Bab 4

Usai Enrico pergi bekerja menggunakan mobil nya, Chelsea sedikit bisa bernafas lebih lega. Dia mulai membuka kamar Enrico yang akan dia bersihkan. Dia sedikit berpikir mulai darimana dulu untuk membersihkan kamar seluas ini?

Chelsea mulai membersihkan hiasan beberapa keramik yang berada di lemari hias minimalis. Chelsea mulai mengembangkan senyum nya ketika melihat beberapa foto yang berbaris di lemari tersebut.

Ada beberapa foto masa kecil Enrico yang terpajang di sana. Ada juga foto nya bersama kedua orangtua dan adik laki laki nya. Tunggu, Chelsea tertarik dengan salah satu foto suami nya dengan salah satu perempuan.

‘Siapa ini? Apa ini kekasih nya? Sepertinya aku pernah melihat nya,” pikir chelsea seraya mengusap foto tersebut dengan kain lembut supaya tidak menggores figura nya.

Setelah lama memperhatikan foto tersebut, dia mulai meletakkan nya ke tempat nya lagi dan membersihkan lain nya.

Dia melangkahkan kaki nya menuju dapur, membuka kulkas dan mencari beberapa bahan yang bisa dia gunakan untuk menghabiskan waktu seharian yang terasa membosankan di rumah yang sepi ini.

Jika di rumah nya dulu masih ada mama nya yang menemani nya menghabiskan waktu untuk bercerita dan berbelanja, tapi di sini?

Dia hanya bisa memandang rumah yang terasa sangat besar dan hampa. Apalagi saat memandang ke halaman, semua terlihat gersang tanpa tanaman penyejuk mata. Hanya ada beberapa pohon besar tanpa sentuhan bunga.

“Apa ada yang bisa dibantu, nona?” Tanya salah satu pembantu yang mengikuti chelsea.

“Aku hanya bosan,” sahut chelsea seraya mengumpulkan cabai yang sudah mengering.

“Untuk apa itu, nona? Apa perlu saya masakkan?”

“No, aku hanya ingin bercocok tanam, tolong siapkan peralatan berkebun, ” sahut chelsea malas.

“Baik, nona,” sahut pembantu tersebut seraya mencarikan peralatan berkebun untuk nya.

🦋🦋🦋

Chelsea duduk di rerumputan seraya menunggu peralatan berkebun nya datang. Tapi ketika baru saja menunggu, ada sebuah mobil berhenti tepat di depan nya. Seorang laki laki tampan yang usianya seumuran dengan nya turun dari mobil tersebut seraya membuka kaca mata hitam nya.

Laki laki itu berhenti tepat di depan chelsea dan memperhatikan perempuan itu. Dengan segera beberapa pembantu datang mengambilkan payung hitam untuk lelaki itu supaya tidak kepanasan.

“Siapa dia?” Tanya laki laki itu pada sopir yang menjemput nya seraya tersenyum menatap Chelsea.

“Dia—“

“Simpanan Enrico? Ternyata dia masih normal, bisa bisa nya menyembunyikan perempuan di rumah sebesar ini,” gumam nya lirih tapi masih bisa didengar oleh chelsea.

“Simpanan? Jaga mulutmu, tuan,” kata chelsea tersinggung.

“Lalu apa kalau bukan simpanan?” Tanya laki laki itu tersenyum meremehkan.

“Aku istri nya,”

Tiba tiba laki laki tersebut tertawa terbahak bahak mulai melihat penampilan chelsea dari bawah ke atas yang kece abis, modis sekali. Baju yang terlihat limited meskipun santai, rambut dicat pirang dan kelihatan seperti model papan atas meskipun sedang membawa cangkul.

“Kamu istri nya?” Tanya nya mulai menetralkan tawa nya dan mencoba untuk tidak tertawa lagi meskipun sulit.

“Iya,” sahut nya cepat.

“Kamu lebih cocok menjadi type ku daripada Enrico,”

“Heh?”

“Type Enrico bukan perempuan sepertimu yang modis dengan pakaian sexy begitu, apalagi melihat rambut pirang mu. Aku benar benar curiga padamu, apa kamu benar benar istri nya?”

“Tentu saja,” sahut Chelsea sedikit kesal seraya meletakkan cangkul nya kembali.

Laki laki itu mulai melihat pembantu yang setia memayungi nya, dan menyuruh nya pergi.

“Lalu apa yang kamu lakukan di sini? Menjadi petani?” Tanya laki laki tersebut seraya melihat peralatan berkebun yang dipegang chelsea.

“Aku hanya bosan dan ingin menghabiskan waktu sampai Enrico pulang,”

“Mana bisa dia mengabaikan mu. Apa yang bisa ku bantu untukmu?” Tanya nya.

“Heh?”

“Panggil aku Ibu peri,” kata nya tersenyum tulus.

“Ibu peri?” Tanya chelsea terkekeh.

“Kenapa tertawa?”

“Mana ada ibu peri laki laki,” celetuk chelsea.

“Apa kamu mau memanggilku bapak peri?”

“Katakan namamu saja,”

“Tara,”

“Tara? Kamu bisa memanggilku chelsea, apa kita berteman sekarang?”

“Ya, kamu bisa memanggilku jika membutuhkan bantuan,”

“Wah senang nya,” kata chelsea bahagia.

🦋🦋🦋

Mereka berdua menghabiskan waktu dengan mencangkul dan menanam beberapa biji cabai di area tersebut. Kemudian berakhir dengan menyiram benih yang sudah mereka tanam.

Dengan baju yang sudah belepotan lumpur, mereka duduk seraya mengusap peluh dan menikmati buah segar yang diambilkan pembantu.

🦋🦋🦋

Pukul 13.00 wib, sebuah mobil melintas dan berhenti tepat di sebelah mobil Tara. Enrico keluar dari mobil dan memperhatikan dua orang yang dia kenal sedang ngobrol santai dengan beberapa noda lumpur di baju nya dan peralatan berkebun yang berserakan tak beraturan.

“Apa yang kalian lakukan?” Tanya Enrico berdiri di hadapan mereka dan menatap mereka kesal.

“Aku hanya membantu nya, jadi kamu benar benar menikahi seorang perempuan?” Tanya Tara.

Enrico masih diam saja menatap Chelsea.

“Apa aku menyuruhmu merusak tamanku?” kata Enrico dingin.

“Taman? Ini lebih mirip ladang gersang, maka nya kami berdua menanam biji cabai di sini.

Nanti kan kalau berhasil, ladang mu penuh warna merah, hijau dan kuning,” sahut Chelsea.

“Jadi kamu anggap ini ladang?” Tanya Enrico kesal.

“Memang lebih mirip ladang,” sahut Tara.

“Dan kamu anak nakal, sudah berapa lama kamu kabur dariku,” kata Enrico seraya menjewer telinga tara supaya mengikuti nya masuk ke dalam rumah besar itu.

“Aduh kak, ampun. Ini sakit sekali, lepaskan tolong lepaskan,” kata Tara mengeluh kesakitan.

“Kakak? Jadi dia adik nya? Kenapa sifat nya berbeda sekali,” gumam chelsea yang mengikuti mereka dari belakang.

“Berapa uang yang sudah kamu habiskan? Bisakah kamu lebih serius pada perusahaan? Aku akan memberikan perusahaan ini padamu jika kamu mau,” kata Enrico.

“Sepertinya aku lebih tertarik pada istrimu daripada perusahaan mu,” kata tara tersenyum jahil.

“Jangan kurang ajar, anak nakal,” kata Enrico semakin mengeratkan jeweran nya di telinga tara.

“Iya, ampun, kak. Apa ini bentuk kecemburuan mu? Tidak ku sangka tipe mu berubah drastics,” kata Tara.

“Apa kamu puas sudah bersenang senang dengan perempuan di luar sana?” Tanya enrico kesal.

“Aku belum bersenang senang dengan istrimu,” sahut tara cuek.

“Apa yang kamu katakan!” kata enrico menoyor kepala adik nya pelan.

“Maksudku, aku akan menemani nya di rumah ini jika kakak sedang bekerja supaya dia tidak bosan,”

“Dia tidak akan bosan,” sahut enrico cepat.

“Dia bosan, maka nya dia bercocok tanam,” sahut Tara.

“Cepatlah kalian mandi, badan sudah penuh lumpur begitu,” kata Enrico pada kedua manusia yang seperti adik nya semua itu.

“Mandi bersama chelsea?” Tanya tara.

“Tentu saja kamu mandi di kamar tamu!” kata enrico cepat.

Tara masuk ke kamar tamu yang di tempati chelsea yang membuat chelsea menatap enrico dan menghentikan langkah nya.

“Kamu mandilah di kamarku,” kata Enrico lirih.

“Tapi pakaianku ada di kamar itu,” sahut chelsea.

“Akan ku ambilkan kopermu, apa kamu sudah menata nya di lemari?”

"Kebetulan belum karena jadwalku terlalu padat,” kata chelseaa tersenyum.

“Kamu tadi bisa menata bajumu daripada merusak tamanku,” gumam enrico.

“Itu lebih mirip ladang,” sahut Chelsea.

“Terserah, segeralah mandi. Aku akan mengambilkan pakaianmu,” kata enrico pasrah.

“Sepertinya aku sedang merawat dua anak kecil yang nakal,” gumam enrico seraya mengusap wajah nya kasar.

jangan lupa like, comment and vote ya pemirsah 🙏😁

Terpopuler

Comments

Fitria Dafina

Fitria Dafina

Kalo Enrico punya peliharaan ikan, Goreng aja sekalian Chelsea biar puyeng kepalanya 🤣🤣🤣🤣

2021-09-08

0

Nur Yuliastuti

Nur Yuliastuti

hadir 💖

2021-09-08

0

Shellia

Shellia

anak kecil anak kecil,bucin tau rasa kamu

2021-03-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!