IASD-4

Sepeninggal Sherina tadi, kini Shienoll tengah menikmati kesendiriannya di dalam kamarnya. Mendudukkan diri tepat di bibir jendela yang memang di desain dengan model tempat untuk bersantai tanpa perlu menggunakan kursi lagi.

Di tangannya terdapat sebuah buku baca yang lumayan tebal di biarkan terbuka begitu saja, karena saat ini di pikirannya sedang tidak bisa di fokuskan pada buku bacaan tersebut.

Dengan mata yang memandang keluar jendela di hiasi raut kesedihan dan rasa tak percaya ia kembali mengingat saat-saat di mana ibunya mau menceritakan sedikit kebenaran tentang dirinya.

Flashback on...

Membelai lembut wajah tampan Shienoll dengan seutas senyum sendu mengabaikan tatapan polos namun serius yang tampak menantikan sesuatu darinya.

Masih dalam posisi berlutut di samping putranya. Bahkan ia tak merasakan sakit di lututnya seolah rasa sakit itu sudah menumpuk semua di hatinya.

"Mama minta maaf sebelumnya. Bila kenyataan ini menyakitimu. Mama juga tak pernah berharap akan jadi seperti ini..." Sherina mulai memberanikan diri mengungkapkan sebuah kenyataan pahit untuk keduanya. Ia menatap dalam kedua bola mata putranya yang benar-benar mirip pria itu.

"Sungguh mirip!" -batinnya lirih sakit.

Shienoll masih setia menunggu sebuah kebenaran yang sudah ia nantikan cukup lama.

"Maaf... Tapi, itu memang benar adanya. Noll mama lahirkan di luar nikah..." ungkapnya berat bersamaan dengan air matanya yang mengalir begitu saja tanpa bisa di bendung. Sedang Shienoll yang terkejut hanya bisa mematung, tidak tahu harus merespon seperti apa.

Sebagai seorang anak kecil biasa mungkin semua itu terdengar membingungkan. Tapi, tidak baginya yang paham apa maksud dari perkataan ibunya.

Menjatuhkan wajahnya ke atas pangkuan sang putra sambil terisak dan berusaha tetap menjelaskan meski ia tak benar-benar menjelaskan keseluruhannya. Terlalu sakit untuk mengingat kembali.

"Hal itu terjadi karena takdir, nak. Mama bahkan tak menyangka akan mengalami semua itu hingga berakhir dengan kehadiranmu. Itu kecelakaan!" bahunya bergetar hebat, merasa tak percaya kalau ia sungguh menceritakan sebuah fakta di saat putranya masih terlalu dini.

"Mama juga tak menginginkannya... Tapi, apa yang bisa mama lakukan? Mama sendiri tak mengerti, semua terjadi begitu tiba-tiba." Sherina mendongak cepat dan tampaklah mata sembab nan merah serta basah karena air mata yang mampu membuat Shienoll memaki dirinya sendiri atas tindakannya yang tidak sabaran.

"Satu hal yang perlu kau percaya, nak. Mama tidak pernah sedih atau pun kecewa atas kehadiranmu. Justru mama sangat bahagia. Tak peduli bagaimana caranya kau dapat hadir kedunia ini. Tidak peduli darah siapa yang mengalir di dalam dirimu. Kau putraku! Satu-satunya laki-laki yang mampu membuat wanita ini jatuh cinta hingga tak ada ujungnya... Dan tak peduli apa yang orang katakan tentang mama. Karena faktanya mama tidak begitu. Yang terjadi pada mama adalah kecelakaan yang sudah di takdirkan. Mama harap Noll tidak kecewa." jelas Sherina panjang lebar dengan intonasi yang semakin lirih.

Di pandangnya sang ibu dengan hati teriris untuk mencari kebohongan di dalamnya dan sayangnya yang Sherina katakan adalah sebenarnya. Membuat Shienoll tak punya alasan lain untuk mengorek informasi dari ibunya lebih jauh lagi.

"Aku percaya mama." tiga kata itu sudah mampu membuat Sherina beranjak untuk memeluk putranya sayang.

Pada awalnya Shienoll tak tahu apakah ia harus membalas pelukan itu atau tidak. Karena hatinya tengah galau saat ini. Tapi, pelukan yang Sherina berikan benar-benar penuh kehangatan cinta dan kasih sayang membuatnya tak bisa berlama-lama mengabaikan hal itu.

"Jadi aku benar-benar anak haram!" -batinnya sedih.

Flashback off...

Menghela nafas lelah setelah otaknya di penuhi tentang kenyataan mengenai dirinya.

"Aku tidak punya alasan untuk marah pada mama. Itu bukan salahnya. Tapi..." menutup buku bacaannya dengan keras hingga menimbulkn bunyi.

Bruk...

Dahinya mengernyit tajam. "Mama memang tidak berbohong. Hanya saja ia masih menyembunyikan beberapa kebenaran. Kenapa?!" menatap sejenak buku yang sudah tertutup, tampak di sampulnya tertulis judul buku tersebut yaitu...

*SUKSES DALAM DUNIA BISNIS DI USIA MUDA*

Sebuah buku yang menjadi salah satu favoritnya, karena didalamnya terdapat banyak cerita pengalaman dan motivasi dari beberapa pengusaha muda sukses di bidangnya yang sengaja di tuang menjadi satu dalam buku tersebut oleh seorang jurnalis ternama, Robert Delta.

"Kemana lagi harus kucari?! Aku belum puas akan jawaban mama." gumamnya kesal. Karena tak tahu harus berbuat apa.

Saat pikirannya tengah mendapati jalan buntu sebuah suara mesin mobil yang berhenti terdengar dari luar menyadarkannya hingga ia refleks melihat melalui jendelanya, mengintip untuk mencari tahu siapa gerangan yang menghentikan mobilnya di depan rukonya mengingat ruko tempat tinggalnya tidak memiliki lahan parkir dan langsung menyatu pada trotoar jalan yang lumayan besar.

Tertangkap oleh indra penglihatannya sang ibu keluar dari pintu penumpang bagian depan di susul pintu sebelahnya pada bagian pengemudi.

Keningnya berkerut penuh tanya begitu melihat ada sosok perempuan yang ia yakini seumuran ibunya tengah menghampiri ibunya dan tampak merengek entah kenapa. Di benaknya mulai bertanya-tanya tentang siapa perempuan itu?!

Sebuah mobil menepi tepat di depan sebuah bangunan ruko. Begitu berhenti sang pengemudi yang tak lain adalah Namika pun segera mematikannya. Sambil menatap ruko yang berdiri kokoh di pinggir jalan dengan papan nama di atasnya bertuliskan...

*SHESHIE Bakery*

Ia bertanya. "Kau tinggal disini sekarang?" menatap Sherina penuh tanya. Sherina mengangguk sebagai jawaban.

"Aku senang, setidaknya kau tinggal di tempat yang layak." ujarnya haru sambil mengamati dalam-dalam ruko 2 lantai itu.

"Ya sudah. Ini sudah malam, segera kembali ke hotelmu dan istirahatlah." membuka pintu mobil dan keluar tanpa tahu kalau Namika sudah cemberut kesal lantaran merasa dirinya telah di usir sahabatnya itu. Ia pun menyusul keluar.

"Kejam!"

Sherina memasang wajah bingung begitu melihat sahabatnya -Namika- hendak mengekorinya.

"Apa yang kau lakukan?"

Berjalan mendekat dan merangkul tangan Sherina seraya bergelayut manja layaknya anak kecil. Sikap itu membuat Sherina bergidik ngeri.

"Nana... Aku menginap, yaaa? Eum!" rengeknya dengan binar mata memelas.

Sherina menggelengkan kepalanya tanda tak setuju. "Tidak bisa Mika sayang! Kau harus pulang kembali ke hotelmu. Tempatku tidak akan nyaman untuk mu!" katanya membujuk.

"Alasan mu saja. Kenapa tidak bilang sejujurnya kalau kau tidak ingin aku mengusik hidupmu kan?!" tuduh Namika kesal karena di tolak. Sherina kelabakan dan bingung sekarang.

"Bukan begitu... Masalahnya tempat tinggalku hanya punya 2 kamar. satu milikku dan satunya milik putraku." mencoba menjelaskan.

"Lalu, apa masalahnya...?! Aku bisa tidur di kamarmu. Seperti dulu..." rengeknya lagi, masih belum mau menyerah.

Menghela nafas pelan agar tenang menghadapi sifat Namika yang meski tomboy ia juga bisa manja terhadap orang yang di sayangnya.

"Masalahnya kasurku itu single. Tidak akan muat bila kita tiduri berdua. Terlebih lagi kau sudah menyewa kamar hotel, bukan?! Jadi, kau harus menempatinya. Jangan biarkan uangmu terbuang sia-sia. Kamar yang kau sewa pasti bukan dari hotel biasa. Fasilitas yang di sediakan cukup memanjakanmu 'kan?! Jadi, alangkah baiknya bila kau kembali ke sana dan gunakan seluruh fasilitas yang sudah kau bayar dengan mahal itu baik-baik. Lagi pula kau masih bisa datang ke sini besok sekalian aku ingin memperkenalkanmu pada putraku." jelas Sherina panjang lebar.

Namika hanya bisa pasrah membenarkan setiap kata yang memang benar adanya. Dia sudah menyewa kamar hotel yang bagus di kota itu. Lantas kenapa ia tidak gunakan?!

Lagi-lagi ia harus kalah dari sahabatnya soal urusan memanfaatkan segala sesuatu dengan benar.

"Baiklah. Aku akan kembali ke hotel. Tapi, ingat! Aku akan datang lagi besok pagi!" tekannya pasti. "Ingat! PAGI!" ulangnya sambil menekan jelas kata 'pagi', membuat Sherina terkekeh geli melihat tingkahnya.

"Iya... Iya... Aku akan ingat. Sudah pulanglah segera. Jangan sampai terlalu larut malam." nasihatnya seraya tersenyum hangat.

"Oke! Tapi, peluk dulu..." rengek Namika seraya merentangkan kedua tangannya yang langsung di sambut oleh Sherina dengan senang hati.

"Tentu. Kemarilah."

Namika segera memasuki mobilnya kembali usai mereka berpelukan. Tak lupa dengan lambaian tangan tanda perpisahan.

Setelahnya barulah ia berbalik dan masuk kedalam rumah. Tak menyadari kalau putranya sedari tadi mengintip kegiatan mereka dengan tanda tanya besar di kepalanya.

Berjalan santai menuju dapur untuk meletakkan barang belanjaannya yang ia beli tadi setelah ia masuk dan mengunci pintunya.

Saat sedang asik menyusun belanjaan kedalam kulkas, suara Shienoll mengejutkannya.

"Mama!" Sherina menoleh begitu mendengarnya.

"Noll, kau belum tidur?" tanya Sherina tanpa mengentikan kegiatannya namun masih tetap sesekali melirik putra tampannya.

"Aku baru mau tidur. Tapi, tadi tertunda begitu mendengar ada suara mobil di depan. Ku lihat dari jendela, mama terlihat dekat dengan orang itu." jelas Shienoll menyelidiki. Sherina tertawa renyah mendengar penuturan putranya.

"Kau lihat ternyata." menghentikan aktifitasnya dan berjalan ke arah putranya dan kemudian di angkat putranya ke dalam gendongannya, Shienoll tak menolak. "Iya... Mama memang dekat dengannya. Bukan hanya itu, dia juga adalah bibi mu, sayang." ungkap Sherina membuat putranya kaget dan bingung.

"Bibi?" Sherina mengangguk membenarkan.

"Dia itu sahabat mama dari tempat asal mama. Kau tahu! Dia mencari mama jauh-jauh hingga kemari. Mama benar-benar merasa bersalah akan hal itu." tutur Sherina lesu di hadapan Shienoll yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan, namun sang ibu tidak menyadarinya.

"Karena dia sahabat mama, maka dia menjadi bibi ku?" tanya Shienoll memastikan.

"Tentu!" Shienoll mengangguk paham dengan otak yang sepertinya menemukan sesuatu yang menarik.

Membawa sang putra ke kamarnya dan merebahkannya ke atas ranjangnya, ia duduk di sampingnya seraya mengelus lembut penuh kasih kepala sang anak tercinta. Sherina tersenyum hangat sambil memperbaiki selimutnya. Shienoll membalas dengan bahagia.

"Dia bilang, besok akan berkunjung kemari. Jadi, besok kau bisa berkenalan dengannya. Jika ada kesempatan mama juga akan memperkenalkanmu dengan keluarga besar sahabat mama yang sangat baik itu. Kau mau, 'kan?" kata Sherina lembut menjelaskan.

"Tentu, kenapa tidak!" serunya menggemaskan dengan binar mata indahnya dan bergumam dalam hati.

"Bibi itu berasal dari tempat tinggal mama dulu, bukan?! Artinya ia adalah orang yang datang dari masa lalu mama. Mungkin aku bisa mengorek lebih banyak informasi darinya. Dia sahabat mama! Jauh-jauh datang kemari hanya untuk mencari mama, berarti ia tahu banyak tentang apa yang terjadi sebelum aku di lahirkan kedunia ini. Oh TUHAN...! Kau sungguh menyayangi hambamu ini! Baiklah tenang dulu. Aku harus bersabar dan tidak boleh gegabah. Bagaimanapun ini menyangkut kebahagiaan ku dan mama. Jadi, segalanya harus tertata dengan rapi...!!!"

Setelah di rasa waktu sudah menunjukkan jam tidur Shienoll. Sherina segera memerintahkan putranya untuk tidur, tentunya dengan senang hati Shienoll menuruti. Akan tetapi sebelum ia benar-benar tertidur dalam balaian hangat ibunya, ponsel Sherina berdering tanda bahwa ada panggilan masuk.

Dengan segera ia mengangkat.

"Halo... Dengan Sherina Dalletra disini." keningnya berkerut sejenak sebelum akhirnya mengerjap lesu. "Iya... Jadi begitu... Syukurlah bila lukanya tidak fatal... Tentu... Anda sudah mengabari orang tuanya... 'A.. Baiklah... Saya akan menjenguknya besok... Baiklah. Terima kasih! Selamat malam!" sambungan telpon itupun berakhir dengan Sherina yang merosotkan bahunya beban.

Shienoll yang sejak tadi mengamati ibunya mulai gatal dengan rasa penasaran.

"Apa itu dari rumah sakit, ma?" Sherina menoleh menatap putranya kemudian tersenyum kecil dan mengangguk membenarkan.

"Dokter bilang lukanya tidak parah dan sekarang dia baik-baik saja. Jadi, besok kita akan pergi menjenguknya. Oke boy?" kata Sherina sambil mengelus rambut Shienoll yang halus dan tampak lebat. Tapi sepertinya Shienoll kesal mendengarnya terbukti dari dengusan yang ia keluarkan. Ibunya hanya bisa menghela nafas pelan.

"Haruskah, ma?" rengek Shienoll tak ingin pergi.

"Kita bertanggung jawab untuk itu sayang!" tekan Sherina tegas namun tetap lembut.

"Mama terlalu baik. Padahal jelas dia yang salah." gerutu putranya sambil memalingkan muka cemberut, Sherina menanggapinya dengan senyum kecil nan lembutnya dengan tangan yang tak lepas dari kegiatannya mengelus surai hitam legam putranya.

"Kalian masih kecil. Tidak seharusnya di perlakukan kasar. Justru, karena dia itu salah, kita atau siapapun yang benar harus bisa membantunya menyadari kesalahannya. Bukan malah mengabaikan apalagi bertindak sama halnya dengan dia. Kau mengerti, sayang?!" ajar Sherina penuh nasihat.

"Iya... Iya... Aku mengerti!" balas Shienoll malas tapi tetap mencatat nasihat ibunya dalam benaknya dengan baik meski hatinya bertentangan.

"Cih... Muka-muka macam Darrel itu, kalau di biarkan merajalela hanya akan memperburuk hidup dunia. Tapi, tenang saja aku punya caraku sendiri untuk mengurusnya tanpa melanggar larangan mama. Hehehe...!" -batinnya bergumam licik penuh siasat.

"Baiklah. Sekarang tidur. Mama tak ingin pangeran kecil mama kekurangan jam tidurnya." seru Sherina bertitah.

"Baik-baik... Aku akan tidur. Mama juga tidurlah jangan sampai kelelahan. Aku tidak suka." gerutu sekaligus rengekan terucap dari bibir mungil Shienoll yang langsung di hadiahi kecupan cinta dari Sherina di seluruh permukaan wajahnya.

"Siap. Selamat tidur, sayang!"

"Selamat tidur, mama!"

Sherina mematikan lampu kamarnya menyisakan lampu tidur yang temaram, kemudian melangkah pergi meninggalkan putranya tidur dengan lelap setelah menutup pintu.

Terpopuler

Comments

Desilia Chisfia Lina

Desilia Chisfia Lina

kasihan serinol masih kecil harus tau kenyataan pahit dengan dirinya xu

2022-06-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!