Happy reading ❤
---
Karena uang disaku celananya tinggal 10 ribu, Amrita memilih pulang jalan kaki dari Rumah Sakit Unhas ke kos. Hampir 25 menit perjalanan, Amrita pun sampai di kos. Saat hendak membuka pintu kos, ia lupa kalau tasnya ketinggalan di rumah sakit.
"Amrita!! Kamu pandai dalam belajar tapi kenapa kamu jadi pelupa seperti ini..." gerutu Amrita lalu membenturkan kepalanya di pintu utama indekos. Tiba-tiba saja, ponsel Amrita bergetar. Amrita mengambil ponselnya dari saku celana jins sobek-sobek yang ia kenakan lalu mengangkat panggilan dari nomor baru yang ia tidak kenal.
"Siapa ini... tidak tahu apa kalau aku lagi kesal!" teriaknya pada orang yang menghubunginya.
Wanita yang ada diseberang telepone tertawa saat mendengar omelan Amrita. "Hallo Amrita, ini Tante Eka"
"Tante Eka, maafkan aku. Aku tidak bermaksud kasar hanya saja---" Tante Eka memotong kalimat Amrita.
"Tas dan kunci aku ketinggalan jadi aku kesal" sambungnya dengan kekehan kecil.
"Wah.. tante pintar sekali. Semua yang tante katakan 100% sama dengan yang akan aku katakan" kata Amrita dengan takjub.
"Kamu bisa saja. Oh ya, nanti Fakri yang mengantar tasmu di situ ya. Kirimkan alamatnya pada Fakri ya Sayang" kata Tante Eka. Belum sempat Amrita menjawab, samar-samar terdengar percakapan antara Tante Eka dan Fakri yang di mana Fakri berkata bahwa ia tahu alamat indekos Amrita.
"Amrita, tidak perlu kirim alamat indekosmu. Ternyata Fakri tahu di mana kamu tinggal" ujar Tante Eka.
"Iya Tante. Kalau bisa minta Fakri antar sekarang ya Tante. Aku lelah jalan kaki dari rumah sakit ke kos, aku haus sekali dan ini aku lagi di depan indekos" ujar Amrita dengan polosnya. Ia lupa kalau tadi ia menolak uang dari Tante Eka dengan alasan ia punya uang.
"Ya ampun Amrita! Kamu jalan kaki.." Tante Eka membuka mulutnya dengan lebar. Ia merasa kasihan padan Amrita.
"Aduh... kenapa aku bisa kecoplosan sih!!" umpat Amrita dalam hatinya.
"Tante pasti salah dengar, aku tidak jalan kaki kok" ujar Amrita. Ia mencoba mengelabui Tante Eka.
"Tante matiin teleponnya ya. Oh ya Amrita, Fakri sudah kesitu" kata Tante Eka.
"Baik Tante" balas Amrita.
Tut tut tut... panggilan telepon berakhir.
Amrita duduk berjongkok di depan kos sembari memainkan ponselnya. Sesekali ia melihat ke jalan saat ada kendraan motor yang lewat. Selang beberapa menit, terlihat seorang pria memakirkan motornya di depan kos, pria itu adalah Fakri. Anak kepala sekolah yang menyembunyikan identitasnya dari teman-temannya.
"Ini tasmu" kata Fakri sembari menyerahkan tas Amrita yang ia pegang. Belum sempat Amrita mengucapkan terimakasih, Fakri sudah lebih dulu melajukan motornya.
"Kalau aku masih di sana, aku yakin dia akan mengembalikan uang yang ibu sisipkan di dalam tasnya" gumam Fakri saat ia sudah berada di depan kompleks Hartako jaya.
"Kenapa dia terlihat aneh" gumam Amrita lalu mengambil kuncinya dari dalam tas. Amrita merasa ada sesuatu yang tergulung di dalam tas kecilnya, ia pun mengambilnya. Matanya membulat saat melihat uang kertas berwarna merah dengan angka 1 dan beberapa angka nol.
"Apa Fakri salah memberiku tas? Tapi bagaimana mungkin, jika ini bukan tasku lalu kenapa ada kunci kos di dalamnya" gumam Amrita, ia berkelut dengan pikirannya. Amrita membuka pintu utama lalu masuk ke dalam kos. Ia naik ke lantai dua dan membuka gembok pintu kamarnya. Amrita masuk ke dalam kamar, ia merebahkan tubuhnya di sprinbed kecil yang hanya muat satu orang saja.
"Akhirnya aku bisa tidur nyenyak" gumamnya, iapun memejamkan mata tanpa mengganti pakaian terlebih dahulu.
-------
Rumah sakit Unhas
VVIP
Dokter Aziz sedang berbaring dengan posisi semi fowler. Ia melihat keluarganya sedang berbincang-bincang di sofa. Tiba-tiba saja, Dokter Aziz memikirkan Amrita. Dengan cepat, Dokter Aziz menggeleng mencoba membuang pikirannya yang menurutnya aneh.
"Kenapa aku harus memikirian gadis itu" batin Aziz.
Tok tok tok... terdengar ketukan pintu dari luar. Di luar, ada Amrita seorang diri.
"Assalamualaikum" salam Amrita sembari membuka pintu saat mendengar sahutan dari dalam. Amrita menyunggingkan senyum saat melihat Tante Eka, Pa Sofyan dan ada pasangan suami istri lainnya yang tak lain adalah Paman dan Tante Dokter Aziz.
"Ayo sini sayang" kata Tante Eka dengan senyum. Amrita menghampiri Tante Eka lalu duduk disampingnya. Sesekali ia melirik Dokter Aziz yang tengah memainkan ponselnya.
"Tante, maaf aku memotong pembicaraan kalian. Aku mau pamit duduk di kursi sana" kata Amrita sembari menunjuk kursih yang ada di samping hospital bed.
"Silahkan sayang" kata Tante Eka dengan senyum. Amrita beranjak, sudah menjadi kebiasaan orang Makassar, jika lewat harus meminta permisi dengan tubuh yang menunduk dan tangan dijulurkan ke depan sebagai tanda menghormati orang yang dilewati.
Amrita mengambil tempat, ia duduk di kursi yang berada di hospital bed. "Om," panggil Amrita dengan pelan.
"Hmmm" balas Aziz tanpa menatap Amrita. "Apa dia pikir aku Om Om. Apa tampangku seperti Om Om" batin Aziz dengan kesal.
"Apa Om tahu ini uang siapa?" tanya Amrita sembari memperlihatkan uang yang ada di dalam tasnya.
Aziz menghentikan aktivitasnya, ia menoleh menatap Amrita. "Apa dia pura-pura tidak tergiur dengan uang" batin Aziz.
"Aku tidak tahu" balas Aziz, ia kembali menatap ponselnya.
Amrita menghela napas kasar. "Apa aku posting di Makassar dagang saja? Sempat yang kehilangan uangnya juga bergabung di Makassar dagang" gumamnya.
Aziz menggeleng kepala mendengarnya. "Sepertinya dia hanya pandai dalam belajar mata pelajaran saja" batin Aziz. Aziz menatap Amrita yang tengah mencari group Makassar dagang.
"A-apa--" Aziz tak melanjutkan kalimatnya saat mendengar kalimat yang baru saja Amrita katakan.
"Kenapa aku bodoh begini. Jika aku posting di Makassar dagang maka akan ada orang yang mengakuinya sekalipun bukan punya mereka" gumamnya dengan senyum.
"Hahahaha. Unik sekali, kadang dia terlihat bodoh kadang dia terlihat pintar. Aku suka" batin Aziz.
"Astagfirullah, astagfirullah, Astagfirullah..." Dokter Aziz beristigfar saat menyadari apa yang hatinya katakan.
"Apa Dokter melihat hantu?" tanya Amrita. saat mendengan Dokter Aziz mengucap istigfar sebanyak tiga kali.
Belum sempat Aziz menjawab, Tante Eqi dan suaminya menghampiri Aziz. "Sayang, cepat sembuh ya. Om dan Tante pamit pulang dulu" kata Tante Eqi.
"Baik Tante, Om, hati-hati di jalan ya" ujar Aziz dengan senyum.
Di dalam ruangan, tinggal Aziz, Tante Eka, Pa Sofyan dan Amrita.Tante Eka mendekati Amrita. "Amrita, boleh Tante meminta bantuanmu?" ujar Tante Eka, ia berdiri di samping Amrita.
"Minta bantuan apa Tante?" Amrita balik bertanya.
"Tolong kamu jaga anak Tante di sini. Tante dan Om Sofyan harus kembali karena ada adik kecil di rumah" kata Tante Eka.
"Ow begitu" Amrita mengangguk tanda paham. "Baik Tante, aku akan akan menjaga anak Tante" lanjutnya dengan senyum.
Jangan lupa like ya 😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Saya bukan org makasar,tetapi mmg begitu lah harusnya bersikap kalo kita sedang melewati tamu atau org yg lebih tua..
2023-03-20
0
ReineIsQueen05
sya bkn org makasar tp diajarkan spt itu jg kok, tp di daerah sy gk semua orang kyk gitu sih, udh susah nemu org yg sopan
2022-09-22
0
Syamira Sulistyo
bahasa yg di gunakan sederhana dan mudah di pahami pra pmbaca
2021-08-03
0