Istri Nakal Dokter Aziz
Jika kalian mencari bacaan yang ada tantangannya maka jangan baca novel ini. Jika kalian mencari novel dengan konflik yang berat-berat maka jangan mampir di novel ini. Jika kalian mencari novel dengan karakter wanita bodoh dan mudah ditindas maka jangan mampir di sini. Karena novel ini alurnya ringan tanpa menguras adrenalin.
Novel Istri Nakal Dokter Aziz. 1-133 episode (Tamat)
Selanjutnya Sequel Istri Nakal Dokter Aziz. Dengan judul "Mengejar Cinta Istri"
......🍁......
Di belakang sekolah, seorang wanita berpakaian seragam putih abu-abu sedang duduk di bawah pohon sambil memandang langit yang cerah. Gadis itu memegang beberapa roti sarinda. Dan sekali-kali dia memasukan roti tersebut ke dalam mulutnya, mengunyah lalu menelannya.
"Semoga aku bisa mendapatkan beasiswa untuk lanjut keperguruan tinggi" batinnya. Tanpa sadar, roti yang dia pegang telah habis.
"Awww" wanita itu menjerit, saat tanpa sengaja ia menggigit jarinya. Beberapa detik kemudian, terdengar kekehan kecil yang keluar dari mulutnya. Wanita cantik itu baru menyadari, bahwa roti yang ada ditangannya telah habis.
"Amrita Venisa...!!" tiba-tiba terdengar seseorang sedang memanggilnya. Dia menoleh mencari asal suara. Dari kejauhan, dia melihat temannya berlari cepat ke arahnya.
Amrita Venisa. Gadis cantik dan sangat nakal namun baik. Kerap dipanggil Amrita. Umurnya baru delapan belas tahun. Dia anak yatim piatu yang hidup seorang diri setelah Ibu angkatnya meninggal dunia. Saat Ibu angkatnya meninggal, Amrita masih berada di Sekolah Dasar kelas enam. Dari uang hasil memulung dan mencuci motor. Ia bisa membiayai hidupnya. Hingga suatu hari dia diusir dari rumah karena masa kontrak telah habis. Sejak saat itu Amrita mulai berteman dengan anak jalanan. Kurangnya didikan, membuatnya menjadi gadis nakal namun ia pandai menjaga kesuciannya.
"Amrita!!" suara itu kembali terdengar. Suara seseorang dari samping sekolah. Pemilik nama menatap gadis sebayanya secara intens dan penuh tanya.
"Hanin, ada apa?" tanya Amrita saat Hanin sudah berdiri di depannya dengan napas memburuh tak karuan.
Hanin Inaya, adalah sahabat Amrita. Mereka berteman sejak mereka berada di kelas satu Sekolah Menengah Pertama. Hanin memiliki orang tua yang kaya raya. Namun, kesibukkan Ibu dan Papanya membuat gadis itu kurang perhatian. Hingga sejak lulus Sekolah Dasar, Hanin sudah berteman dengan anak jalanan.
"Cepat berdiri, Pa Sofyan mencarimu" kata Hanin. Wanita itu terlihat kelelahan mencari sahabatnya diseluruh sudut sekolah dan ternyata, sahabatnya itu sedang duduk menghayal di belakang gedung sekolah. Amrita mengambil tas sekolah miliknya. Lalu berdiri.
"Ayo temani aku. Aku takut masuk ke dalam ruangan Pa Sofyan. Kamu tahu sendiri kan bagaimana sikap Pa Sofyan jika berhadapan dengan kita berdua" tuturnya lalu keduanya berjalan beriringan sambil berpegangan tangan.
Ruang Kepala Sekolah
Amrita mengatur napasnya pelan. Setelah merasa tenang, dia menatap sahabatnya Hanin yang kini berdiri dihadapannya. Ingin rasanya dia kembali di belakang sekolah. Namun, panggilan kepala sekolah tidak mungkin dia abaikan. Terlebih lagi, dua hari ke depan adalah hari kelulusan.
"Hanin, kamu tetap di sini ya. Ingat! Jika dalam waktu tiga puluh menit aku nggak keluar juga, itu tandanya aku sudah mati dan yang membunuhku adalah Pa Sofyan" kata Amrita dengan serius, dia menatap manik mata sahabatnya lalu menganggukan kepala padanya.
Sejahat apakah Pa Sofyan itu? Apakah dia memiliki taring atau hal lainnya yang menakutkan? Atau ada sesuatu dan lain hal yang membuat keduanya takut pada Pa.kepala sekolah. Pertanyaan itu hanya bisa dijawab oleh Amrita Venisa dan Hanin Inaya.
"Iya, aku akan ingat. Berdoa dulu sebelum masuk" kata Hanin. Ia menyemangati sahabatnya.
Tok tok tok...
Amrita mengetuk pintu ruangan Pa Sofyan. Selang beberapa detik, terdengar sahutan dari dalam. Amrita berdoa dalam hati lalu meraih handle pintu dan membukanya.
Cek-lek... (Pintu terbuka lebar)
"Silahkan duduk" ujar Pak Sofyan, Kepala sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan Yapmi Kota Makassar.
Amrita duduk di kursi tepat di depan meja Kepala Sekolah. Di samping Amrita, ada seorang pria yang lebih tua darinya. Namanya Aziz Zakri. Aziz adalah pria berumur 27 tahun yang berprofesi sebagai Dokter di salah satu rumah sakit yang ada di kota Makassar.
"Amrita, kamu tahu apa tujuanku memanggilmu ke sini?" tanya Pak Sofyan menatap lekat siswinya yang terbilang siswi ternakal di sekolah.
"Tidak Pak, saya tidak tahu" balas Amrita dengan jujur. Tangannya gemetar, keringat dingin bercucuran di dahinya. Amrita pandai berkelahi, tapi kelulusannya ada di tangan kepala sekolah. Sekalipun nilainya bagus, bila dia memukul kepala sekolah maka masa depannya akan terancam. Jadi, manusia di dunia yang Amrita takuti adalah Kepala Sekolah.
Pria yang bernama Aziz Zakri mengerutkan keningnya saat melihat Amrita berkeringat dingin. "Apa Papa bersikap kejam di Sekolah? Kenapa siswinya terlihat takut seperti ini" batin Aziz. Dia hanya menatap wanita yang kini duduk menunduk dengan tangan gemetar.
Di luar ruang kepala sekolah. Hanin terlihat mondar mandir. Sesekali ia melihat ke arah pintu, berharap sahabatnya segerah keluar dari dalam sebelum tiga puluh menit berlalu. Tiga puluh menit telah berlalu, namun Amrita tak kunjung keluar. Sesuai janji, Hanin memberanikan diri untuk masuk.
BRAAKKK!!!!
Hanin menendang pintu ruang kepala sekolah hingga terbuka lebar. Matanya membulat saat melihat Amrita menatapnya tajam.
"Hanin...!" teriak Pak Sofyan.
"Maafkan aku Pak, aku hanya mengikuti perintah" jelas Hanin menunduk.
"Apa! Perintah? Siapa yang memberimu perintah untuk mendobrak pintu ruangan ku!!" hardik Pak Sofyan dengan geram. Suaranya yang nyaring membuat ruangan itu seakan runtuh.
"Jadi Papa sangat kejam saat di sekolah. Pantas saja siswinya berkeringat dingin" batin Aziz.
"Cepat jawab!" bentak Pak Sofyan.
"Pak, harap tenang. Apa Bapak tidak takut, penyakit jantung yang Bapak derita kambuh lagi" ujar Amrita asal.
"Apa katamu! Penyakit jantung! Sepertinya kalian berdua bekerjasama untuk membuat saya marah" ujar Pak Sofyan dengan geram. "Sekarang juga, kalian berdua keluar dari sini dan berdiri di lapangan sampai jam pulang" titah Pak Sofyan.
Amrita dan Hanin mengangguk paham. Keduanya ke luar dari ruang kepala sekolah menuju lapangan untuk menerimah hukuman. Saat Amrita dan Hanin sudah jauh dari ruangan Pak Sofyan, Aziz membuka suara.
"Papa, apa Papa kasar di Sekolah? Kenapa mereka takut pada Papa?" tanya Aziz.
"Hanya mereka berdua yang takut pada Papa dan hanya mereka berdua yang nakal di sekolah ini" jelas Pak Sofyan sembari memijat keningnya yang terasa pening.
Lapangan
"Ini semua salahmu!" gerutu Hanin, ia menendang bekas kaleng fanta.
"Awww..." jerit Fakri. Ketua kelas tertampan di sekolah. Pria dengan nama asli Fakri Zakri itu nampak kesal saat kaleng fanta mengenai dirinya.
"Hanin! Apa kamu ingin cari masalah denganku!" teriak Fakri.
"Siapa yang mencari masalah denganmu!" hardik Hanin. Dia berjalan menghampiri Fakri. "Kamu mau memukulku? Pukul saja aku..." hardik Hanin di depan Fakri.
"Kembali ke lapangan dan temani Amrita menerimah hukuman" titah Fakri lalu pergi meninggalkan Hanin yang tengah mencibir takkaruan.
"Dasar ketua kelas muka mesum!" umpat Hanin. Ia kembali menendang kaleng fanta yang tadinya dia tendang.
"Hanin...!!" teriak Pak Sofyan saat kaleng fanta yang ditendang Hanin mengenai botak Pak Sofyan.
"Pak, marahi aku saja. Aku yang membuat Hanin marah" kata Fakri. Ia membujuk Pak Sofyan untuk tidak memarahi Hanin.
Amrita yang sedari tadi hanya diam saja kini menghampiri Hanin, Fakri dan juga Pak Sofyan. "Maafkan Hanin, Pak" kata Amrita. Ia memohon pada Pak Sofyan.
"Kalian bertiga berdiri dilapangan sampai jam pulang. Jangan coba-coba untuk kabur" kata Pak Sofyan menggeram kuat.
"Baik Pak" balas mereka bertiga bersamaan. Amrita dan Hanin serta Fakri berjalan menuju lapangan. Ketiganya berdiri dipinggir Tiang Bendera. Hampir 1 jam mereka berdiri dilapangan, wajah Amrita terlihat pucat begitupun dengan wajah Hanin.
Brukkkk!!
Amrita jatuh pingsan, selang satu detik, Hanin pun ikut terkapar di lapangan sekolah. Fakri berlari meminta bantuan, para siswa dan siswi berlari menuju lapangan sekolah.
"Ada apa di sana?" guman Aziz. Dengan penasaran, Aziz menghampiri kerumunan. Matanya membulat saat ia melihat dua wanita yang tadi membuat papanya marah.
"Cepat bawa ke UKS" ujar Aziz. Ia menghampiri Amrita dan juga Hanin.
"Kakak... jangan sentuh Hanin" teriak Fakri. Ia berlari mengangkat tubuh Hanin sedangkan Aziz mengangkat tubuh Amrita.
Ruang UKS
Fakri menggenggam tangan Hanin. "Tunggu aku sampai di rumah, aku akan memarahi Papa" kata Fakri geram.
Aziz menyentil adiknya. "Kamu dan teman-temanmu yang membuat Papa marah tapi kamu juga yang mau marah pada Papa" ujar Aziz.
"Apa kedua temanmu ini nakal? Kenapa Papa bisa menjadi jahat bila berhadapan dengan mereka?" tanya Aziz pada adiknya.
"Mereka berdua kepala geng di Sekolah Menengah Kejuruan Yapmi. Di mana ada kekacauan pasti mereka berdua yang bosnya" jelas Fakri.
"Ck ck ck... masih sekolah sudah jadi mafia" ujar Aziz. Ia menatap kedua gadis muda yang belum sadarkan diri.
"Aku di mana?" tanya Amrita, ia memegang kepalanya yang terasa sakit.
"Kita di UKS, kamu dan Hanin pingsan" ujar Fakri.
"Di mana Hanin?" tanya Amrita lagi, ia berusaha untuk bangun. Matanya melirik ke bagian kiri tempatnya berbaring. Seketika air matanya menetes saat melihat Hanin belum sadarkan diri. Amrita bangun lalu menghampiri Hanin. "Hik hiks hiks. Hanin bangun" ujar Amrita. Tangisnya semakin deras.
"Kamu terlihat jelek jika menangis seperti itu" balas Hanin yang tiba-tiba membuka mata.
"Aku senang kamu sudah sadar. Apa kamu mau aku traktir makan? Anggap saja sebagai tanda maafku padamu" ujar Amrita.
"Untuk beli gas saja kamu tidak punya uang, berlaga mau traktir aku" sindir Hanin lalu tertawa lepas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
Lilisdayanti
mampir aqu,thur,aqu lagi bosan sama yg kebanyakan konflik,,lagi pengen baca yg ringan²
2023-10-12
1
❤️ TISAFOREVER ❤️
mampir kak... seperti nya seru...😁😁😁
2023-06-08
0
Qaisaa Nazarudin
mmg itu yg riders mau thor,..ceritanya jangan berat2 amat,karna kehidupan nyata udah berat,kami baca novel utk hiburan,bukan utk nguras otak😂😂
Mampir thor🙋🏻♀️🙋🏻♀️🙋🏻♀️🥰
2023-03-20
1