Cahaya dan Azam sedang menunggu Vania di kelas untuk memberitahu hasil pembagian kelasnya.
Karena tak sabar, Cahaya mengajak Azam menunggu Vania di depan kelas.
“Kita balik ke kelas saja Azam." ajak Cahaya ketika melihat Vania sedang ngobrol dengan seseorang.
"Lah kenapa kita balik ke kelas. Bukankah kita akan memberitahu Vania kalau kita sekelas." balas Azam pada Cahaya.
“Tuh! Coba kamu lihat dia sedang bicara sama siapa." Ucap Cahaya sambil jarinya menunjuk ke arah Vania.
“Oh, sepertinya Vania sedang ngobrol sama kak Widia." Balas Azam pada Cahaya.
Beberapa menit kemudian terdengar suara bel berdering tanda masuk kelas dan pelajaran pertama akan segera di mulai setelah itu disusul pengumuman nama-nama siswa yang disebutkan segera kumpul di aula.
“Aku masuk kelas dulu ya kak.” Pamit Vania pada Widia.
“Jangan lupa nanti siang ya?” ucap Widia.
Vania menganggukkan kepala. Mereka berdua langsung pergi ke kelas masing-masing.
Sedangkan Cahaya yang mondar-mandir tidak tenang di dalam kelas memutuskan keluar kelas, ia terkejut tiba-tiba Vania ada di hadapannya.
“Hem, sepertinya ada yang membuatmu tidak senang?" tanya Vania pada Cahaya.
Cahaya seketika itu langsung menarik tangan Vania masuk kedalam kelas. Azam yang melihat Vania pun melambaikan tangannya.
“Vania!” panggil Azam.
Vania yang melihat Azam melambaikan tangan pun membalas melambaikan tangan dengan tersenyum.
“Sudah dulu ya Aya. Aku mau cari kelas dulu.” Ucap Vania sambil melepaskan tangannya.
“Kamu pasti tidak percaya kalau kita bertiga ini sekelas.” Ucap Cahaya dengan heboh.
“Yang benar kalau kita bertiga sekelas lagi?” tanya Vania tak percaya.
“Iya, kita bertiga sekelas lagi.”Jawab Cahaya dengan girang. Sedangkan Azam hanya tersenyum saat melihat kedua sahabatnya begitu senang.
Cahaya langsung membawa Vania duduk di kursi sampingnya. Beberapa menit kemudian salah satu guru masuk kedalam kelas.
Saat jam istirahat, Cahaya dan Azam mengajak Vania pergi ke kantin untuk membeli makan siang. Namun, setibanya di kantin mereka tidak mendapatkan tempat duduk.
“Hai Azam!” panggil salah satu siswa pria dengan melambaikan tangannya.
Azam yang mendengar namanya dipanggil pun menoleh ke arah suara tersebut. Ia melihat salah satu teman pria melambaikan tangan ke arahnya pun membalas melambaikan tangannya.
Azam langsung membawa Cahaya dan Vania mendekat ke temannya.
"Gabung aja sama kita.” Ajak temannya. Azam pun menoleh ke arah Vania dan Cahaya untuk minta persetujuan. Cahaya dan Vania langsung mengangguk.
“Thanks ya sudah bolehin kita gabung.” Ucap Azam saat duduk bergabung. Vania dan Cahaya pun ikut duduk.
"Oh ya, kenalkan ini kak Neo ketua OSIS sekolah kita. Selain Dia jabat ketua OSIS, dia juga kapten klub basket.” Ucap Azam memperkenalkan pada Vania dan Cahaya.
“Neo… “ ucapnya sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
“Cahaya…” jawabnya sambil membalas berjabat tangan. Sedangkan Vania hanya membalas dengan mengangguk sambil tersenyum setelah itu ia kembali menundukkan kepalanya.
Neo pun tersenyum saat melihat Vania. Ini pertama kalinya Neo melihat ada seorang wanita yang tidak mau berjabat tangan dengannya. Apalagi setelah itu ia kembali menundukkan kepalanya.
Beberapa menit kemudian pesanan mereka datang. Vania yang masih kenyang hanya memesan jus alpukat.
"Kamu tidak makan, Vania?” tanya Neo seketika membuat Vania dan Cahaya mengangkat kepala.
“Enggak kak! Masih kenyang.” Jawab Vania dengan suara lirih.
Neo tersenyum saat mendengar panggilan kak ditunjukkan untuknya.
prok prok prok
3 kali tepukan yang di suguhkan oleh Jenar itu membuat semua siswa yang sedang makan di kantin memandang ke arahnya. Kemudian Jenar berjalan mendekati tempat Neo.
“Wah, ada pemandangan lebih indah dan menarik nih. 2 cowok dan 2 cewek sedang menikmati makan siang di kantin.” Ucap Jenar sambil tersenyum sinis.
Jenar itu kembali mencari pusat perhatian kepada Neo dan Azam. Jenar sudah terkenal suka mencari perhatian kepada semua siswa.
Vania begitu risih melihat tingkah Jenar yang sedang menggoda Neo dan Azam. Ia langsung mengajak Cahaya kembali ke kelas karena sebentar lagi jam istirahat juga akan habis.
Vania dan Cahaya langsung pergi meninggalkan Neo dan Azam yang masih ngobrol di kantin.
Kediaman Bunda Veli…
Sepulangnya dari sekolah, Vania mengajak Cahaya dan Azam pergi ke rumah Bunda Veli.
Tok…tok…tok
“Assalamualaikum…” ucap Vania sambil mengetuk pintu berkali-kali.
Sedangkan Cahaya dan Azam sedang asyik ngobrol sambil tertawa membuat Vania geleng-geleng kepala entah apa yang membuat keduanya tertawa hingga terbahak-bahak.
Widia yang melepas lelah sambil menyandarkan punggung di sofa mendengar suara ketukan pintu disertai salam langsung bergegas membukakan pintu.
“Biar aku saja yang membuka pintunya mbak.” Ucap Widia sambil mengeraskan suaranya.
Widia terkejut sambil tersenyum kecut saat melihat Azam dan Cahaya sedang tertawa terbahak-bahak.
“Waalaikumsalam” jawab Widia.
“Kamu ajak mereka berdua?” tanya Widia pada Vania.
Vania mengangguk.
Tak lama kemudian Widia mempersilahkan mereka bertiga masuk kedalam rumah.
“Ayo masuk! Bunda ada di dalam.” ajak Widia sambil menggandeng tangan Vania masuk ke dalam rumah. Azam dan Cahaya mengekor di belakangnya.
“Mbak Yani!” panggil Widia.
Mbak Yani yang mendengar namanya di panggil segera datang.
“Nona Widia manggil saya?” tanya Mbak Yani saat tiba di hadapannya.
“Iya Mbak. Tolong buatkan minum dan bawakan makanan ringan untuk Vania dan kedua temanya.” Pinta Widia pada Mbak Yani.
“Baik nona.” Jawab Yani dengan sopan. Lalu berjalan menuju dapur.
Widia mempersilahkan Azam dan Cahaya duduk di ruang tengah. Widia yang melihat kedekatan Azam dan Cahaya semakin tak suka.
“Aku akan memberitahu Bunda kalau kamu sudah datang.” Ucap Widia. Kemudian meninggalkan Vania dengan wajah kesal.
“Iya kak.” jawab Vania sambil mengernyitkan dahinya saat melihat wajah kakak sepupunya sangat kesal.
Setelah kepergian Widia, Vania langsung menoleh ke arah Azam dan Cahaya. Keduanya sedang tertawa terbahak-bahak.
"Hem, kalian berdua tuh ya kalau bercanda lihat tempat dong!” ucap Vania dengan kesal.
“Cahaya tuh yang sengaja membuat kak Widia cemburu.” Keluh Azam pada Vania.
"Kok malah aku yang di salahkan sih?" ucap Cahaya dengan nada kesal yang di buat-buat.
"Sudah, kalian jangan saling menyalahkan.” Ucap Vania.
"*Enggak nyangka kalau kak Widia benar-benar suka sama Azam,” batin Vania dalam hati sambil tersenyum*.
Widia kembali ke ruang tengah bersama bunda. Vania yang melihat bunda Veli langsung berdiri dan berhamburan memeluknya.
"Gimana kabar Bunda sama Ayah?” tanya Vania masih dalam posisi memeluk Bunda Veli.
"Alhamdulillah Bunda sama Ayah Soni sehat. Kabar Ayah dan Ibu kamu gimana sayang?” tanya Bunda Veli sambil mengusap punggung Veli. Kemudian Vania melonggarkan pelukannya kemudian menatap wajah bunda Veli.
“Alhamdulillah kabar Ayah sama Ibu juga sehat.” Jawab Vania sambil tersenyum.
"Kakak tinggal ganti baju dulu ya.” pamit Widia pada Vania.
Cahaya yang melihat perubahan wajah Widia pun menyadari kesalahannya. Cahaya sedikit teriak memanggil.
"Kak Widia tunggu!” panggil Cahaya. Kemudian Widia menghentikan langkah kakinya dan menoleh kebelakang.
Sedangkan Azam hanya diam melihat kepergian Widia begitu saja.
"Maafkan aku kak,” ucap Cahaya tiba-tiba.
"Maaf untuk apa?” tanya Widia pura-pura.
“Maaf sudah membuat kak Widia kesal.” Jawab Cahaya.
Widia tersenyum malu karena sudah ketahuan kalau dia kesal gara-gara Cahaya bercanda dengan Azam.
"Kamu suka ya sama, Azam?” tanya Widia tiba-tiba.
Cahaya yang mendapat pertanyaan dari Widia seketika kaget.
"Tidak kak, aku sama Azam sudah seperti saudara sendiri. Sampai kapanpun aku, Vania dan Azam selamanya akan menjadi sahabat yang selalu ada disaat kita saling membutuhkan. Aku tau kalau selama ini kak Widia suka sama Azam begitu juga Azam.” Ucap Cahaya panjang lebar.
Widia tersenyum malu saat mendengar perkataan Cahaya. Dengan malu-malu Widia menoleh ke arah Azam yang sejak tadi memandanginya.
"Terima kasih karena sudah memberitahu kalau Azam juga suka sama aku. Dan maafkan aku yang sudah sempat kesal sama kamu.” Ucap Widia.
Kemudian keduanya saling berpelukan erat. Vania dan Azam yang dari jarak jauh melihat Widia dan Cahaya sedang berpelukkan pun tersenyum senang.
"Hem, hari ini udaranya benar-benar panas banget, tidak seperti biasanya." ucap Vania sambil melirik sepupunya.
"Yup, bener katamu, Van. hari ini benar-benar panas banget.” ucap Azam ikut menimpali seakan-akan menyetujui ucapan Vania.
Widia dan Cahaya hanya tersenyum mendengar sindiran dari kedua sahabatnya. Widia pun langsung ikut menimpali.
"Benar-benar panas. Kalau panas begini enaknya minum es jeruk dan makannya yang pedas-pedas."
"Wah, itu ide bagus kak. Gimana kalau kita pesan via online atau kita sekarang pergi ke warung Pak Djoe." ucap Cahaya ngasal.
Vania yang mendengar perkataan Cahaya dengan antusias teriakan hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala .
"Dasar tukang palak, begitu dengar makanan otaknya langsung ke sono." ucap Vania.
'Hehehe." jawab Cahaya cengengesan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Dayat eMJe
kira" apa yah isinya ..? 🤔🤔 jadi ikut penasaran aku thor .. 😅😅
semangat thor nulisnya .. 👍👍👏👏
2021-04-08
0
Dandelion Kecil
ada something kah sama orang tua Vania!? 🤔
2021-03-09
0
HIATUS
Bagus ceritanya 😍
2021-02-18
0