Gejolak Masa Muda
Malam belum sepenuhnya menghilang, semburat warna hitamnya masih tampak walaupun perlahan mulai memudar. Embun saja masih setia menempel pada tiap-tiap dahan pohon. Sementara sang surya masih malu-malu menampakkan sinarnya. Mungkin sedang bersiap-siap menggantikan tugas sang bulan.
Sama halnya dengan manusia, bangun dengan malas setelah tidur panjang di malam hari. Para pria dewasa duduk di depan meja berteman dengan secangkir kopi. Sementara sang istri, sibuk menyiapkan sarapan untuk suaminya sebelum berangkat mencari nafkah. Itu untuk para wanita yang hanya menjadi Ibu Rumah Tangga. Sedangkan mereka yang bekerja, mencari tambahan uang untuk membantu suaminya agar dapur tetap mengepul. Wanita-wanita karir yang mengejar mimpinya dengan harapan di masa depan menjadi orang terhormat, mungkin beda lagi ceritanya.
Terdengar suara anak-anak yang merengek saat di bangunkan agar tidak terlambat sampai di sekolah. Anak-anak yang menolak disuruh mandi karena tahu air masih terasa dingin saat pagi hari. Namun dengan berat hati akhirnya mereka mandi juga setelah si Ibu melakukan bujuk rayu. Semua itu jadi pemandangan biasa di setiap pagi dan berulang. Setiap harinya. Setiap bulannya. Dan setiap tahunnya. Terkecuali hari libur.
Di tempat lainnya dari sebuah rumah aktivitas pagi pun telah nampak. Menjadi awal cerita ini terukir, hari baru saja dimulai tapi kegaduhan sudah mewarnai rumah itu. Rumah yang di huni oleh pasangan suami isteri dengan dua anaknya. Satu lelaki dan satu perempuan yang kini telah menginjak masa remaja.
*****
Saat Melly membuka mata dan melihat wajah Ghevin terpampang nyata di depannya, tak ada hal lain yang paling diinginkannya selain memukul kepala Ghevin dengan panci. Untung buat Ghevin, saat ini di dekat Melly tak ada panci. Jadi, Melly menahan hasrat untuk memukul kepala kakaknya.
Melly membalikkan badan, bersiap melanjutkan tidurnya dan kembali ke alam mimpi. Tapi Ghevin pantang menyerah. Dia berpindah ke kaki ranjang dan mulai menggelitiki telapak kaki Melly, membuat Melly merasakan geli dan hampir menendang muka Ghevin secara refleks.
Ketika dirasa usaha Ghevin tidak membuahkan hasil, dia berjalan ke arah jendela. Menyibak gorden dan membuka daun jendela lebar-lebar. Seketika udara pagi yang dingin masuk ke dalam kamar, dinginnya terasa menusuk tulang. Membuat Melly menggigil.
Melly mengerang dalam hati. Melly berusaha menarik selimut untuk mentupi seluruh tubuhnya. Tapi dengan paksa Ghevin mengambil dan membuangnya ke lantai agar tidak bisa dijangkau oleh Melly.
"Melly!" seru Ghevin tidak sabar. "Cepat bangun!"
Dalam waktu bersamaan jam weker berbunyi. Melly mengeluarkan jerit frustrasi. Tanpa membuka mata, Melly meraba-raba nakas di samping ranjangnya untuk mematikan weker.
"Hebat! Gue bahkan bangun lebih pagi dari jam weker" gumamnya.
Sejenak suasana hening. Hanya suara detak jarum jam yang terdengar dari weker milik Melly.
"Kemana Ghevin? Kok, gue nggak ngedenger teriakan dia lagi? Apa dia udah pergi?" batin Melly.
Namun tiba-tiba, Melly merasakan tubuhnya terangkat ke udara. Melly pun sontak membuka matanya dan segera menyadari sedang berada dalam gendongan Ghevin.
Melly memberontak. "Ghev!" seru Melly. "Turunin nggak?!"
Ghevin tidak memperdulikan Melly. Dia terus saja berjalan ke kamar mandi dan melemparkan Melly ke sana.
"Aduh!" keluh Melly begitu kakinya menyentuh lantai kamar mandi yang dingin.
"Mandi sekarang!" perintah Ghevin. "Gue hajar lo, kalau sampai bikin gue telat!"
"Astaga!" desis Melly tidak menyangka kakaknya sekejam itu.
Luar biasa, pagi-pagi begini Melly sudah mendapat ancaman kekerasan dari kakaknya sendiri. Tapi Melly segera menuruti perintah kakaknya untuk cepat-cepat mandi. Dia tidak ingin membuat Ghevin murka.
Selesai mandi. Melly sibuk berdandan. Melly menatap cermin, terpantullah bayangan seorang gadis cantik berusia enam belas tahun berkulit putih dan memiliki wajah berbentuk hati. Melly menyisir rambut lurusnya yang panjang melewati bahu. Melly sedang berpikir untuk menguncirnya. Tapi tiba-tiba pintu kamarnya di gedor dengan keras. Memang hanya sekali, namun nyaris membuat jantungnya melompat keluar dari rongga dadanya. Pasti itu ulah Ghevin.
Karena gedoran tadi, Melly jadi terburu-buru menyelesaikan dandanannya. Dia tidak ingin pintu kamarnya di gedor lebih keras lagi oleh Ghevin. Selesai dandan Melly pun menuju ruang makan. Di sekeliling meja makan sudah duduk Mama, Papa, dan tentu saja Ghevin kakaknya.
🌛Bersambung🌛
Jangan lupa Like, Komen, Rate, dan Vote. Biar Author makin SEMANGAT 💖💕 ****Thx****.
Tap juga icon ❤ (Favorit) agar tidak ketinggalan Update selanjutnya dan jika berkenan berikan Tip. Selamat Membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
deyura
hai kak aku mampir bawa like👍😃. salam dari COBA CINTAKU🥰
2021-07-12
0
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Cewek2 kok malas bangun pagi 🤦♀
2021-05-09
0
Yamazakura
mendarat dengan sempurna
salam dari SANG PURNAMA
2021-03-20
0