Bab 3

Chelsea Arbiansyah point of view:

🦋🦋🦋

Dengan keadaan yang sangat lelah karena seharian berdiri di acara pesta, aku berjalan menuju kamar yang sudah ditunjuk enrico untukku dengan menyeret koperku. Ku buka perlahan pintu kamar tersebut, ku edarkan pandanganku ke setiap sudut kamar. Tidak terlalu buruk, bahkan lebih luas dari kamar yang ku tempati selama ini.

Aku menjatuhkan tubuhku di kasur yang sangat empuk serta membuka tali high heelsku perlahan. Ku rebahkan badanku seraya melihat langit langit kamar. Drama apa lagi yang ku lalui ini? Karena terlalu lelah, aku tertidur masih menggunakan gaun ala princess.

BYUUUR….

Aku terkejut karena guyuran air di seluruh badanku hingga membasahi gaun pengantinku. Aku terduduk dan sudah melihat Enrico yang berdiri seraya membawa ember di depanku. Aku mengusap wajahku yang masih berair akibat ulah nya. Ku lihat ke jendela yang juga masih gelap, berarti ini belum pagi kan? Dengan kesal aku menatap nya tajam seraya melipat kedua tanganku di dada.

“Apa sih maumu? Ini masih gelap,” kataku kesal.

“Aku tidak membayarmu untuk tidur, apa kamu sudah membaca tugasmu dengan benar?” Tanya enrico.

“Sudah!” jawabku berbohong.

“Kalau kamu sudah membaca pasti kamu tahu tugasmu. Ini sudah jam setengah lima pagi, kamu bahkan tidak membangunkanku untuk sholat,”

“Heh? Dia bangun sepagi itu?” gumamku dalam hati.

“Apa kamu tidak pernah sholat?” Tanya nya karena aku masih terdiam.

“Kenapa dia tahu jika aku tidak pernah sholat?” pikirku masih membatu di depan nya.

“Mandilah, kenapa masih memakai gaun itu? Apa pernikahan nya sangat mengesankan?” ejek nya seraya tersenyum smirk.

“Mengesankan ndasmu!” gumamku.

“Aku mendengar nya,” celetuk nya.

Aku tidak peduli apa yang dia ucapkan, aku melanjutkan langkahku menuju kamar mandi yang ada di kamar tersebut. Ku lepaskan gaun yang terasa cukup berat karena guyuran air dari enrico. Dengan segera ku bersihkan tubuhku yang terasa lengket.

🦋🦋🦋

Usai mandi, dengan segera aku berjalan cepat ke dapur. Ku cari beberapa bahan yang bisa ku masak. Ada dua pembantu di dapur yang sedang memasak juga. Apa aku bebas tugas untuk memasak hari ini? Menyenangkan sekali!

“Kalian memasak untuk siapa?” tanyaku ramah.

“Eh, nona chelsea sudah bangun,” kata seorang pembantu memundurkan badan nya sedikit karena sungkan.

“Kalian memasak untuk siapa?” tanyaku dengan wajah sumringah.

“Untuk kami dan tiga pembantu lain nya,” sahut nya sopan.

“Bukan untuk Enrico?” tanyaku heran.

“Kami tidak berani, karena aturan terbaru adalah nona chelsea yang membuatkan segala makanan untuk tuan enrico,” kata pembantu itu sopan sekali.

“Heh? Jadi kita harus bergantian kompor?” tanyaku.

“Lihatlah kompor nya tidak hanya satu, nona,” kata nya menunjuk kompor yang sudah berjejer seperti dapur acara master cheff saja.

“Lalu apa makanan kesukaan nya?” tanyaku seraya mengikat ke atas rambut pirangku.

“Harap nona membaca apa yang disuka dan tidak disukai oleh tuan,” katanya sopan yang membuatku kesal saja.

🦋🦋🦋

Terlalu banyak aturan! Dengan segera aku memotong motong bahan yang ku ambil dari kulkas barusan seraya bertanya Tanya hal yang nggak penting pada dua pembantu yang sedang memasak juga.

“Jadi, ceritakan padaku ada berapa pembantu saat ini?” tanyaku kepo.

“Ada lima, tadi malam sebagian besar sudah dipecat,”

“Beneran dipecat???” tanyaku nggak percaya.

“Iya, nona,”

“Majikan kalian itu error atau gimana sih?” tanyaku masih sibuk memberi merica pada sup yang ku buat.

Tidak ada yang menjawab pertanyaanku hingga masakan yang ku masak sudah matang. Kemudian aku beralih membuat minuman air jeruk lemon hangat di cangkir untuk enrico.

Setelah semuanya selesai, aku membawa hasil masakanku ke sebuah meja makan yang besar nya di atas rata rata hingga masakanku terlihat sangat sedikit sekali.

“Makanlah, semoga kamu suka,” kataku tersenyum.

“Apa kamu benar benar sudah membaca semua yang diberikan pak monot padamu?” Tanya enrico seraya menatapku tajam.

“Iya, ada yang salah?” tanyaku percaya diri.

“Aku tidak suka sayur,” kata nya hanya menatap masakanku dengan pandangan meremehkan.

“Sup? Masak sih kamu tidak pernah makan sup seumur hidupmu, ini enak tahu. Hak…! Ayo buka mulutmu pesawat nya mau mendarat,” kataku seraya menyendok nasi dan sup tersebut serta melayangkan tanganku dengan sendok tersebut menuju mulut nya seperti menyuapi anak kecil.

Tanganku terhenti ketika dia menutup rapat mulut nya dan melotot ke arahku.

“Ayolah buka mulutmu, aku sudah lelah memasak untukmu sepagi itu,” kataku mendekatkan sendok ke mulut nya lagi.

“Buka tidak atau aku akan menciummu!” kataku dengan nada mulai meninggi yang berhasil membuat nya membuka mulut.

Akhirnya sesendok nasi berhasil masuk ke mulut nya dan dia mengunyah makanan nya.

“Sudah ku bilang jika masakanku enak,” kataku menyombongkan diri.

“Kenapa tidak buka warung saja,” celetuk nya seraya mengambil sendok dari tanganku dan mulai memakan makanan nya sendiri.

“Boleh, jika kamu mengijinkan. Aku akan membuka warung tepat di depan pagar rumah ini,” kataku cepat dengan senyuman mengembang.

“Kamu ingin mati,” kata nya seraya menatapku tajam.

‘Ya, lebih baik aku mati daripada seumur hidup harus menghabiskan waktu dengan orang tak jelas seertimu,’ gumamku dalam hati.

🦋🦋🦋

Aku masih setia duduk di depan nya saat dia makan, melihat nya melahap habis makanan nya. Kemudian hendak menyeruput minuman air lemon buatanku tapi dia urungkan.

“Apa ini?” Tanya nya seraya mengerutkan dahi nya memandang remeh ke dalam cangkir yang dia pegang.

“Aku biasa minum kopi, buatkan aku kopi,” kata enrico lagi.

“Mulai sekarang minumlah air lemon itu,” celetukku malas.

“Aku bisa sakit perut minum yang asam asam di pagi hari,” bantah nya.

“Tidak akan sakit, kamu baru akan sakit perut jika minum tanpa makan. Bukan nya perutmu sudah terisi,” kataku masih bertahan dengan argumenku karena malas membuatkan nya kopi.

“Tapi—“

“Lagipula air lemon bagus untuk kesehatanmu daripada kopi, percayalah padaku,” kataku yang membuat nya berakhir dengan meneguk minuman itu.

“Kamu sudah melupakan satu tugasmu!” kata nya memperingati.

“Apa?”

“Menyiapkan bajuku!”

“Ah, itu… aku tadi terlalu asyik memasak sampai lupa. Apa kamu tidak bisa memilih baju sendiri?” tanyaku.

“Apa kegunaanmu di sini kalau begitu,” celetuk nya.

“Dasar pemalas,” desisku kesal.

“Aku bisa mendengarmu!”

Aku hanya diam tanpa menyahutinya seraya mengedarkan pandanganku kearah lain.

“Aku akan pergi bekerja,” kata nya kemudian.

“Pergi saja, segeralah pergi. Aku lebih tenang tanpamu,” gumamku tak jelas supaya dia tidak mendengar apa yang ku ucapkan.

"Tapi aku akan pulang cepat,” imbuh nya.

“Kenapa harus pulang cepat, seminggu nggak pulang juga nggak papa,” gumamku dalam hati.

“Jangan lupa tugasmu selanjutnya,”

“Apa?”

“Kamu sudah membaca atau tidak sih tugasmu di sini, bertanya terus!”

“Aku kan hanya sedang mengetesmu , apakah kamu hafal yang sudah kamu tulis sebagai tugasku,” kataku malas.

“Bersihkan kamarku, ingat jangan sampai ada yang rusak ataupun tergores sedikitpun,” kata nya memperingati.

“Yang namanya menyentuh pasti menggores meskipun tidak tergores banyak,” kataku cemberut.

“Entahlah, pakai otakmu supaya mereka tidak tergores sedikitpun,”

“Dasar menyebalkan!” gerutuku dalam hati.

Jangan lupa like, comment and vote 🙏😁

Mampir juga di cerita vallery dan rizal dengan judul "My Annoying Wife" 🙏😁

Terpopuler

Comments

karenina

karenina

sebenernya semua pekerjaan yg diksh Enrico itu memang seluruh tugas seorang istri..gak ada yg salah sih..cuma mungkin sifatnya ajh yg ketus..

2023-06-15

0

Lina Susanto

Lina Susanto

🤣🤣🤣🤣🤣ayo buka mulut atw aq cium😀

2021-12-18

0

Fitria Dafina

Fitria Dafina

Chelsea menggerutu terus 😅😅😅 Lagian Suaminya galak bgtu...

2021-09-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!