Amrita maupun Hanin menatap Fakri. "Terima kasih sudah membantu kami" ucap Amrita dengan senyum.
"Bukan aku yang membantu kamu tapi---" Fakri tidak melanjutkan kalimatnya saat kakaknya sudah pergi tanpa pamit.
"Siapa yang menolongku?" tanya Amrita. Ia menatap Fakri penuh tanya.
"Sudah, tidak usah bahas itu lagi. Ayo kita pulang, semua siswi dan siswa sudah pulang" kata Fakri, beranjak dari kursi yang ia tempati duduk.
Amrita dan Hanin mengikuti langkah kaki Fakri. Kedua wanita itu tertawa terbahak bahak mengingat raut wajah Pak Sofyan saat kaleng Fanta mengenai botaknya. "Aku yakin, botak Pak Sofyan pasti bengkak" ujar Hanin tertawa renyah.
"Berani sekali mereka menertawakan papaku" batin Fakri. Ia berjalan begitu cepat menuju gerbang sekolah.
"Fakri tunggu!!" panggil Hanin. Hanin berlari kecil mengejar Fakri. "Terima kasih" kata Hanin lalu berbalik ke arah Amrita. Berhubung Sekolah dan tempat tinggal Amrita tak jauh dari Sekolah maka Amrita selalu jalan kaki sedangkan Hanin dijemput oleh supir ayahnya.
...🍁🍁...
Pondok Mega
Amrita merebahkan tubuhnya di sprinbed kecil yang hanya bisa ditempati oleh satu orang saja. Wanita itu memejamkan mata dari siang menjadi malam. Dan terbangun saat dia mendengar ketukan pintu. Dengan mata yang masih sulit dibuka, Amrita berjalan menuju pintu kamarnya.
"Ayo cepat mandi, Bapak Kos mengajak kita ke rumahnya. Kamu bisa makan gratis di sana" kata Kak Yuli, tetangga kamar Amrita yang kuliah di Unhas atau Universitas Hasanudin Makassar.
Mendengar kata makan gratis membuat mata Amrita terbuka lebar. "Tunggu aku mandi" ujar Amrita dengan girang, mengambil handuknya lalu masuk ke dalam kamar mandi. Tak membutuhkan waktu lama, Amrita ke luar dengan handuk yang dililitkan ditubuhnya.
"Alhamdulilah. Uangku tidak ke luar malam ini" gumam Amrita sembari menatap wajahnya dicermin. Amrita memakai baju kaos lengan panjang dan celana jins sobek-sobek, rambut dibiarkan terurai dan wajah tanpa polesan bedak maupun lipstik yang biasa wanita gunakan pada umumnya.
"Kak Yuli, aku sudah selesai" ujar Amrita berjalan munuju kamar Kak Yuli.
Amrita dan tetangga kamar lainnya memesan Grab mobil untuk ke rumah Bapak Kos yang berada di Jalan Mongonsidi. Hampir sepuluh menit menunggu, Grab pun datang dan berhenti tepat di depan pondok Mega Blok A2/7. Amrita mengambil gambar kemudian mempostingnya di instagram miliknya dengan caption "Makan gratis di rumah Bapa Kos. Terima kasih Bapa Kos terbaik sejagat raya(smile hati)"
"Sesuai alamat ya Pak" kata Kak Yuli pada Om Grab.
Empat puluh menit kemudian, Grab berhenti dititik lokasi yang dipesan. Amrita dan anak kos yang lainnya turun dari mobil. Terlihat seorang ART keluar dari rumah menghampi Amrita dan yang lainnya.
"Ini uang untuk bayar Grab" kata Bi Sumi. Kak Yuli mengambil uang dari tangan Bi Sumi lalu membayar ongkos Grab.
"Ayo masuk. Ada bapa kos dan keluarganya di dalam" kata Bi Sumi.
"Bibi, ada nggak laki-laki tampan di dalam rumah?" tanya Amrita dengan senyum lebar.
"Ada, namanya Dani. Dia anak yang paling tua. Dani kuliah di Amerika dan sekarang lagi pulang kampung untuk merayakan ulang tahun Pa Zein" balas Bi Sumi.
Amrita hanya menganguk anggukan kepala mendengar penjelasan Bi Sumi. "Assalamualaikum" Amrita mengucapkan salam saat masuk ke dalam rumah.
"Waalaikumsalam" balas mereka yang di dalam rumah. Amrita dan anak kos lainnya masuk ke dalam lalu duduk diruang keluarga. Mereka berbincang-bincang cukup lama lalu ke meja makan untuk makan makanan yang sudah Bi Sumi siapkan.
Waktu menunjukan pukul 21:00, Amrita dan yang lainnya pamit pulang. Kali ini mereka pulang diantar oleh Kak Dani, anak tertua Pa Zein. Dalam perjalanan, semuanya diam membisu. Mereka tidak akrab dengan Dani karena memang Dani tidak pernah ke Kos.
...🍁🍁...
Pondok Mega
Dani memakirkan mobilnya di depan pondok mega. Amrita dan yang lainnya pun keluar lalu menutup pintu mobil. Sebelum masuk, Amrita menghampiri Dani. "Terima kasih" ujarnya dengan senyum ramah.
"Iya sama-sama. Cepat masuk, ini sudah larut" kata Dani membalas Senyuman Amrita. Amrita masuk ke dalam kos sedangkan Dani melajukan mobilnya menuju jalan raya.
"Aduh, aku lupa beli air" gumam Amrita. Ia kembali membuka pintu utama. Amrita keluar di depan kompleks di mana ada warung yang terbuka. Setelah selesai membeli air, Amrita memilih untuk jalan-jalan di depan Kampus Stimik Dipanegara. Sesampainya di sana, ia melihat mobil Avanza warna silver menabrak tiang listri.
"Tolong... ada yang orang terluka..." teriak Amrita. Orang-orang mulai berdatangan saat mendengar seseorang meminta tolong.
"Cepat panggil ambulance" pintah Amrita. Selang beberapa menit, ambulance pun datang. "Dek, kami minta kamu ikut ke Rumah Sakit" kata seorang wanita yang ada ditempat kejadian.
"Baik kakak" balas Amrita lalu masuk ke dalam ambulance. Amrita menatap wajah pria yang kini terluka parah. "Sepertinya aku pernah melihatnya tapi di mana?" gumam Amrita.
Rumah Sakit Unhas
UGD
Amrita mengikuti petugas medis yang membawa pria yang tertabrak, pria itu adalah Dokter Aziz. Dokter Aziz dibawa masuk ke dalam ruang UGD dan langsung ditangani oleh beberapa Dokter, mereka melakukan penanganan pertama. Setelah selesai, Dokter meminta Amrita untuk masuk. Amrita pun masuk dan berdiri di samping Dokter Aziz.
"Apa Om ini sedang bertengkar dengan istrinya? Kenapa bisa dia menabrak tiang listrik" gumam Amrita, ia menatap lekat wajah Dokter Aziz.
...🌷🌷...
Pagi hari, Amrita membuka matanya. Ia berdiri dan mengecek apakah pria yang ia panggil "Om" sudah siuman apa belum.
"Om, cepat bangun. Badanku sakit semua tidur dilantai. Lagian uangku tidak ada untuk membayar biaya rumah sakit" bisik Amrita.
Aziz yang sudah sadar sejak subuh mendengar curhatan hati wanita yang menolongnya. "Ambil ponselku" titah Aziz yang tiba-tiba bersuara tanpa membuka matanya.
"Baru kali ini aku menyaksikan orang kecelakaan yang belum sadar, tapi bisa mengigau" gumam Amrita pelan.
"Tolong ambilkan ponselku" pintah Aziz dengan mata terbuka. Amrita mengulas senyum manisnya.
"Alhamdulilah. Akhirnya Om sadar juga. Dengan begitu, aku tidak perlu membayar biaya rumah sakit" ujar Amrita. Ia menyunggingkan senyum menatap Aziz yang tengah menatapnya aneh.
Amrita mengambil ponsel Dokter Aziz lalu menyerahkannya pada sang pemilik ponsel. "Om, tadi ada yang menelepon. Saat hendak mengangkatnya, panggilannya mati" jelas Amrita.
"Jangan kemana-mana, tetap disitu sampai aku sembuh" titah Dokter Aziz.
"Aku mau pulang, aku belum mencuci seragam sekolah ku. Mana besok aku harus ke sekolah" ujar Amrita. Yang benar saja pria yang baru sehari ia lihat memintanya untuk tetap tinggal.
"Berani kamu pulang, aku pastikan kamu akan dikeluarkan dari Sekolah" Dokter Aziz mengancam Amrita.
"Terserah Om, toh aku sudah selesai ujian Nasional dan besok pengumuman kelulusan" ujar Amrita dengan santai sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Itu lebih bagus, berani kamu pulang, aku pastikan kamu tidak akan lulus sekolah" Dokter Aziz kembali mengancam Amrita.
Jangan lupa likenya kakak-kakak, vote juga ya . Dan... jangan lupa bagikan Novel ini di beranda fb, ig, twitter dan Watshap kalian 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
Alyn azzis
ya alloh mrit aqu kok jd ketawa ketiwi sendiri bc dialokmu😂😂
2022-01-10
1
NUR(V)
🤣🤣🤣🤣dokter aziz baru kenal dah mulai ancam ancam
2021-12-21
0
Norintan Nazmie Tim's Sha
hahah, amrita di ancam
2021-08-14
0