Usai melakukan operasi bedah untuk pasiennya Prilly siang itu memilih untuk segera istirahat sekaligus makan siang. Tukang antar makanan pun sudah menghubunginya beberapa menit yang lalu untuk mengkonfirmasi makanan apa yang ingin Prilly makan hari ini. Tapi Prilly menolak karena ia ingin sekali menyantap makan siangnya kali ini di luar saja. Prilly melangkahkan kakinya menuju parkiran tempat mobilnya diparkir.
"Prilly!"
Prilly sontak menoleh ke arah suara itu. Ia melihat seorang wanita yang sedang melambaikan tangan ke arahnya. Wanita itu berjalan ke arah Prilly berdiri.
"Arsela? Sedang apa kau disini?" Prilly tersenyum ke arah wanita itu. Wanita itu tak lain adalah sahabat Prilly. Mereka bersahabat sejak SMA.
"Bertemu denganmulah! Memangnya kenapa? Tidak boleh?" Wanita yang bernama Arsela itu cemberut memalingkan wajahnya.
"Haha! Tentu saja boleh. Jangan cemberut begitu, kau tambah jelek!" Prilly terkekeh melihat raut wajah Arsela.
"Jelek-jelek gini aku punya pasangan! Nggak kayak kamu dari dulu jomblo!" Arsela mencibirkan mulutnya kepada Prilly.
"Kenapa kau malah membahas statusku? Dasar menyebalkan! Kau tidak bekerja?"
"Aku bekerja, tapi aku ingin sekali bertemu dengamu! Aku rindu padamu." Arsela memeluk manja lengan Prilly.
"Manja sekali kau! Ayo kita makan siang dulu." Prilly menarik tangan Arsela.
"Ayo!" Mereka berdua lalu masuk ke dalam mobil Prilly. Prilly membawa mobil nya ke restaurant terdekat dari tempatnya bekerja.
Greenty Restaurant
Prilly menghentikan mobilnya di depan sebuah restaurant. Prilly dan Arsela turun dari mobil dan bergegas masuk kedalam restaurant itu. Mereka memilih meja dipojok sana. Lalu memesan makanan untuk mereka berdua.
"Ly, kapan kamu akan melanjutkan pendidikanmu di Jerman?" tanya Arsela.
"Entahlah. Mungkin aku tidak akan melanjutkannya lagi." Prilly menatap kosong ke sembarang arah.
"Lho? Kenapa?" Arsela memicingkan matanya heran pada Prilly.
"Papa dan mamaku menjodohkan ku dengan anak temannya," jawab Prilly datar.
"Wah, bagus, dong. Berarti kau akan segera menikah. Aku sangat senang sekali!" ucap Arsela tersenyum dengan mata yang berbinar.
"Aku tidak bisa menerima perjodohan itu!" sahut Prilly tegas.
"Kenapa memangnya? Apakah kau sudah punya kekasih lain?"
"Tidak. Aku tidak menerima perjodohan itu karena aku memang sekarang ini tidak ingin menikah. Aku akan menikah setelah aku mendapatkan gelar dokter spesialis di Jerman," pungkas Prilly.
"Perjodohan kan tidak selamanya langsung menikah, Ly. Kamu bisa melanjutkan pendidikanmu setelah menerima perjodohan itu."
"Tidak, aku tidak mau. Lagian aku tidak mengenal lelaki itu sama sekali. Bagaimana bisa aku menerima perjodohan itu sedangkan aku sama sekali tidak memiliki perasaan apa-apa kepadanya?" Prilly berkata kesal.
"Cinta, ..." Arsela tidak melanjutkan pembicaraan nya ketika dua pelayan datang dan membawa makanan ditangannya. Pelayan itu lalu meletakkan makanan di atas meja.
"Silahkan dinikmati, nona," ucap pelayan itu sebelum meninggalkan meja tempat Prilly dan Arsela duduk.
Setelah pelayan itu pergi Prilly dan Arsela menyantap makanan di depannya.
"Lanjutkan perkataanmu tadi," ucap Prilly kepada Arsela yang asyik mengunyah makanan dimulutnya.
"Tadi sudah sampai mana?" Arsela menghentikan aktivitasnya.
"Mana ku tahu. Ayo lanjutkan."
"Dasar gila! Aku sudah lupa sampai mana," sahut Arsela dengan senyuman menyeringai.
"Yasudah, kau putar kembali waktu nya sampai pada kita yang membicarakan perjodohan tadi." Prilly berkata tanpa melihat ke arah Arsela.
"Mana mungkin bisa, bodoh!" Arsela menempelkan telunjuknya pada dahi Prilly.
"Aku sudah ingat!" Arsela memegang jidatnya.
"Apa?" tanya Prilly mendongakan kepalanya.
"Aku lupa." Arsela terkekeh.bPrilly menatap tajam ke arah Arsela. Membuat Arsela menambah volume tawanya.
"Hey! Kau tidak bisa diam?"
"Kau bilang tadi tidak memiliki perasaan apa-apa kan dengan lelaki yang dijodohkan dengamu?" tanya Arsela tanpa menjawab pertanyaan Prilly.
"Iya."
"Cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Jadi kau terima saja perjodohan itu!"
"Bicara apa kau? Sok tahu!" Prilly menatap tajam kearah Arsela. Yang ditatap hanya tertawa.
"Pilihan orangtua tidak pernah salah, Ly! Itu demi kebaikan kamu. Siapa tahu lelaki itu memang jodohmu."
Prilly mengangguk membenarkan perkataan Arsela.
"Tapi aku sekarang tidak ingin menikah dulu, La." Prilly memasang wajah memelas di sana.
"Jangan banyak bicara! Terima saja, daripada kau ntar tidak nikah-nikah."
"Kau menyumpahiku?" Prilly melototkan matanya.
"Bukan begitu, pokoknya kau harus menerima perjodohan itu."
Iyah-in ajalah biar ga ribet. Bicara pada nenek lampir ini memang menyebalkan! Gumam Prilly dalam hati.
"Iya, nenek lampir!"
"Gitu dong, baru temanku!" Arsela tersenyum bahagia menatap Prilly.
Setelah menghabiskan makanannya Arsela dan Prilly kembali ke tempat kerja Prilly dan berbincang-bincang dulu di sana.
***
"Prilly? Kau sudah pulang, nak?" tanya Felissya ketika Prilly melewati ruang tamu. Prilly berhenti dan menoleh pada Felissya.
"Iya," sahut Prilly singkat.
"Prilly ke kamar dulu."
Prilly berlalu dari hadapan mama nya. Dia menuju kamar nya. Lalu masuk dan segera mandi di sana.
Felissya menatap kepergian Prilly dengan perasaan kecewa karena putri satu-satunya menyuekinya.
"Mama dan papa melakukan semua ini hanya untuk kebaikan mu, nak. Mama ingin kau bahagia." Felissya berkata dengan tatapan sendu. Tiba-tiba air matanya terjatuh ditempat nya.
***
"Bagaimana, Ly, apa kau mau menerima perjodohan ini?" Robert berbicara menatap Prilly yang sedang sibuk dengan makanannya.
Prilly terdiam dan tidak menggubris pertanyaan Robert. Dia asyik mengunyah makanan di mulutnya.
"Sudahlah, pa. .Besok-besok saja membicarakan hal ini, mungkin Prilly capek." Felissya memegang bahu suaminya.
"Yasudah." Robert menyerah dan melanjutkan makan nya.
Setelah selesai makan, Prilly langsung ke kamarnya. Tidak lama kemudian bibi Elen mengantarkan susu hangat untuknya. Sudah menjadi kebiasaan asisten rumah tangga nya itu selalu mengantarkan nya sebelum Prilly tidur.
"Terima kasih banyak, Bi!" ucap Prilly seraya tersenyum.
"Sama-sama, non."
"Non Prilly, yang kemarin makan malam dirumah itu pacar non, ya?" tanya bi Elen yang berdiri didekat Prilly.
"Bukan, bi," jawab Prilly. Seketika senyumannya berubah.
"Maaf ya, kalo bibi lancang, non."
"Tidak apa-apa, bi. Itu yang kemarin ke rumah keluarga temannya papa. Ya gitu deh, Prilly dijodohin."
"Ooo begitu, ganteng banget anaknya non," Bi Elen terkekeh.
"Tapi Prilly ngga mau dijodohkan, bi."
"Yasudah, bibi saja yang sikat! Bibi bosan jomblo mulu."
Prilly tertawa. Asisten nya itu memang pintar menghibur. Setiap kali Prilly bercerita pasti ia bubuhkan dengan candaan. Itu yang membuat Prilly suka dengan pembantunya itu. Prilly tidak segan menceritakan masalahnya kepada Bi Elen ketika Abangnya tidak ada dirumah. Pembantu nya itupun memberi solusi dan saran yang baik untuk masalah Prilly.
Hingga larut malam Prilly dan Bi Elen bercerita ke sana kemari sambil tertawa di kamar Prilly. Banyak hal yang mereka ceritakan. Candaan seringkali mendominasi cerita antara keduanya membuat mereka terasa dekat dan nyaman. Prilly yang pikirannya kacau pun jadi terobati oleh kehadiran bi Elen malam itu. Prilly berharap perjodohan itu tidak akan pernah terjadi. Semoga saja ada kekuatan super atau apalah itu yang bisa menghentikan acara perjodohan yang sangat teramat Prilly benci.
\*\*\*\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Agil Safitri
Sefrekuensi ya
2022-11-15
1
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi
2022-11-10
1