Malam itu Prilly sedang membaca novel kesukaannya di dalam kamar. Yap! Harry Potter. Walaupun Prilly sudah mengulang membaca novel itu tapi tidak ada rasa bosan dalam diri Prilly. Novel itu memberi nuansa baru bagi Prilly.
Tok, tok, tok!
Suara pintu kamar di ketuk.
"Non Prilly, makan malamnya sudah siap. Tuan dan nyonya sudah menunggu di meja makan." Suara Bibi Elen, asisten rumah tangga keluarga Prilly.
"Baiklah, Bi. Prilly akan segera kesana!" sahut Prilly dengan malas lalu bergegas ke ruang makan.
Sesampai nya di ruang makan, Prilly terheran-heran melihat ada orang asing yang duduk di bangku makan. Prilly sama sekali tidak mengenalnya. Prilly duduk di bangku dekat dengan Felissya.
"Tuan Vekky, nyonya Rayna dan nak Kendrick, ini Prilly!" Robert memperkenalkan Prilly pada tamu nya. Ketiga tamu itu tersenyum ke arah Prilly.
"Hallo, Prilly, kamu sangat cantik sekali!" sapa seorang wanita seumuran Felissya.
"Hallo, tante. Tante lebih cantik, kok." Prilly tersenyum ke arah wanita itu.
"Prilly, ini keluarga tuan Vekky dan itu Kendrick yang akan dijodohkan denganmu." Robert menatap Prilly.
Prilly melototkan matanya dengan sempurna. Kaget dengan apa yang diucapkan Robert kepadanya.
"Prilly kan sudah bilang, Prilly tidak mau dijodohkan!" Prilly terlihat menahan emosi.
"Prilly! Bicaralah yang sopan, ini ada tamu." Robert membentak Prilly.
Prilly menunduk lalu pergi meninggalkan orang-orang itu di ruang makan.
"Prilly!" Robert berkali-kali memanggil Prilly. Tapi Prilly tidak menggubrisnya dan lanjut melangkah menuju kamarnya.
"Maafkan kelakuan anak saya tuan Vekky, nyonya Rayna dan nak Kendrick." Robert menahan malu.
"Tidak apa-apa, tuan Robert. Kita yang salah dengan menjodohkan Prilly dan Kendrick." Vekky angkat bicara dan tersenyum ke arah Robert.
Aku seperti mengenal wajahnya. Tapi siapa ya? Gumam Kendrick sambil memperhatikan Prilly yang sudah melangkah jauh meninggalkan ruang makan.
"Ayo kita lanjutkan saja makan malamnya, kita bicarakan lagi nanti." Felissya mempersilahkan suami dan tamu nya untuk menyantap makan malam itu.
Disisi lain Prilly merebahkan dirinya dikasur. Prilly bingung dengan papa dan mama nya yang berlebihan memaksa kehendak mereka tanpa memikirkan perasaan Prilly. Prilly tidak mau dijodohkan. Lagian Prilly juga tidak mengenal keluarga itu. Bagaimana bisa dia menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya.
Argghh! Teriak Prilly frustasi. Ia menangis disana. Makin lama tangisnya semakin menjadi-jadi.
Kenapa mama dan papa tidak mengerti dengan apa yang diputuskan Prilly? Mereka memang tidak menyayangiku! Mereka selalu memaksaku mengikuti kehendak mereka. Prilly memangis terisak-terisak dan tidak sadar sudah ketiduran karena kelelahan menangis.
***
"Sepertinya Prilly tidak mau dijodohkan tuan Robert. Lebih baik kita batalkan saja perjodohan ini." Vekky memulai pembicaraan setelah selesai menyantap makan malamnya.
"Jangan membatalkan perjodohan ini, Pa. Mama sudah suka dengan Prilly." Rayna membantah keputusan suaminya.
"Tenang dulu tuan Vekky, Prilly memang seperti itu. Prilly belum mengenal Kendrick." Robert mengeluarkan suara.
"Bagaimana kalau Prilly tetap menolak perjodohan ini?" tanya Vekky ragu.
"Itu tidak akan terjadi, tuan. Prilly pasti akan mau." Robert tersenyum ke arah Vekky.
"Baiklah, terserah kau saja." Vekky membalas senyuman Robert.
"Nak Kendrick, apakah kau suka dengan putri nya om?" Robert bertanya kepada Kendrick.
"Iya, om. Saya suka dengan nya," jawab Kendrick memasang wajah tersenyum. Walau dalam hatinya menolak keras untuk menerima perjodohan itu. Tetapi akibat ancaman papanya di rumah sebelum berangkat tadi membuatnya harus bersandiwara memasang wajah tersenyum. Juga dia seperti mengenal perempuan yang akan dijodohkan dengannya.
"Tuan Robert, nyonya Felissya, kami pamit permisi pulang dulu, sudah malam." Vekky berdiri.
"Oh, baiklah. Terima kasih sudah berkunjung," sahut Robert lalu memeluk rekan kerja nya itu.
Keluarga Vekky pamit pulang dan Robert mengantarnya sampai ke gerbang.
***
Mentari sudah menampakkan dirinya. Sinar nya menembus kedalam kamar Prilly. Prilly menggeliat karna terkena bias cahaya mentari.
Sejak kapan aku tertidur? Prilly mengangkat satu alisnya. Prilly mendudukkan tubuhnya lalu bergegas ke kamar mandi. Dia membersihkan dirinya di sana lalu keluar dengan handuk yang masih melekat dikepalanya.
"Non Prilly!" Terdengar suara bibi Elen dibalik pintu kamar Prilly.
"Iya, Bi!" Prilly menyahut.
"Sarapannya sudah jadi. Tuan dan nyonya sudah menunggu dibawah!"
"Iya, baiklah!"
Prilly mengganti pakaian dengan seragam kerjanya. Lalu turun ke ruang makan.
Prilly tidak menyapa mama dan papa nya karena masih kesal dengan mereka. Prilly tidak pergi ke meja makan. Dia keluar tanpa menyantap dulu sarapan pagi nya. Robert dan Felissya heran dengan sikap putri tunggalnya. Tidak biasanya dia seperti itu. Felissya mengikuti Prilly.
"Prilly, tunggu! Sarapan dulu, nak!" Felissya memanggil Prilly yang terlihat sudah masuk ke dalam mobilnya.
Prilly tidak menoleh ataupun menyahuti panggilan Felissya. Dia memakai sabuk lalu mengemudikan mobilnya. Prilly sangat kesal dengan mama dan papa nya. Bisa-bisanya mereka memaksakan kehendak mereka tanpa memikirkan perasaan Prilly.
Felissya memandang kepergian Prilly dengan rasa kecewa.
Mungkin dia masih merasa kesal dengan perjodohan ini! Felissya lalu masuk ke dalam rumahnya.
***
Healthy Hospital
Prilly tiba ditempat kerjanya lalu bergegas menuju ruangan prakteknya.
"Selamat pagi, dokter Prilly!" sapa seseorang disana dan ternyata itu dokter Afandy.
"Selamat pagi juga, dokter Afandy!" Prilly melemparkan senyum ke lelaki itu.
"Wajah kamu kok ditekuk begitu, kenapa?" tanya dokter Afandy yang membaca raut muka Prilly yang tidak biasanya cemberut begitu. Muka Prilly tidak seceria biasanya membuat dokter Afandy heran.
"Tidak apa-apa kok, dokter," sahut Prilly.
"Apakah kamu sakit?"
"Ohh tidak! Aku baik-baik saja." Prilly tersenyum.
"Yasudah kalo begitu aku kembali ke ruanganku dulu ya?" Pamit dokter Afandy meninggalkan Prilly disana.
Sepeninggal dokter Afandy, Prilly hanya melamun lalu kemudian segera masuk ke dalam ruangannya. Membawa pantatnya ke atas kursi yang selalu ia duduki di saat bekerja. Menghela napas panjang memikirkan segala hal yang sedang terjadi. Tentang perjodohan itu.
Pikiran Prilly kalut. Prilly berkali-kali menghela napas kesal dengan kedua orangtuanya. Pada akhirnya Prilly menarik napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya. Prilly mencoba menepis semua pikiran yang membuatnya tidak fokus untuk bekerja. Mengambil berkas di atas meja dan mulai mengecek segala sesuatu yang harus ia kerjakan hari ini.
Walau sudah berusaha melupakan masalahnya sementara nyatanya perjodohan itu masih terngiang-ngiang di pikiran Prilly. Pekerjaannya menjadi tidak menarik dimatanya gara-gara perjodohan menyebalkan itu. Padahal sudah zaman modern tapi masih saja perjodohan itu berlaku. Orangtua Prilly memang ada-ada saja.
Lagi asyik-asyiknya Prilly melamun tiba-tiba telepon berdering. Ternyata dari suster di lantai satu memberikan informasi bahwa ada pasien yang harus disegerakan operasi bedahnya pagi ini. Prilly pun dengan sigap dan cekatan meninggalkan ruangannya menuju kamar pasien yang akan di operasi.
\*\*\*\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Anawaimi_le
Perempuan emang sprti itu
2022-11-15
0
Agil Safitri
Gapapa padahal ada apa-apa
2022-11-15
1
Nis Nis
Kesini karena ceritanya seru abis
2022-11-12
2