NovelToon NovelToon

Gejolak Masa Muda

Bab 1

Malam belum sepenuhnya menghilang, semburat warna hitamnya masih tampak walaupun perlahan mulai memudar. Embun saja masih setia menempel pada tiap-tiap dahan pohon. Sementara sang surya masih malu-malu menampakkan sinarnya. Mungkin sedang bersiap-siap menggantikan tugas sang bulan.

Sama halnya dengan manusia, bangun dengan malas setelah tidur panjang di malam hari. Para pria dewasa duduk di depan meja berteman dengan secangkir kopi. Sementara sang istri, sibuk menyiapkan sarapan untuk suaminya sebelum berangkat mencari nafkah. Itu untuk para wanita yang hanya menjadi Ibu Rumah Tangga. Sedangkan mereka yang bekerja, mencari tambahan uang untuk membantu suaminya agar dapur tetap mengepul. Wanita-wanita karir yang mengejar mimpinya dengan harapan di masa depan menjadi orang terhormat, mungkin beda lagi ceritanya.

Terdengar suara anak-anak yang merengek saat di bangunkan agar tidak terlambat sampai di sekolah. Anak-anak yang menolak disuruh mandi karena tahu air masih terasa dingin saat pagi hari. Namun dengan berat hati akhirnya mereka mandi juga setelah si Ibu melakukan bujuk rayu. Semua itu jadi pemandangan biasa di setiap pagi dan berulang. Setiap harinya. Setiap bulannya. Dan setiap tahunnya. Terkecuali hari libur.

Di tempat lainnya dari sebuah rumah aktivitas pagi pun telah nampak. Menjadi awal cerita ini terukir, hari baru saja dimulai tapi kegaduhan sudah mewarnai rumah itu. Rumah yang di huni oleh pasangan suami isteri dengan dua anaknya. Satu lelaki dan satu perempuan yang kini telah menginjak masa remaja.

*****

Saat Melly membuka mata dan melihat wajah Ghevin terpampang nyata di depannya, tak ada hal lain yang paling diinginkannya selain memukul kepala Ghevin dengan panci. Untung buat Ghevin, saat ini di dekat Melly tak ada panci. Jadi, Melly menahan hasrat untuk memukul kepala kakaknya.

Melly membalikkan badan, bersiap melanjutkan tidurnya dan kembali ke alam mimpi. Tapi Ghevin pantang menyerah. Dia berpindah ke kaki ranjang dan mulai menggelitiki telapak kaki Melly, membuat Melly merasakan geli dan hampir menendang muka Ghevin secara refleks.

Ketika dirasa usaha Ghevin tidak membuahkan hasil, dia berjalan ke arah jendela. Menyibak gorden dan membuka daun jendela lebar-lebar. Seketika udara pagi yang dingin masuk ke dalam kamar, dinginnya terasa menusuk tulang. Membuat Melly menggigil.

Melly mengerang dalam hati. Melly berusaha menarik selimut untuk mentupi seluruh tubuhnya. Tapi dengan paksa Ghevin mengambil dan membuangnya ke lantai agar tidak bisa dijangkau oleh Melly.

"Melly!" seru Ghevin tidak sabar. "Cepat bangun!"

Dalam waktu bersamaan jam weker berbunyi. Melly mengeluarkan jerit frustrasi. Tanpa membuka mata, Melly meraba-raba nakas di samping ranjangnya untuk mematikan weker.

"Hebat! Gue bahkan bangun lebih pagi dari jam weker" gumamnya.

Sejenak suasana hening. Hanya suara detak jarum jam yang terdengar dari weker milik Melly.

"Kemana Ghevin? Kok, gue nggak ngedenger teriakan dia lagi? Apa dia udah pergi?" batin Melly.

Namun tiba-tiba, Melly merasakan tubuhnya terangkat ke udara. Melly pun sontak membuka matanya dan segera menyadari sedang berada dalam gendongan Ghevin.

Melly memberontak. "Ghev!" seru Melly. "Turunin nggak?!"

Ghevin tidak memperdulikan Melly. Dia terus saja berjalan ke kamar mandi dan melemparkan Melly ke sana.

"Aduh!" keluh Melly begitu kakinya menyentuh lantai kamar mandi yang dingin.

"Mandi sekarang!" perintah Ghevin. "Gue hajar lo, kalau sampai bikin gue telat!"

"Astaga!" desis Melly tidak menyangka kakaknya sekejam itu.

Luar biasa, pagi-pagi begini Melly sudah mendapat ancaman kekerasan dari kakaknya sendiri. Tapi Melly segera menuruti perintah kakaknya untuk cepat-cepat mandi. Dia tidak ingin membuat Ghevin murka.

Selesai mandi. Melly sibuk berdandan. Melly menatap cermin, terpantullah bayangan seorang gadis cantik berusia enam belas tahun berkulit putih dan memiliki wajah berbentuk hati. Melly menyisir rambut lurusnya yang panjang melewati bahu. Melly sedang berpikir untuk menguncirnya. Tapi tiba-tiba pintu kamarnya di gedor dengan keras. Memang hanya sekali, namun nyaris membuat jantungnya melompat keluar dari rongga dadanya. Pasti itu ulah Ghevin.

Karena gedoran tadi, Melly jadi terburu-buru menyelesaikan dandanannya. Dia tidak ingin pintu kamarnya di gedor lebih keras lagi oleh Ghevin. Selesai dandan Melly pun menuju ruang makan. Di sekeliling meja makan sudah duduk Mama, Papa, dan tentu saja Ghevin kakaknya.

🌛Bersambung🌛

Jangan lupa Like, Komen, Rate, dan Vote. Biar Author makin SEMANGAT 💖💕 ****Thx****.

Tap juga icon ❤ (Favorit) agar tidak ketinggalan Update selanjutnya dan jika berkenan berikan Tip. Selamat Membaca.

Bab 2

Ghevin sudah nyaris menghabiskan sarapan ketika Melly duduk di sebrangnya. Dengan perlahan Melly pun menyantap nasi goreng yang sudah disajikan oleh Mamanya. Melihat itu, mata Ghevin kontan melotot.

"Kalo lo makan kayak siput begitu, lo bakal bikin gue telat," Ghevin meraung seperti harimau.

"Gue kan nggak bisa makan cepet-cepet kayak lo, Ghev," balas Melly.

Melihat ketegangan yang terjadi antara Melly dan Ghevin. Sang Mama dengan sigap menengahi. "Sudah, Ghev biarkan adikmu makan. Lagi pula, biasanya kamu nggak peduli kalau telat." ujar Mamanya.

"Iya," dukung Melly. "Lo kan rajanya telat."

"Ada yang harus gue urus pagi ini," gumam Ghevin tanpa menjelaskan lebih detail urusannya.

Akhirnya, Melly bisa makan dengan tenang. Melly hanya sesekali memandang dan mendengarkan ketika Mamanya memarahi Ghevin karena tidak memakai seragam dengan rapi. Ghevin memang selalu tampil urakan. Bajunya tidak pernah dimasukkan dan kadang dua kancing atasnya dibiarkan terbuka.

Di lengannya ada bekas coretan spidol seperti tanda tangan. Mungkin itu tanda tangannya sendiri. Lebih mirip dengan gambar cacing dari pada sebuah tanda tangan. Ghevin memang sedikit narsis.

Banyak wanita yang suka pada Ghevin. Hal itu jelas menguntungkannya, karena dia memang playboy. Entah sudah berapa banyak wanita yang dijadikan pacarnya, kemudian tanpa perasaan di campakkan begitu saja. Mungkin Ghevin lupa kalau dia punya adik perempuan. Bagaimana jika itu terjadi pada Melly?

Sama seperti Melly, Ghevin juga dianugerahi fisik yang menarik. Banyak yang bilang Ghevin tampan rupawan, bentuk tubuhnya seksi, kekar tegap berisi. Dengan tatapan tajam penuh percaya diri, bikin wanita tergila-gila mabuk kepayang. Ditambah gaya trendy khas remaja masa kini. Ghevin adalah idola sejati. Tidak heran kalau banyak wanita sampai harus membawa ember untuk menampung air liur ketika melihatnya.

Begitu Melly selesai sarapan, dengan kasar Ghevin langsung menyeret Melly dari meja makan. Mamanya mengikuti mereka untuk membuka gerbang.

Melly dan Ghevin segera memasuki Daihatsu Ayla kuning yang terparkir di carport. Mobil itu diberikan Papanya pada Ghevin dengan syarat dia harus mau mengantar jemput Melly sekolah. Kalau sampai dia menolak, Papanya pasti akan mengambil kembali mobil itu.

Melly membuka kaca mobil dan melambaikan tangan pada Mamanya, sedangkan Ghevin dengan cuek melajukan mobil meninggalkan rumah. Mungkin dia masih keki karena dimarahi oleh Mamanya.

Di tengah perjalanan, Ghevin menghentikan mobilnya. Dia berhenti di dekat sebuah Kawasaki Ninja hijau. Lalu Ghevin membuka kaca ketika pengemudi motor itu berjalan mendekati mobilnya.

"Ghev," sapanya pada Ghevin yang hanya menganggukkan kepala. "Sok Cool"

Pengemudi motor itu adalah Miko, salah satu sahabat Ghevin. Dia berwajah tampan juga cute dan memiliki senyum yang menawan. Melly mengetahui itu karena Miko sering tersenyum pada Melly.

"Turun dari mobil," perintah Ghevin pada Melly.

"Hah? Kenapa?" tanya Melly bingung.

"Pindah ke motor Miko," perintah Ghevin lagi. "Dia yang bakal nganter lo ke sekolah hari ini."

"Emang lo mau kemana?" tanya Melly penasaran.

"Tadi kan waktu sarapan udah gue kasih tahu, gue ada urusan," bentak Ghevin. "Cepat pindah, atau gue lempar lo dari mobil."

Melly segera turun dari mobil begitu mendengar ancaman Ghevin. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Ghevin langsung memacu mobilnya meninggalkan Melly dan Miko.

Melly sebenarnya kesal sekali dengan sikap Ghevin. Tapi kekesalannya sedikit terobati karena dia bisa berangkat ke sekolah bersama Miko. Melly memang menyukai Miko, meskipun Melly tidak tahu itu perasaan suka sebagai seorang teman atau lebih dari itu.

Miko segera menyerahkan helm pada Melly. "Ayo kita berangkat sekarang!" ajaknya sambil tersenyum pada Melly.

Lutut Melly terasa lemas karena pagi-pagi sudah diberi senyum maut oleh Miko. Melly pun membalas senyum Miko dan menerima helm itu. Lalu mengikutinya naik ke motor.

🌟Bersambung🌟

Jangan lupa Like, Komen, Rate, dan Vote. Biar Author makin SEMANGAT 💖💕 Thx.

Bab 3

Miko memacu motornya dengan kecepatan sedang, tidak ada sepatah kata pun yang keluar selama di perjalanan. Setelah mereka sampai, Miko pun menurunkan Melly di tempat biasa Ghevin menurunkannya. Agak jauh dari sekolah. Tentu saja mereka punya alasan mengapa harus menurunkan Melly di sana.

Melly membuka helm dan menyerahkannya kembali pada Miko. Melly tidak ingin Miko segera pergi, jadi dia berusaha mencari bahan obrolan untuk menahannya.

"Mmm…Kak Miko," kata Melly. "Apa kakak tahu urusan yang di maksud Ghevin?"

"Tentu," jawab Miko. "Ada teman kami yang dipukuli dan dia nggak pulang semalaman karena takut dimarahi bokap-nyokapnya. Jadi, Ghevin bantu untuk mengurusnya."

Melly mengerutkan keningnya. "Gimana cara Ghevin mengurusnya?"

"Ghevin akan berbohong kalau teman kami menginap di rumahnya," jelas Miko. "Dia juga mengurus pengobataan dan mencari orang yang memukul teman kami itu. Sebagai Ketua, itu memang tugas Ghevin."

"Pantas saja uang jajan Ghevin selalu tergerus habis nyaris tak tersisa, ternyata digunakan untuk membantu temannya. Rasa solidaritasnya tinggi juga tuh anak," batin Melly dalam hati.

Sejujurnya Melly tidak pernah mengerti dengan hobi Ghevin yang satu itu. Ghevin selalu membanggakan statusnya sebagai Ketua geng atau Pentolan. Mungkin Ghevin merasa status itu keren dan bisa membantunya mendapatkan lebih banyak wanita. Namun sayangnya Miko juga bagian dari anggota Ghevin. Lebih tepatnya Miko adalah wakil Ghevin. Itulah sebabnya Ghevin mempercayainya. Ghevin bahkan bisa dengan mudah menyuruh Miko untuk menggantikannya mengantar Melly ke sekolah seperti sekarang ini.

Melly berterima kasih pada Miko dan segera berjalan ke arah pintu gerbang. Entah kenapa, bulu kuduknya mendadak berdiri, seakan merasa ada yang mengawasi. Tapi perasaan itu coba ditepisnya.

"Melly." panggil seseorang.

Mendengar namanya dipanggil, Melly pun sontak menolah dan melihat temanya Rani, sedang berlari mendekatinya.

"Pagi, Rani," sapa Melly begitu dia tiba di dekatnya.

"Pagi juga, Melly," balas Rani sambil merapikan rambut pendek sebahunya yang berantakan karena tertiup angin.

Rani melongok-longok jauh ke belakang Melly. "Apa Kak Ghevin udah pergi?"

Melly langsung memasang tampang bete. Gimana nggak bete! Mereka baru saja bertemu dan bertegur sapa, tapi Rani langsung menanyakan Ghevin.

Rani memang salah satu dari sekian banyak wanita yang menyukai Ghevin. Mereka sudah berteman lebih dari tiga tahun, selama itu juga Rani sudah menyimpan perasaannya pada Ghevin. Cuma di simpan saja, tidak pernah berani untuk di ungkapkan. Rani terlalu takut, lebih tepatnya dia gengsi. Masa sih, dia yang harus menyatakan cinta terlebih dahulu. "Ohh...No"

"Bukan Ghevin yang nganter gue tadi, Ran" kata Melly memberitahu.

Mata Rani langsung membesar. "Kenapa? Apa dia sakit?" tanya Rani khawatir.

"Nggak! Dia cuma lagi ada urusan," jawab Melly. "Katanya sih, mau ngebantu masalah temannya"

Rasa khawatir Rani langsung sirna, digantikan oleh rasa kagum. "Oh, dia baik banget ya," pujinya.

"Rani, please deh! Gue lagi nggak mau denger lo muji-muji Ghevin." protes Melly.

Akhirnya mereka pun memasuki sekolah yang bergedung tiga lantai. Sekolah Melly, SMA Galaxy, termasuk sekolah terbaik. Melly beruntung bisa bersekolah di sini meskipun otaknya tidak terlalu pintar.

Awalnya orangtua Melly ingin mendaftarkannya ke SMA Ganesha. Sekolah Ghevin. Tapi Melly menolaknya. Melly sengaja memilih SMA Galaxy karena tidak ingin terpisah dengan Rani yang didaftarkan orangtuanya ke sini. Sebaliknya, Rani sebenarnya ingin masuk ke SMA Ganesha karena dia ingin satu sekolah dengan Ghevin. Namun orangtua Rani memaksa dengan alasan mereka adalah alumni SMA Galaxy.

Ghevin marah sekali dengan keputusan Melly karena memilih bersekolah di SMA Galaxy. Itu wajar saja, sebab SMA Galaxy dan SMA Ganesha adalah musuh bebuyutan. Keduanya memiliki tradisi saling membenci secara turun-temurun.

Itulah sebabnya Ghevin dan Miko tidak bisa menurunkan Melly di pintu gerbang. Mereka bukan hanya siswa SMA Ganesha, tapi juga Ketua dan Wakil Ketua geng dari sekolah itu. Jika sampai ada anggota geng sekolah Melly yang melihat mereka, pasti akan terjadi perkelahian.

Tragis memang, karena adik dari ketua geng SMA Ganesha justru bersekolah di SMA Galaxy, yang notabennya bermusuhan. Tentu saja Ghevin sudah berkali-kali meminta orangtuanya untuk memindahkan Melly ke SMA Ganesha, tapi mereka tidak mengabulkannya. Begitu juga dengan Melly, dia tetap menolak. Karena sampai kapanpun juga, dia tidak mau dipindahkan ke SMA Ganesha.

🌰Bersambung🌰

Jangan lupa Like, Komen, Rate, dan Vote. Biar Author makin SEMANGAT 💖💕 Thx.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!