Masih di food court.
Dewi kelihatan sangat akrab dengan Elboy, bahkan sampai menyuapi bocah tampan itu makan.
"Kamu makan dulu Dewi, El sudah bisa makan sendiri." tegur Damien.
"Aku kepingin Damien, tolong biarkan oke."
"Auntie, apakah kamu suka padaku?" tanya Elboy. Damien hampir tersedak dengan minumannya.
Dewi melirik Damien tersenyum manis.
"Tentu saja El, kamu sangat tampan dan menggemaskan."
Elboy mencium pipi Dewi sehingga wajahnya terkena remah-remah bekas makanan dari mulut Elboy.
Damien mengambil tisu ingin mengusap wajah kotor Dewi tapi Dewi menepis nya.
"Biar saja kenang-kenangan." ujar Dewi.
Sesungguhnya ia menghindar agar Damien tidak bersikap mesra padanya, selesai makan mereka akan berpisah.
"Baiklah Dewi, boleh kita jumpa lagi?" tanya Damien.
"Tentu." jawab Dewi.
"Berikan nomormu."
Damien mengambil ponselnya di saku memberikan pada Dewi. Setelah Dewi mengetik nomornya Damien membuat Panggilan.
"Kalau aku telpon, angkat ya."
"Tergantung." ujar Dewi menyimpan nomor Damien, Damien geleng-geleng.
"Kamu masih seperti dulu, Dewi. Kalau ditanya langsung jawab gak pake mikir."
"Benarkah, sepertinya tidak begitu?"
"Iya atau hanya padaku?" Damien menatap Dewi intens.
"Cih!" Dewi buang muka
Saat berpisah di parkiran, ternyata mobil mereka saling bersebelahan.
"Elboy, sampai jumpa lagi." ujar Dewi menunduk mensejajarkan wajahnya pada El.
"Oke, Auntie. See you and bye bye." Elboy memeluk di leher Dewi.
Dewi tersentuh dengan kehangatan sikap El hampir jatuh air matanya. Dewi memang sangat merindukan kehadiran seorang anak di kehidupannya yang sekarang ini, kemudian balas memeluk Elboy.
******
Selesai meeting Johan membawa asisten dan sekretarisnya makan di resto hotel.
"Hai, Johan! Wah Devan juga ada." seorang teman lama Johan dan Devan datang menghampiri.
"Dr. Bagus apa kabar!" sapa Devan.
Bagus bersalaman dengan Johan dan Devan, juga Shopie.
"Tentu baik kawan, apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Bagus.
"Makan!" jawab Devan singkat.
"Hahaha, hanya itu?" Bagus menggebuk bahu Devan kebiasaan ngebanyol nya belum hilang.
"Kau sendirian?" tanya Johan.
"Iya, aku ada seminar di ruangan Melati. Wah Johan, wajah tampan kamu sering muncul di majalah ya." ujar Bagus memuji.
"Yes i am." ujar Johan tersenyum bangga.
"Ayo makan bersama kami." lanjut Johan mengajak Bagus.
"Baiklah kalau kamu memaksa." ujar Bagus.
Kemudian Devan minta tambahan menu pada waitress. "Kamu masih di tempat lama Bagus." tanya Devan membuka pembicaraan saat makan.
"Masih Devan, datanglah."
"Hah, kamu mengharapkan aku sakit." sergah Devan.
"Ha ha ha bukan itu maksudnya, dasar kau!" ujar Bagus geleng kepala.
"Kamu sendiri, kenapa masih nempel terus pada si Johan, Devan? Apa kau segitu mencintai nya?"
"Ah!" Devan menghentikan kunyahan nya, meletakkan pisau dan garpu bersandar di bangkunya.
"Hei, cuma bercanda kenapa kau serius." ujar Bagus melirik Johan.
Johan tersenyum melihat Devan yang salah tingkah bahkan Shopie sampai tertawa.
Mendengar suara tawa Shopie, Bagus menyapa nya. Dari tadi dia sudah penasaran.
"Ini nona cantik masih sendiri atau .."
Uhuk..uhuk.
Johan terbatuk-batuk. Shopie mengambilkan gelas air putih untuk Johan.
Bagus melirik Devan, ada masalah?
Devan mengangkat bahu, gak tau!
"Berapa lama kalian di sini?" tanya Bagus tidak mau membahas Shopie tentang Shopie.
"Habis makan langsung pulang Bagus." jawab Devan.
"Wah sayang sekali."
"Kenapa?" tanya Devan.
"Besok aku bertunangan, aku ingin mengundang kalian."
"Ha kau lelucon Bagus, umur segini bertunangan kenapa gak langsung nikah sih." ledek Devan.
"Hei, calonku masih belum selesai sekolah." jawab Bagus malu-malu.
"What, sekolah? Apa kamu pedopil." suara Devan meninggi.
"Tentu saja tidak, Kamu ingat Rudy kakak kelas anak Biologi."
"Iya kenapa?" tanya Devan.
"Dia meninggal dan minta aku menikahi putrinya." jawab Bagus.
"Innalilahi." Ketiga Johan, Devan dan Shopie mengucap.
"Nice, Bagus!" ujar Johan menepuk pundak Bagus.
"Kita nginap saja, reservasi hotel Devan. Besok kita akan ziarah ke makam Rudi. Dia dulu pernah menyelamatkan aku waktu ikut Demo yang berakhir ricuh, apa kau ingat!" ujar Johan pada Devan.
"Ya tentu, kamu bilang dia memberikan punggungnya untuk melindungi mu dari tendangan bar bar petugas keamanan."
"Hm." angguk Johan.
"Baiklah kawan artinya kalian besok datang ke acara pertunangan ku?" tanya Bagus memastikan.
Johan dan Devan mengangguk. Dalam hati Shopie merasa gembira karena dia akan berada di pelukan Johan semalaman.
****
Di mobil menuju rumahnya.
Selesai belanja Dewi mendapat panggilan dari Johan, kemudian Dewi memasang headset nya menjawab panggilan suaminya.
"Hallo mas." jawab Dewi.
"Sayang, kamu nyetir?" tanya Johan nada khawatir di ujung panggilan.
"Hehe, maaf mas. Cuma ke Mall kok mas, dekat. Aku belanja keperluan dapur ditemani si mbok."
"Sayang untuk apa supir digaji kalau kamu masih nyetir sendiri?" omel johan masih nada khawatir.
"Iya mas, ini mau pulang. Mas masih lama di luar kota?"
"Maaf sayang, sepertinya Mas belum bisa pulang. Teman mas ada yang meninggal sekalian Mas dan Devan ziarah ke makamnya besok."
"Yang meninggal siapa mas?"
"Rudy, teman mas waktu SMA kamu gak kenal sayang. Dia gak hadir saat kita nikah."
"Baiklah Mas, hati-hati " ucap Dewi.
"Kamu juga ya jangan nyetir lagi, apa perlu mas cabut ijin mengemudi kamu." ancam Johan.
"Aaa Johan! Kamu jangan berlebihan, aku bukan anak kecil. Aku perempuan dewasa bisa jaga diri."
"Bisa tolong, jangan buat mas khawatir Dewi!" tegas Johan.
"Ia sekali ini saja. Sudah mau sampai di rumah, sudah dulu ya."
"Hm, nanti mas telpon lagi."
"Bye, Mas Johan."
"Bye sayang."
Panggilan terputus. Dewi masuk ke pekarangan rumahnya, memarkirkan mobil di depan Pintu utama. Lalu masuk ke rumah bersama si mbok membawa belanjaannya.
*****
Devan reservasi hotel untuk mereka menginap malam ini. Cukup dua kamar karena Johan dan Shopie akan tinggal satu kamar, Devan menjomblo satu kamar.
Johan mengajak Devan ke bar, mereka mengobrol menghabiskan waktu sampai dini hari sehingga Shopie jadi kesal ditinggal sendirian. Menjelang subuh barulah Johan masuk ke kamar.
Johan melihat Shopie tertidur dengan wajahnya yang berkerut, ia membaringkan diri sejenak. Baru saja menutup matanya sebuah tangan merayap di pinggangnya.
"Kamu gak tidur?" tanya Johan menatap mata Shopie sudah terbuka.
"Aku nungguin kamu, ngapain aja sih di luar?" Shopie semakin memeluk erat.
"Tidurlah lagi di luar masih gelap."
Dengan merengut Shopie berbalik badan. Selimut disingkap nya dengan sengaja sehingga menapakkan tubuhnya yang hanya berbalut lingerie seksi.
Johan yang baru mau memejamkan mata seketika terjaga, tangannya terulur menyentuh belahan pejal dan memainkan jarinya.
Lama lama tubuhnya menegang lalu merapatkan bagian tengah dirinya menunggang Shopie dari belakang.
*****
Di rumahnya, Dewi menunggu telpon dari suaminya namun yang ditunggu tak kunjung menelpon. Akhirnya dia mengantuk dan ketiduran sampai pagi tidak melihat ada panggilan masuk di kontaknya.
Selesai berdoa subuh, Dewi turun ke ruang olah raga. Ia berlari sebentar di treadmill mengeluarkan keringat bercucuran di tubuhnya.
Selesai olah raga Dewi ke dapur, si mbok sedang sibuk buat sarapan.
"Masak apa Mbok?" tanya Dewi.
"Nasi goreng Nya , sisa nasi semalam." jawab si mbok.
"Iya mbok karena mas Johan gak makan di rumah, nasi sisa jadi banyak."ujar Dewi.
"Bagaimana Mbok, sudah menghubungi orang yang akan menggantikan Mbok cuti?" lanjut Dewi lagi.
"Belum Nya, entar siang ya Nya." jawab si mbok meletakkan nasi goreng di wadah.
"Hm, nasi goreng seafood. Enak mbok, baunya sedap." ujar Dewi mengambil piringnya.
"Kita makan bareng, Mbok belum sarapan kan?"
"Baik Nya." jawab si mbok mengambil piringnya.
*****
Di hotel luar kota.
"Johan bangun, sudah jam 9.00." panggil Shopie.
Acara tunangan Bagus jam 10.00wib, mereka harus bergegas agar tidak terlambat. Perlahan Johan membuka matanya, dengan malas ia berjalan ke kamar mandi membersihkan dirinya.
Setelah siap, mereka turun ke resto hotel. Devan sudah ada di sana dengan kopinya.
"Mau kopi Johan." tanya Shopie.
Johan mengangguk, lalu Shopie ke counter memesan kopi Mocca untuk dirinya dan Americano untuk Johan. Di santap bersama beberapa keping roti bakar keju.
"Johan, Seroja group akan buat proyek baru, apakah kamu mau investasi? General managernya menghubungiku secara khusus minta aku menanyakan padamu." tanya Devan sambil menyesap kopinya
"Ikut saja, aku sudah pelajari prospeknya bagus juga " jawab Johan.
Devan mengangguk menyesap kopinya lagi. "Apa kalian sudah siap, kita ke tempat Bagus sekarang." ajak Devan.
*****
Like vote, enjoy reading and see you to the next part. 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Sukliang
dasar pelakor, jalang rendah
ini juga suami penghianat
2021-11-07
1
𝙦𝙞𝙡𝙡𝙖 𝙋𝙆𝙓𝘿 🗿
ceritanya bagus... tp kok bawaannya was was yaa bacanya 🤪🤭
2021-08-03
2
Ulfa Bakri
suami tdk setia
2021-07-03
2