Terserah Papa Saja

Pagi ini Prilly tidak berkerja karena badan nya yang kurang sehat. Ia merasa semua tubuhnya sakit seperti sudah ditindih oleh sesuatu. Padahal kemarin Prilly bekerja dengan santai dan tidak ada pekerjaan yang begitu berat.

Kenapa badanku jadi sakit seperti ini? Gumam Prilly sembari memijat lengannya yang terasa nyeri sekali.

Ceklek!

Pintu terbuka dan terlihat Felissya sudah berdiri disana dengan nampan diatas tangannya. Felissya tersenyum dan melangkah mendekati Prilly.

"Maaf ya, nak, mama tidak mengetuk pintu dulu. Mama kira kamu belum bangun makanya mama masuk aja," ucap Felissya mengusap lembut kepala putri tunggalnya yang masih terduduk di atas kasur.

"Tidak apa-apa kok, ma." Prilly tersenyum.

"Ini mama bawakan sarapan untukmu, nak."

"Nggak usah repot-repot, ma. Prilly kan masih bisa jalan sendiri dan makan dimeja makan." Prilly tersenyum ke arah mamanya. "Papa sudah berangkat?"

"Sudah. Mama kesepian nggak ada yang nemenin sarapan." Felissya berdiri dan meletakkan nampan berisi sarapan untuk Prilly di atas meja.

"Yasudah, ayo Prilly temenin." Prilly beranjak dari tempat tidurnya.

"Kau tidak bekerja?"

"Tidak, ma. Badan Prilly rasanya sakit semua."

"Sini mama pijitin."

"Nggak usah, ma. Ntar juga sembuh sendiri."

Felissya menarik tangan Prilly tanpa disuruh. Lalu mendudukkan Prilly di atas tempat tidur. Prilly mengalah dengan menyelonjorkan kakinya. Tangan Felissya mulai memijit ringan kaki Prilly. Prilly tersenyum melihat mama nya. Perhatian Felissya memang dari dulu tidak pernah berubah kepada Prilly.

Princess ini memang sangat lembut hatinya.Walau terkadang ia sangat cerewet dan mengatur hidupku.Tapi aku tahu itu untuk kebaikanku. Prilly tersenyum memandang Felissya yang sedang sibuk memijat kakinya.

"Apa kau marah pada mama, nak?" Pertanyaan Felissya mengagetkan Prilly yang sedang melamun.

"Untuk apa Prilly marah?"

"Masalah perjodohan itu." Felissya menatap Prilly.

Seketika raut wajah Prilly berubah menjadi datar saat mengingat kembali perihal perjodohan itu. Tapi tidak menampakkannya pada wanita yang sedang duduk di depannya kini.

"Tidak kok, ma." Prilly menjawab dengan senyuman paksa padahal ia ingin sekali protes.

"Tapi kenapa kau cuek pada mama, nak?" Felissya berhenti memijat kaki Prilly. Tatapannya sendu menatap mata Prilly. Prilly diam tak bergeming.

"Mama sakit hati sekali, nak. Mama tidak suka kau cuek pada mama. Kalau mama bersalah tolong maafkan mama!" Air mata wanita itu terjatuh.

Prilly terkesiap mendengar penuturan Felissya. Dia tidak menyangka kalau sikapnya itu membuat mama nya sakit hati. Sungguh Prilly merasa bersalah pada mamanya.

"Maafkan Prilly, ma!" Prilly mengusap air mata Felissya dengan tangannya lalu memeluk wanita itu dengan erat.

"Mama tidak ingin kamu bersikap seperti itu, nak. Sungguh mama tidak suka!" Felissya berkata sampai lirihnya tak terdengar.

"Maafkan Prilly, ma. Prilly berjanji tidak akan bersikap seperti itu lagi. Prilly hanya tidak ingin membahas perjodohan itu."

Prilly menangis dipelukan mama nya. Ia merasa sangat menyesal telah membuat air mata wanita yang melahirkannya itu jatuh karena ulahnya. Sungguh Prilly tidak pernah ingin membuat Felissya menangis.

Ya Allah! Maafkan Prilly.

Felissya melepaskan pelukannya. Lalu mengusap lembut air mata putri tunggalnya yang jatuh dengan jarang.

"Mama dan Papa hanya ingin kamu bahagia, nak." Felissya tersenyum pada Prilly. Prilly mengangguk pelan.

"Yasudah, mama keluar dulu ya, sarapannya di makan." Felissya beranjak dari duduknya berlalu meninggalkan Prilly yang masih terdiam ditempat.

Lalu? Apakah Prilly tidak bisa bahagia dengan cara aku sendiri, ma?

Prilly bertanya dalam hatinya yang mungkin ia tahu pertanyaan itu sama sekali tidak berarti bagi orangtuanya sekarang. Mereka hanya ingin kehendak mereka terpenuhi. Itu saja!

***

Ponsel Prilly berdering dikala Prilly sedang asyik membaca buku dikamarnya. Prilly mengambil ponselnya lalu membaca nama yang tertera di layar ponselnya. Seketika Prilly menjadi sangat bahagia ketika tau yang menelpon adalah Rayhan, abang kesayangannya.

"Hallo?" Suara Rayhan diseberang sana.

"Iya, bang. Prilly kangen"

"Dasar manja! Kamu sudah sarapan?"

"Sudah. Abang udah sarapan?"

"Belum, dek. Sebentar lagi abang akan makan kok. Kamu tidak berkerja?"

"Kayaknya nggak deh Prilly merasa nggak sehat hari ini."

"Kau sakit? Makanya kalau kerja jangan yang berat-berat. Pasti kamu juga jarang sekali makan tepat waktu, hah! Keras kepala sekali kamu ini." Terdengar suara Rayhan diseberang sana meninggi. Prilly tersenyum penuh arti.

"Hehe, cerewet sekali abang nih. Ku matikan saja teleponnya!" ucap Prilly dengan nada mengancam padahal dirinya sedang menahan tawa akibat ulah abangnya itu.

"Coba matikan saja teleponnya kalau mau abang tidak pulang-pulang kerumah." Rayhan balik menantang adiknya itu.

"Jangan-jangan, bang. Tak sayang kah abang dengan adek abang yang paling manis cantek imut cetar membahana ini?" Prilly terkekeh.

"Arghhh! Jijik abang dengar kau berkata seperti itu." Rayhan tertawa terbahak-bahak di ujung telepon.

"Dasar menyebalkan!" Prilly mengakhiri telepon itu tanpa memberitahu pada abangnya. Dia sungguh kesal pada abangnya.

Prilly tahu, abangnya akan menelpon kembali. Karena biasanya kalo prilly ngambek abangnya yang akan mengalah.

1 menit.

2 menit.

Kenapa abang belum menelpon juga ya? Apa aku sudah keterlaluan! Ah tidak! Dia memang sangat menyebalkan. Biarkan saja dia begitu! Prilly meletakkan kembali ponselnya diatas meja.

Tak lama kemusian ponsel itu berdering. Prilly tersenyum gembira. Prilly bergegas mengambil ponselnya.

Itu pasti abang, dia kan memang tidak bisa kalau aku ngambek! Prilly tersenyum bahagia.

Senyuman Prilly pudar ketika tahu bahwa yang menelpon bukanlah abangnya melainkan pihak rumah sakit tempat ia berkerja yang menanyakan alasan dia tidak berkerja hari ini.

***

Setelah makan malam usai Prilly tidak langsung ke kamar. Ia mengikuti langkah mama dan papanya ke ruang keluarga. Prilly sudah menebak apa yang mereka bicarakan nantinya.

Pasti perjodohan itu lagi! Prilly bersungut kesal. Ia duduk di sofa yang berhadapan dengan tempat mama dan papanya duduk.

"Bagaimana,bLy? Apa kau menerima perjodohan ini?" Robert memulai pembicaraan.

Prilly hanya terdiam membisu.

"Mama dan papa ingin kamu bahagia saja, nak!" Felissya ikut bicara.

"Terserah papa saja. Prilly ikut bagaimana kemauan papa dan mama." Prilly menjawab dengan tersenyum memaksa ditempatnya.

"Benarkah itu, nak?" Felissya bertanya dengan mata berbinar. Prilly mengangguk pelan. Ia menyembunyikan wajahnya.

"Tuhkan, ma. Mama lihat sendiri kalau dibujuk Prilly pasti akan mau." Robert tersenyum ke arah istrinya.

"Terima kasih, nak." Robert berdiri dan mencium puncak kepala putri tunggalnya itu. Prilly tersenyum.

"Sama-sama, pa. Prilly ke kamar dulu ya." Prilly beranjak dari duduknya. Ia melangkah meninggalkan mama dan papanya yang sedang berbahagia di sana.

Ia menaiki tangga dan langsung menuju kamarnya. Prilly duduk bersimpuh di lantai dengan memegang kedua lututnya.

Terserah kalian saja! Aku pasrah. Aku lelah! Aku capek dengan semua sandiwara ini. Mama dan papa selalu saja memaksaku untuk menuruti semua permintaan kalian tanpa memikirkan perasaan ku. Aku sama sekali tidak menginginkan perjodohan ini! Tidak sama sekali!

Prilly frustasi dengan sikap mama dan papanya yang dari dulu selalu memaksa Prilly. Prilly menangis sejadi-jadinya di sana.

Akibat kelelahan menangis Prilly menyuruh kalian memberikan vote dan komentar, huhu.

\*\*\*\*

Terpopuler

Comments

Agil Safitri

Agil Safitri

Gombalannya diujung bikin slting thot

2022-11-15

1

Nis Nis

Nis Nis

Gapapa Ly asal cowoknya ganteng wkwk

2022-11-12

3

manda_

manda_

sabar prily kamu pasti bisa

2022-11-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!