Cahaya kunang terlihat meredup
Kabut tebal seakan menghalanginya
Mata elang pun tak mampu menembus
Kini gelapku merindukan cahaya
Pagi pun menyapa. Mamah Alex sudah disibukkan dengan masakannya. Caca terbangun dan bergegas ke kamar mandi untuk membasuh muka. Setelah itu Caca menghampiri Mamah Alex yang sedang sibuk memasak sambil bernyanyi kecil.
"Pagi Mah," sapa Caca lembut.
"Pagi sayang, gimana udah enakan belum?" tanya Mamah Alex sambil mengelus kepala Caca.
"Udah enakan kok Mah," jawab Caca tersenyum.
"Yaudah kalau gitu tolong bangunin Alex ya, sebentar lagi sarapannya siap!" pinta mamah Alex.
"Iya Mah," pungkas Caca seraya meninggalkan Mamah Alex.
Perlahan Caca membuka pintu kamar Alex. Caca melihat ada beberapa fotonya bersama Alex terpajang rapi di dinding. Beberapa piala tersusun rapi di meja sudut kamar.
Caca mendekati Alex yang masih tertidur lelap.
Dipandanginya lelaki yang sangat dia cintai. Caca menatap Alex semakin dalam, matanya berbinar dan menteskan air mata. Caca segera menghapus air matanya dan mencoba tersenyum kembali. Caca membelai lembut rambut kekasihnya. Perlahan Caca mencium kening Alex.
Alex terbangun karena merasa ada sentuhan hangat di keningnya. Perlahan dia membuka matanya. Senyum manis Caca terlihat jelas menyambutnya.
"Sayang apa kamu udah baikan?" tanya Alex sambil memegang pipi Caca.
"Udah kok, yuk bangun Mamah udah nyiapin sarapan." ajak Caca.
Saat hendak keluar dari kamar, tiba-tiba Alex meraih dan memeluknya dengan erat. Pelukan ini tak seperti biasanya. Ini terasa sangat erat seakan tak akan dilepaskan.
Caca perlahan melepas pelukan Alex lalu menciumnya.
"Udah ah kita sarapan dulu, kasihan Mamah udah nungguin kita." pungkas Caca tersipu.
Alex tersenyum kecil menyaksikan kekasihnya tersipu malu. Mereka sarapan sembari sedikit berbincang. Ketiganya terlihat bahagia dengan senyum yang menghias wajah mereka.
Setelah selesai sarapan, Caca membantu Mamah Alex untuk beberes. Alex duduk di sofa sambil memainkan gitarnya.
"Mah Caca siap-siap dulu ya mau pulang ke kos ambil seragam, Caca harus kerja soalnya." ucap Caca.
"Sayang, kenapa nggak istirahat sehari, besok baru mulai kerja lagi." pinta Mamah Alex.
Alex yang mendengar itu lalu menghampiri Caca.
"Sayang hari ini kamu nggak perlu kerja!" tegas Alex.
"Tapi aku harus kerja," ucap Caca.
"Tenang aja, Mhocan semalam udah ijin ke atasanmu." ucap Alex menenangkan.
"Oh ya?" ucap Caca kaget.
Tin ... tin ... tiinnn ....
Terdengar suara klakson dari luar. Alex segera bergegas keluar untuk membuka gerbang. Caca dan Mamah Alex mengikutinya dari belakang. Beberapa motor masuk ke halaman rumah Alex. Terlihat ada beberapa orang yang datang. Setelah parkir mereka bergegas menuju ke rumah Alex.
"Cacaaaa!" teriak Venus sembari berlari kecil memeluk Caca.
Venus memeluk erat Caca dan diikuti Mars yang mengantri untuk berjabat tangan dengan Caca dan Mamah Alex.
"Ca, kamu nggak apa kan? Udah baikan belum? Udah minum obat belum?" tanya Pia bagaikan wartawan.
"Udah sayang, aku nggak apa kok." jawab Caca.
Hari itu mereka menghabiskan waktu di rumah Alex. Canda tawa dan kebahagiaan memenuhi rumah Alex. Caca memandangi satu per satu yang ada di dalam ruangan itu. Perasaan bahagia dan sedih berkecamuk di hatinya.
Caca berusaha mengendalikan perasaannya. Matanya berbinar seakan menahan air mata.
Alex sesekali memandangnya. Raut wajah Caca membuat Alex gelisah.
Setelah makan malam bersama di rumah Alex, Mars dan Venus bergegas pamit pulang ke rumah masing-masing. Caca juga pamit untuk pulang ke kos. Alex mengambil jaket dan kunci motor di kamar. Caca sudah menantinya di sebelah motor Alex.
Alex mendatangi Caca dan memakaikan helm pada Caca.
Kring ... kringg ... kring ....
Ponsel Caca berdering, tertulis nama Jhony di layar ponselnya. Caca meminta ijin untuk mengangkat telepon. Dia berjalan perlahan ke taman rumah Alex dan berbicara dengan orang yang ada di telepon.
Alex merasa aneh karena biasanya Caca selalu mengangkat telepon di hadapan Alex.
Dan siapa Jhony? Pertanyaan itu menari-nari di pikiran Alex. Beberapa saat kemudian Caca menghampiri Alex.
"Siapa yang telepon?" tanya Alex penasaran.
"Oh itu temen kok, biasa masalah kerjaan." jawab Caca ragu.
"Owhh," jawab Alex tak percaya.
Beberapa hari kemudian Caca menemui Alex. Caca berpamitan karena akan pulang ke rumah orang tuanya selama seminggu.
Ayah dan Ibu Caca sudah menantinya di rumah. Setelah Caca datang mereka segera memeluk Caca.
"Sayang kamu nggak papa kan? Kata Jhony kamu kemarin sempat pingsan lagi ya?" tanya Ibu Caca sambil menangis.
"Ibu jangan menangis, Caca baik-baik aja kok," ucap Caca sembari menghapus air mata Ibunya.
Kemudian Caca bercengkrama dengan keluarganya. Di rumah itu hanya ada Ayah dan Ibunya karena adiknya sedang melanjutkan pendidikan di luar kota.
"Ayah ... ibu ... boleh nggak Caca minta sesuatu?" tanya Caca yang sedang berbaring di pangkuan ibunya.
"Boleh dong, Caca mau minta apa?" tanya Ayah Caca penasaran.
"Caca mau, setelah ini jangan khawatir berlebih dengan apa pun yang Caca lakukan. Percayalah apa pun yang Caca lakukan itu adalah yang terbaik buat Caca." pinta Caca.
Ayah dan ibu Caca saling memandang setelah mendengar permintaan putrinya.
"Ya, kami janji nak." jawab Ayah dan Ibu Caca serentak.
Caca tersenyum lega mendengar jawaban orang tuanya. Ibu Caca terus membelai rambut Caca.Terbesit kesedihan pada raut wajahnya, begitu juga dengan Ayah Caca.
"Ayah dan ibu tenang saja, di sana ada Alex yang mencintai Caca, Mamah Alex yang menyayangi Caca. Ada Mars dan Venus yang menyayangi Caca." ucap Caca.
"Adik-adik panti dan Ibu pengurus panti juga menyayangi Caca. Mereka semua sudah seperti keluarga bagi Caca." imbuh Caca sembari tersenyum.
"Syukurlah ... ibu bisa tenang kalau begitu, kapan-kapan kenalin Alex ke Ibu dan Ayah ya sayang." pinta Ibu Caca.
"Iya Bu," jawab Caca.
Tak lama kemudian Caca tertidur di pangkuan Ibunya. Ibu Caca masih membelai rambut Caca dengan tersenyum kecil dan mata berbinar seperti manahan air mata.
Ayah Caca memandang sudut rumahnya dengan tatapan kosong.
Di tempat lain, Alex merasa kesal karena merindukan Caca. Terlebih lagi nama Jhony masih terngiang dipikirannya.
Namun Alex terus mencoba untuk tetap berfikir positif dan percaya pada kekasihnya.
Tiga hari kemudian setelah pulang kerja Alex dan Mars nongkrong di warung Mak Inem. Alex nampak murung dan memutar-mutar ponselnya.
Tak lama kemudian terdengar suara motor yang datang ke warung. Caca turun dari motor dan masuk ke warung.
Alex yang murung tak menyadari kedatangan Caca.
Caca memberi kode kepada Mars untuk diam dan mereka pun memahaminya. Perlahan Caca duduk di sebelah Alex dan menggenggam tangan kekasihnya. Alex terkejut mendapati Caca yang sudah berada di sampingnya. Segera Alex memeluk Caca dan mencium keningnya. Senyuman di bibir Alex kini kembali merekah.
Hari demi hari berlalu, Caca terlihat tak seperti biasa. Senyum yang selalu menghiasi wajahnya kini sedikit memudar. Seringkali Alex mendapati Caca yang sedang melamun. Namun Caca selalu menegaskan bahwa dia baik-baik saja. Hal itu membuat Alex gelisah. Dia berusaha keras untuk menghibur Caca dan mengembalikan senyumnya.
Suatu hari Alex dan Caca duduk di tepi danau. Tiba-tiba Caca memeluk Alex dengan erat tanpa bicara apapun. Setiap kali mereka berpelukan Alex selalu merasa senang, nyaman dan tenang.
Tapi kali ini berbeda, rasa takut, gelisah dan perih di hati yang Alex rasakan. Caca melepas pelukannya dan menyandarkan kepalanya di bahu Alex. Alex menggenggam erat tangan Caca. Dia berharap dengan begitu bisa sedikit mengurangi kegelisahan yang sedang Caca rasakan.
Sore itu mereka menghabiskan waktu untuk melihat sang surya terbenam. Tampaknya Caca sudah merasa lebih baik sekarang. Senyum manis kembali menghias wajahnya. Semangat dan keceriaannya mulai muncul setelah beberapa hari tenggelam dalam lamunan.
"Sayang pulang yuk aku laper nih," ajak Caca ceria.
Alex terkejut dan senang melihat Caca sudah kembali ceria.
"Ok," jawab Alex seraya menggandeng tangan Caca.
Setelah selesai makan malam, Alex mengantar Caca ke kos. Saat akan bersiap tidur air mata Caca menetes. Seakan kesedihan Caca tumpah dari hatinya.
*T**uhan terimakasih karena Engkau telah mengabulkan permohonanku. Telah kau anugerahkan padaku orang-orang yang sangat menyayangiku.Tapi Tuhan berdosakah aku kepada mereka?
Pantaskah aku menerima kasih sayang mereka?Bukankah sebenarnya aku sangat egois?Melibatkan banyak orang untuk kebahagiaanku.
Tuhan bolehkah aku meminta bantuanmu lagi? Aku ingin mereka semua bahagia kelak. Jangan biarkan mereka membenciku setelahnya. Engkau sangat baik Tuhan. Terimakasih." ucap Caca dalam hati*.
Air mata Caca belum mau berhenti menetes.
Hatinya merasa sedikit lega sekarang. Matanya mulai terpejam, perlahan dia terlelap tidur dalam tangisnya.
Keesokan harinya Caca bangun dari tidurnya, dia merasa lebih segar. Tapi matanya terasa berat karena menangis semalam.
Kring ... kring ... kring ....
Ponsel Caca berdering.
"Halo," ucap Caca lemas.
"Tumben jam segini baru bangun?" ledek Alex.
"Hehehe entahlah," jawab Caca santai.
"Sayang aku udah di depan kos lhoh, yuk kita cari sarapan!" ajak Alex.
"Haaaa udah di depan? Yaudah aku siap-siap dulu deh." jawab Caca terkejut sembari menutup telepon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
mantap ❤️
2021-02-14
1
Yulia
baru sampe sini 😥 jaringan kurang mendukung. ,,semangat terus ka up eps barunya. 💪💪 hehe nanti ta susul membaca lgi yah🙏
2021-02-05
0
BELVA
kpan2 mampir kembali di novel
#gadis imut diantara dua raja rimba
mksh ya
2021-01-20
2