Zora ikut berbalik dan menatap orang yang dipanggil pangeran Auriga itu. Jika dideskripsikan wajahnya memang sangat tampan tetapi Zora kemudian memincingkan matanya melihat orang itu.
"Elo?" pekik Zora sambil menunjuk wajah pangeran Auriga.
•••
"Jauhkan tanganmu dari wajahku" ucap pangeran Auriga dingin.
"Gila kenapa elo sih yang jadi pangeran Auriga seharusnya yang pantes jadi pangeran Auriga tuh Zayn Malik" ucap Zora dengan emosi yang menggebu-gebu.
"Sialan ni orang kenapa mirip Alex si brengsek kemarin itu" batin Zora.
"Apa benar kau ini putri Zora?" tanya pangeran Auriga karena melihat Zora yang terlihat berbeda saat menggerai rambutnya.
"Ya iyalah!" ucap Zora ketus, ia lalu masuk ke ruang pertemuan tanpa meninggalkan hormat pada pangeran Auriga.
"Apa kalian tau bahasa yang digunakannya tadi?" tanya pangeran Auriga kepada dua prajurit yang berjaga itu.
"Tidak pangeran" ucap keduanya serempak, pangeran Auriga kemudian memasuki ruang perjamuan untuk menunaikan sarapan pagi seperti biasanya.
Zora dengan wajah masamnya itu kemudian mengubah wajahnya menjadi wajah bingung. Ia tidak tau dimana tempat seharusnya ia duduk. Semua orang yang berada disana menatap Zora dengan pandangan aneh tetapi kagum dengan penampilan Zora yang terlihat berbeda hari ini dengan rambut panjangnya yang digerai menambah kecantikan Zora pada hari ini.
"Zora" panggil Ratu Anindita dengan lembut.
"Iya kanjeng ratu?" ucap Zora sambil menatap ratu Anindita.
"Kamu kenapa kelihatan bingung, Nduk?" tanya Ratu Anindita lagi.
"Saya nggak tau dimana tempat saya duduk ratu" ucap Zora dengan polosnya tetapi ucapannya membuat beberapa orang yang ada disana mengernyit heran dengan perkataan Zora yang terdengar aneh di telinga mereka.
"Oh, iya tempat duduk kamu ada disana" ucap Ratu Anindita sambil menunjuk sebuah kursi.
"Terimakasih kanjeng ratu" ucap Zora kemudian duduk di kursinya.
"Salam kepada ayahanda prabu dan ibunda ratu" ucap pangeran Auriga kepada kedua orang tuanya yang membuat Zora membulatkan matanya seketika.
"****** gua lupa ga ngasih salam hormat" batin Zora dalam hatinya. Ia kemudian melirik takut-takut kepada Prabu Adyatama dan Ratu Anindita.
"Duduklah Nak" ucap kedua orang itu bersamaan.
Pangeran Auriga kemudian duduk di sebelah Zora karena tempat duduknya memang sudah dirancang seperti itu.
"Sebelum kita makan, ibunda ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian semua" ucap Ratu Anindita yang kemudian merebut perhatian seluruh orang yang berada disana.
"Kau mau menyampaikan apa ratuku?" tanya Prabu Adyatama dengan lembut.
"Putri Zora mengalami lupa ingatan jadi aku harap kalian semua maklum karena ia memang tidak mengingat apapun tentang kita jadi aku harap kita semua memaklumi sikapnya ini. Pelan-pelan aku akan meminta Ambar untuk mengajari Zora kesopanan untuk bangsawan istana" ucap Ratu Anindita.
"Lupa ingatan?" gumam semua orang yang berada disana.
Sedangkan Zora hanya menatap semua anggota kerajaan satu per satu karena ia masih bingung dengan semua orang yang berada disana.
"Ibunda ingin kalian memperkenalkan diri kalian masing-masing kepada putri Zora" ucap Ratu Anindita.
"Namaku Rafandra dan yang di sebelahku ini Ravindra" ucap seorang pangeran memperkenalkan dirinya dan kembarannya yang berada di hadapan Zora.
"Aku Zora" ucap Zora yang membuat pangeran Rafandra menahan tawanya.
"Kami sudah mengenalimu sejak lama harusnya kau tidak perlu mengenalkan dirimu lagi" ucap pangeran Rafandra sambil tertawa.
"Aku Kirana" ucap seorang anak yang berusia kurang lebih sepuluh tahun dengan datar.
"Aigoo kenapa ni bocah dingin banget sih sama gue" batin Zora dalam hatinya tetapi ia tetap tersenyum menanggapi perkenalan putri kecil itu.
"Auriga perkenalkan dirimu" ucap Ratu Anindita karena pangeran Auriga hanya diam dari tadi.
"Dia sudah mengetahui namaku saat berada di depan tadi" ucap pangeran Auriga acuh.
"Oh, ya? Memang benar seperti itu Zora?" tanya Ratu Anindita.
"Bener Ratu tapi aku taunya dari prajurit yang ngasih hormat ke dia" ucap Zora yang lagi-lagi membuat semua orang mengernyitkan dahinya heran.
"Auriga!" ucap Ratu Anindita.
"Udah Ratu nggak papa kok nggak penting juga kan kenal sama dia" ucap Zora sambil sedikit melirik ke arah pangeran Auriga.
"Tidak penting bagaimana Zora? Kalian ini sebentar lagi akan bertunangan" ucap Ratu Anindita yang membuat Zora tersedak makanannya.
"Tu-tunangan?" ucap Zora setelah meminum air yang berada di dekatnya.
"Iya" ucap Ratu Anindita.
"Nggak mau Ratu" ucap Zora sambil menggelengkan kepalanya.
"Zora nggak mau tunangan sama pangeran Auriga" ucap Zora sekali lagi.
Semua orang kembali dibuat bingung dengan ucapan yang dilantunkan oleh Zora padahal dulunya ia sendiri yang memaksa Ratu Anindita dan Prabu Adyatama untuk mempercepat pertunangannya dengan pangeran Auriga.
"Kenapa Nak?" tanya Prabu Adyatama pada akhirnya.
"Pokoknya Zora nggak mau" ucap Zora lagi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kencang.
"Tapi semua itu perlu alasan" ucap Prabu Adyatama.
"Ahh" ucap Zora sambil memegang bagian pelipisnya sambil mendramatisir jika ia terlihat sangat kesakitan yang membuat ratu Anindita dan Prabu Adyatama langsung panik.
"Zora kamu kenapa Nduk?" tanya mereka cemas.
"Auriga cepat antarkan dia ke kamarnya" ucap Prabu Adyatama.
Dengan langkah malas pangeran Auriga kemudian menggendong Zora untuk kembali ke kamar gadis itu. Di jalan ia hanya memasang wajah datarnya. Zora yang hanya berpura-pura itu kemudian melihat sekelilingnya dan ia merasa jika sekelilingnya sudah aman kemudian meminta pangeran Auriga untuk menurunkannya.
"Turunin gue" ucap Zora kepada pangeran Auriga tetapi pangeran Auriga tidak menggubris sedikitpun ucapan Zora, ia terus menggendong Zora dengan santainya.
"Gua bilang turunin!" ucap Zora sedikit berteriak sambil meronta dari gendongan pangeran Auriga.
Pangeran Auriga kemudian melepaskan Zora begitu saja sehingga Zora terjatuh karena ia belum berada dalam posisi yang tepat.
"Gila, dijatuhin beneran!" ucap Zora sambil bangun dari posisinya terjatuh.
"Kau itu sebenarnya siapa? Kenapa bahasamu sangat aneh?" tanya pangeran Auriga dengan dingin dan tatapan mata yang tajam.
"Gue Zora!" ucap Zora membalas tatapan tajam pangeran Auriga kemudian ia pergi begitu saja menuju ke kamarnya.
Sedangkan pangeran Auriga memandang aneh kepada Zora yang punggungngnya masih terlihat itu. Ia merasa heran dengan tatapan tajam yang diberikan Zora kepadanya padahal biasanya Zora akan menatapnya dengan tatapan penuh cinta yang membuat ia muak sendiri dengan tatapan Zora yang seperti itu ditambah lagi dengan bahasa Zora yang membuat ia harus berpikir dua kali untuk menerjemahkan apa yang Zora maksudkan tetapi pangeran Auriga memilih tidak peduli lalu pergi entah kemana.
"Sial, sial, sial! Pokoknya gue nggak mau tunangan sama si Auriga burung gagak sialan itu lagian dia kan juga nggak cinta sama gue jadi nggak perlu ada pernikahan disini" ucap Zora dengan emosi yang menggebu-gebu.
"Gue harus tau gimana dulu putri Zora hidup di tempat ini biar semuanya bisa clear dan gue bisa nentuin gimana langkah gua ke depan. Ambar!" ucap Zora yang membuat Ambar lalu masuk dengan langkah tergopoh-gopoh.
•••
jangan lupa vote komen rate dan like
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Sri Mulyaningsih
semangat.....bagus ceritanya
2022-02-10
0
xiaodia
semangat thor
2021-01-04
3
NaNa♡
oke thor aku suka, lanjut....
2020-11-24
2