat. abisnya lo telat parah banget"

"udah deh nggak perlu dibahas"

"Kalo mau curhat mah bilang aja ga perlu basa basi " celetuk azam dia bisa menebak fikiran Yola. kebetulan dia duduk di depan meja Yola dan Nisa.

Yola menoleh kedepan "sok tau banget lo bang"

Meski di akui dalam hati kecilnya yang dikatakan Azam adalah benar.

"Tapi benerkan?" Sanggah Azam yang masih di posisi duduknya matanya masih sibuk mempelajari catatannya tadi pagi.

Yola diam.

Nisa yang mulai peka mengelus pundak sahabatnya. "Jadi bener?"

Yola mengangguk tak berani bersuara takut Azam mendengarnya hal itu bisa membuatnya besar kepala.

"Tadi malem mama gue telepon dia bilang kalo gue bakal punya adek. Gue syok Nis. Gue aja masih butuh banyak biaya. Gue kan mau kuliah" paparnya.

"Yaelah cuma curhat begituan" Nisa menggelengkan kepalanya. Curhatan yang tak bermutu.

"Mau lo punya adek apa engga kalo emang udah rezeki lo kuliah pasti bakal ada jalannya" jawab Nisa santai

"Tapi gue nggak mau.."

Yola mengalihkan pandangannya dari Nisa. Dilihatnya Azam bertopang dagu ikut mendengarkan curhatannya. Konsentrasinya terusik.

"Lo tuh kurang kerjaan banget sih Zam. Ngapain liatin gue" .

tak hanya mulutnya yang bicara. Tangannya pun mulai beraksi mencubiti badan Azam.

"Aww sakit La, maaf deh maaf" Seru Azam berusaha memohon.

Yola tak menggubris Azam emosinya sudah dipucuk ubun ubun.

"Udah la maafin aja kasin tuh Azam" lerai Nisa. Yola pun menurut.

"Awas aja kalo berani ganggu lagi". Yola mengepalkan tangannya. kemudian melanjutkan ceritanya.

"Gue belum siap aja. Apa lagi mereka kan jarang pulang. sibuk dengan bisnis klo gue punya adek mereka juga pasti tambah sibuk ngurusin adek gue. Terus kapan dong ada waktu buat gue"

Azam mengangguk anggukan kepalanya. Posisi duduknya berada didepan meja Nisa hal itu membuatnya dengan jelas mendengar curhatan Yola.

"Azzammm" suara Yola terdengar nyaring.

"Lo tuh yah dikasi hati malah minta jantung" rutuknya. Yola berdiri hendak menyerang Azam. Namun tangannya ditarik Nisa.

"Lepasin Nis"

"Udah la. nggak perlu diperbesar. Lo mau cari perhatian apa gimana? "

Yola mengedarkan pandangnya keseluruh kelas. Membenarkan perkataan Nisa. Semua mata mengarah padanya.

"****" Umpat Yola geram. Moodnya benar benar hancur berantakan.

Dibalik buku sosiologi yang dbacanya, sebenarnya Nisa juga memperhatikan pertengkaran Yola dengan Azam. Hatinya tersenyum kecil. Ingatannya kembali pada Aldo mantan kekasihnya sewaktu SMP. Kedekatan mereka berawal dari pertengkaran kecil. Saling membenci namun diam diam menaruh rasa.

Terpopuler

Comments

Alesta Cho

Alesta Cho

bakal segitiga nih keknya, itu pas yola ngumpat tanda **** ya wkwk, kebayang dah

tertanda
LIKE A MIRROR WALL.

2021-02-18

1

Wiselovehope🌻 IG@wiselovehope

Wiselovehope🌻 IG@wiselovehope

🤗❤️😍🤗❤️😍🤗❤️👍

2021-02-05

2

Alisya Putri

Alisya Putri

aku like lagi Thor semangat up nya 😆
salam sukses selalu buat thornya dari
A WORLD FULL OF ZOMBIES😁

2021-01-30

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Masa Orientasi Sekolah
2 Bab 2 Teman Baru
3 Bab 3 Terlambat 1
4 bab 4 Terlambat 2
5 bab 5 Kepingan Masa Lalu
6 Bab 6 Bukan Sekedar Halusinasi
7 Bab 7 Luka Itu Masih Menganga
8 Bab 8 Geng Somplak
9 Bab 9 Penghuni geng somplak
10 Bab 10 Misi Yang Gagal
11 Bab 11 Keganjilan
12 Bab 12 Meeting Yang Tidak Penting
13 Bab 13 Mengalah
14 Bab 14 Penasaran
15 Bab 15 Kebetulan Yang Tidak Disengaja
16 Bab 16 Penasaran ( Lagi)
17 Bab 17 Indahnya Berghibah
18 Pengumuman
19 Bab 18 Agenda Hari sabtu
20 Bab 19 Ngangenin Vs Ngeselin
21 Bab 20 Indahnya persahabatan
22 Bab 21 Maaf (1)
23 Bab 22 Merasa Bersalah
24 Bab 23 Kecewa
25 Bab 24 Bimbang
26 Bab 25 Cengo
27 Bab 26 Fakta Baru
28 Bab 27 Salah Paham
29 Bab 28 Setitik Ketenangan
30 Bab 29 Menguak Masa Lalu
31 Bab 30 Mencoba Ikhlas
32 Bab 31 Mengalah
33 Bab 32 Terciduk
34 Bab 33 Senjata Makan Tuan
35 Bab 34 Mati Rasa
36 Bab 35 Akhir dari kemarahan Yola
37 Bab 36 Curiga
38 Bab 37 Baper
39 Bab 38 Memanfaatkan keadaan
40 Bab 39 Mangsa Baru
41 Bab 40
42 Bab 41
43 Bab 42
44 Bab 43
45 Bab 44
46 Bab 45
47 Bab 46
48 Bab 47
49 Bab 48
50 Bab 49
51 Bab 50
52 Bab 51
53 Bab 52
54 Bab 53
55 54
56 55
57 Bab 56
58 Bab 57
59 Bab 58
60 Bab 59
61 Bab 60
62 Bab 61
63 62
64 Bab 63
65 Bab 64
66 Bab 65
67 Bab 66
68 67 Pembuktian
69 68
70 69
71 Bab 70 Stttt Cukup Kita Yang Tau!!
72 71
73 72
74 73
75 74
76 Bab 75
77 76
78 77
79 78
80 79
81 80
82 Bab 81
83 82 Maaf
84 83 Meminta Penjelasan
85 84 Penjelasan
86 85 Cemburukah?
87 86 Keputusan
88 87 Lembaran Baru
89 Bab 88
90 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 92 Sosok itu lagi?!!
94 Bab 93 Siapa dalang yang sebenarnya?.
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 100 Semakin rumit
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Pengumuman
105 Pengumuman
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Bab 1 Masa Orientasi Sekolah
2
Bab 2 Teman Baru
3
Bab 3 Terlambat 1
4
bab 4 Terlambat 2
5
bab 5 Kepingan Masa Lalu
6
Bab 6 Bukan Sekedar Halusinasi
7
Bab 7 Luka Itu Masih Menganga
8
Bab 8 Geng Somplak
9
Bab 9 Penghuni geng somplak
10
Bab 10 Misi Yang Gagal
11
Bab 11 Keganjilan
12
Bab 12 Meeting Yang Tidak Penting
13
Bab 13 Mengalah
14
Bab 14 Penasaran
15
Bab 15 Kebetulan Yang Tidak Disengaja
16
Bab 16 Penasaran ( Lagi)
17
Bab 17 Indahnya Berghibah
18
Pengumuman
19
Bab 18 Agenda Hari sabtu
20
Bab 19 Ngangenin Vs Ngeselin
21
Bab 20 Indahnya persahabatan
22
Bab 21 Maaf (1)
23
Bab 22 Merasa Bersalah
24
Bab 23 Kecewa
25
Bab 24 Bimbang
26
Bab 25 Cengo
27
Bab 26 Fakta Baru
28
Bab 27 Salah Paham
29
Bab 28 Setitik Ketenangan
30
Bab 29 Menguak Masa Lalu
31
Bab 30 Mencoba Ikhlas
32
Bab 31 Mengalah
33
Bab 32 Terciduk
34
Bab 33 Senjata Makan Tuan
35
Bab 34 Mati Rasa
36
Bab 35 Akhir dari kemarahan Yola
37
Bab 36 Curiga
38
Bab 37 Baper
39
Bab 38 Memanfaatkan keadaan
40
Bab 39 Mangsa Baru
41
Bab 40
42
Bab 41
43
Bab 42
44
Bab 43
45
Bab 44
46
Bab 45
47
Bab 46
48
Bab 47
49
Bab 48
50
Bab 49
51
Bab 50
52
Bab 51
53
Bab 52
54
Bab 53
55
54
56
55
57
Bab 56
58
Bab 57
59
Bab 58
60
Bab 59
61
Bab 60
62
Bab 61
63
62
64
Bab 63
65
Bab 64
66
Bab 65
67
Bab 66
68
67 Pembuktian
69
68
70
69
71
Bab 70 Stttt Cukup Kita Yang Tau!!
72
71
73
72
74
73
75
74
76
Bab 75
77
76
78
77
79
78
80
79
81
80
82
Bab 81
83
82 Maaf
84
83 Meminta Penjelasan
85
84 Penjelasan
86
85 Cemburukah?
87
86 Keputusan
88
87 Lembaran Baru
89
Bab 88
90
89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
92 Sosok itu lagi?!!
94
Bab 93 Siapa dalang yang sebenarnya?.
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 100 Semakin rumit
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Pengumuman
105
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!