Hilang Ingatan- 2

Zora kemudian melihat sekitarnya. Bangunan yang bergaya semi modern dengan kasur empuk yang ia tiduri. Ia lalu melihat pakaiannya yang terasa berbeda dengan seragamnya.

"Ke-kebaya? Apa yang terjadi?" pekik Zora yang masih bingung dengan apa yang terjadi kepadanya.

•••

Tak lama setelah itu orang yang tadi memanggil Zora dengan sebutan Ndoro putri sudah tiba dengan seorang lelaki berbaju serba putih. Lelaki itu kemudian memeriksa Zora.

"Kondisi putri Zora sudah membaik" ucap tabib itu.

"Putri Zora?" tanya Zora di tengah-tengah keheningan yang melanda itu.

"Aku putri Zora?" tanya Zora kepada kedua orang yang ada di depannya.

"Lah, iya to Ndoro putri. Sampeyan itu Ndoro putri Zora Naladipha" ucap wanita yang umurnya berada sekitar dua tahun di atas Zora.

"Lalu kalian ini siapa?" tanya Zora yang terlihat linglung itu.

"Ndoro tidak ingat sama saya? Saya Ambar, dayang pribadinya Ndoro putri" ucap wanita yang bernama Ambar itu.

"Sebentar saya periksa lagi" ucap tabib tadi sambil memeriksa keadaan Zora lagi.

"Sepertinya putri Zora kehilangan ingatan karena kepalanya juga mengalami pendarahan saat kepalanya terbentur dengan batu yang berada di sungai" ucap tabib itu kepada Ambar.

"Duh Gusti Agung, Ndoro putri lupa ingatan?" ucap Ambar yang terlihat sangat terpukul dan terkejut itu.

Setelah itu tibalah beberapa orang dengan gaya rempongnya yang menghampiri kamar Zora dan langsung masuk ke dalamnya.

"Zora, Nduk kamu tidak apa-apa? Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya orang itu beruntun sambil menangkup kedua pipi Zora.

Zora yang nampak bingung itu kemudian melihat ke arah Ambar dan tabib yang sudah memeriksanya.

"Maaf Kanjeng Ratu, Ndoro putri sepertinya lupa ingatan" ucap tabib yang mengetahui raut wajah Zora yang bingung itu.

"Apa?" pekik Ratu Anindita yang sangat terkejut itu.

"Jadi dia tidak ingat siapa yang sudah mendorongnya menuju sungai itu?" gumam Ratu Anindita yang masih terdengar oleh mereka semua.

"Lalu bagaimana agar kita bisa mengembalikan ingatannya?" tanya Ratu Anindita yang terlihat panik.

"Maaf Kanjeng Ratu, sebaiknya kita menjelaskan pelan-pelan kepada putri Zora apa yang terjadi kepadanya dan lebih baik kita meninggalkannya dulu agar putri Zora bisa beristirahat" ucap tabib itu dengan sopan.

"Baiklah, Nduk kamu istirahat dulu ya disini sampai lukamu pulih" ucap Ratu Anindita sambil mengelus pipi Zora dengan lembut. Ratu Anindita kemudian pergi dari kamar Zora agar Zora bisa beristirahat dengan nyaman.

"Sebaiknya Ndoro istirahat dulu" ucap Ambar yang masih setia menunggu Zora untuk kembali beristirahat.

___

"Ndoro, bangun" ucap Ambar sambil sedikit mengguncang tubuh Zora.

"Ndoro" panggil Ambar lagi.

"Emmh, lima menit lagi pa" ucap Zora yang belum sadar itu.

"Ndoro Zora" ucap Ambar dengan menggoyangkan lengan Zora sedikit lebih kencang daripada sebelumnya.

"Apa sih?" ucap Zora kemudian bangun dari tidurnya.

"Ahh, sakit banget" ucap Zora sambil menyentuh pelipisnya.

"Ndoro kenapa? Saya panggilkan tabib ya" ucap Ambar yang terlihat khawatir itu.

"Nggak usah" ucap Zora menahan Ambar.

"Ini tuh cuma nyeri jadi lo gak perlu panggilin tabib" ucap Zora.

Ambar terlihat bingung dengan apa yang diucapkan oleh Zora. Ia tidak begitu memahami perkataan Zora karena perkataannya terdengar aneh di telinganya.

"Lo kenapa?" tanya Zora yang melihat Ambar yang diam sambil menatapnya dengan tatapan aneh.

"Ndoro putri tadi bicara apa? Saya ndak paham dengan apa yang Ndoro putri ucapkan" ucap Ambar kepada Zora.

Hampir saja Zora menepuk kepalanya. Ia lupa jika ia berada di zaman yang berbeda karena ia kemarin benar-benar tertidur dengan pulas karena rasa sakit yang ada di tubuh yang ditempatinya sekarang ini.

"Maaf ya Ambar" ucap Zora.

"Loh, Ndoro putri tidak perlu meminta maaf. Mungkin itu karena ingatan Ndoro putri yang hilang jadinya putri Zora berbicara bahasa yang saya tidak paham" ucap Ambar kepada Zora.

"Sekarang Ndoro putri mandi terlebih dulu setelah itu kita pergi ke ruang perjamuan untuk makan bersama anggota kerajaan" ucap Ambar lagi.

"Anggota kerajaan? Maksudnya kerajaan Wirastama?" tanya Zora memastikan.

"Betul Ndoro, kita ada di kerajaan Wirastama" ucap Ambar.

"Berarti raja kita itu Prabu Adyatama?" tanya Zora lagi yang diangguki oleh Ambar.

"Terus yang kemarin datang kesini itu siapa?" tanya Zora lagi.

"Kanjeng Ratu Anindita" jawab Ambar yang membuat mata Zora membulat sempurna.

"Ya tuhan jadi gue bener-bener pindah zaman?" teriak Zora di dalam hatinya.

"Yaudah, ayok mandi" ucap Zora yang membuat Ambar kemudian mengantarkannya menuju ke tempat pemandian.

"Kamu ngapain masuk ke dalem?" tanya Zora kepada Ambar yang setia mengikutinya sampai ke dalam pemandian itu.

"Tentu saja saya membantu Ndoro putri untuk mandi" ucap Ambar kepada Zora.

"Gak! Keluar sekarang juga" ucap Zora sambil menunjuk pintu yang ada di pemandian ini.

"Tapi Ndoro kan-b" ucap Ambar terpotong karena ia mendapat pelototan mata dari Zora.

"Keluar!" ucap Zora sekali lagi dengan nada yang ditekan.

"Baik Ndoro" ucap Ambar kemudian keluar dari pemandian itu.

Setelah Ambar benar-benar keluar Zora lalu melepaskan unek-uneknya di dalam pemandian itu.

"Kok gua bisa sampe disini sih sial!"

"Aarggh f*ck" umpat Zora saking kesalnya.

"Gua kan nggak mati kok gua bisa ada disini sih anj*r" ucap Zora yang merasa janggal dengan datangnya dia ke masa ini.

"Oke, Zora cukup tenang dan hadapi sekarang mendingan gue mandi dulu biar bisa mikir dengan jernih" ucap Zora lalu melepas pakaiannya dan menceburkan dirinya ke kolam pemandian yang berada disana.

Setelah selesai mandi, Zora lalu memanggil Ambar untuk mengambilkan pakaiannya. Ambar lalu datang kesana dengan kebaya yang sudah ia bawa sedari tadi.

"Mana" ucap Zora sambil mengeluarkan salah satu tangannya sedangkan tubuhnya masih ada dibalik pintu tempat pemandian itu.

"Ndoro pakau bajunya di kamar saja, kalau pakai di kamar mandi nanti bajunya basah semua" ucap Ambar karena memang biasanya putri Zora akan memakai pakaiannya di kamarnya.

"Terus aku keluar pakai apa?" tanya Zora dari dalam sana.

"Pakai yang ini Ndoro" ucap Ambar lalu menyerahkan sebuah kain kepada Zora.

"Buset ni kain gede banget" ucap Zora yang tengah merentangkan kain itu. Ia pikir kain yang besar itu berfungsi sama seperti handuk. Zora lalu membungkus seluruh tubuhnya dengan kain itu dan hanya wajahnya yang masih terlihat disana.

"Ayok" ucap Zora kemudian meninggalkan Ambar yang masih bingung dengan tingkah laku junjungannya itu.

Ambar lalu menuntun Zora untuk kembali masuk ke kamarnya. Ia kemudian membantu Zora menggunakan berbagai pakaian yang menurut Zora sangat rumit itu namun ia tidak membantah apa yang dilakukan oleh Ambar.

Ambar lalu menggelung rambut Zora agar terlihat seperti bangsawan pada umumnya namun Zora menolak hal itu.

"Jangan deh. Biarin gini aja" ucap Zora yang tidak disetujui oleh Ambar.

"Jangan Ndoro, itu tidak sopan" ucap Ambar yang kembali ingin menggelung rambut Zora.

"Kamu ambilin perhiasan yang itu dulu deh" ucap Zora sambil menunjuk salah satu perhiasan yang agak jauh dari tempatnya berias.

"Baik Ndoro" ucap Ambar patuh kemudian Zora langsung berlari dari kamarnya yang membuat Ambar kelimpungan karena ia tidak mampu mengimbangi kecepatan lari Zora yang sangat kencang itu.

"Ndoro, tunggu rambutnya belum digelung" ucap Ambar dengan nafas yang terengah-engah.

"Hahaha, kejar gua dulu baru bisa lo gelung ni rambut" ucap Zora sambil tertawa cekikikan.

Saat Zora merasa Ambar sudah tidak mengejarnya lagi ia kemudian menghampiri salah satu prajurit dan menanyakan dimana tempat perjamuan makan.

"Om, eh maksudnya paman dimana ya tempat perjamuan makan?" tanya Zora dengan sopan karena bagaimanapun orang yang ditanyainya berumur lebih tua darinya.

Prajurit yang ditanyai Zora agak terkejut dengan ucapan Zora yang terdengar aneh ditambah lagi ia memanggilnya dengan sebutan paman padahal biasanya semua bangsawan termasuk putri Zora sendiri hanya memanggilnya dengan sebutan kau.

"Paman?" tanya Zora sekali lagi yang membuat prajurit itu tersadar dari lamunannya.

"Maaf Ndoro. Putri Zora hanya perlu berjalan lurus kemudian belok kanan nanti akan ada prajurit yang berdiri di depan pintu, disitu ruang perjamuan makan berada" ucap prajurit tadi.

"Oke, makasih paman" ucap Zora kemudian berjalan menuju tempat yang dimaksud oleh prajurit tadi.

"Paman? Ndoro putri Zora memanggilku paman?" gumam prajurit tadi sambil menepuk-nepuk pipinya dengan kasar.

"Ini bukam mimpi" ucapnya sekali lagi dengan senyum yang mengembang di bibirnya.

Zora berjalan dengan riang gembira menuju ruang perjamuan. Ia lalu melihat prajurit seperti yang sudah dibicarakan oleh prajurit yang berada di depan tadi.

"Putri Zora" ucap prajurit tadi sambil menunduk hormat.

"Paman, aku ingin makan benarkan ruang perjamuannya disini?" tanya Zora kepada dua orang prajurit itu.

"Benar putri, kami bukakan pintunya dulu" ucap salah seorang prajurit kemudian membukakan pintu untuk Zora.

"Silakan-m Pangeran Auriga" ucap kedua prajurit tadi sambil menundukkan kepalanya.

Zora ikut berbalik dan menatap orang yang dipanggil pangeran Auriga itu. Jika dideskripsikan wajahnya memang sangat tampan tetapi Zora kemudian memincingkan matanya melihat orang itu.

"Elo?" pekik Zora sambil menunjuk wajah pangeran Auriga.

•••

jangan lupa vote komen rate dan like

Terpopuler

Comments

Na Ys

Na Ys

LOE GUE.. ELO GUE 😄😄😄😄😄😄😄

2022-02-18

1

Salma Cheng

Salma Cheng

menyimak tapi sepertinya seru ceritanya ...ada bau orang jahat lagi

2021-10-05

0

xiaodia

xiaodia

syuuka

2021-01-04

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!