Setelah mengantar Johan kembali bekerja, Dewi masuk ke rumah sepinya lagi.
Hanya ada mbok Senah yang menemani, sementara suami mbok Senah bekerja sebagai tukang kebun dan taman membersihkan bagian luar rumah.
Teringat mbok Senah yang akan cuti, Dewi kemudian mencari wanita paruh baya itu yang ternyata lagi menyetrika pakaian sambil nonton TV di ruang santai dapur.
"Mbok!" panggil Dewi.
"Iya Nya." jawab Mbok menghentikan setrikaan nya.
"Mbok sudah menemukan orang yang gantikan Mbok sementara cuti?" tanya Dewi duduk di sofa ruang santai dapurnya.
"Ada sih Nya keponakan saya baru pulang dari Malaysia, dia sudah terlatih bekerja sebagai ART." jawab mbok.
"Wah bagus itu saja mbok, kapan dia bisa datang? Mbok biasakan dulu di sini berdua mbok, biar gak canggung nanti kalau ditinggal sendirian." ujar Dewi sambil membuka majalah bekas yang ada di bawah meja.
"Baiklah Nya nanti saya hubungi." jawab Mbok.
Dewi membuka majalah mode.
Gimana kalau aku kustum saja cari kesibukan ya, daripada bengong.
"Nya, barang-barang dapur banyak yang sudah habis." lapor mbok Senah.
Dewi melirik si mbok. "Baiklah mbok, kita ke Mall sekarang. Setrikaannya nanti saja sambung lagi." ujar Dewi.
"Baik Nya." jawab mbok Senah meletakkan seterikaan nya, mencabut tali sambungan listriknya.
Dewi bergegas ke kamarnya, dalam hati berencana sambil belanja barang-barang dapur ia akan membeli barang-barang keperluan kustum.
*****
Di dalam mobil menuju luar kota, Johan memperhatikan Shopie membuang muka darinya, pandangannya keluar jendela samping sebelah duduknya juga tidak bermanja- manja padanya seperti biasanya. Perasaan Johan jadi hampa dan perjalanan pun jadi terasa lama.
Pakaian Shopie memang selalu seksi, ia sangat suka memamerkan paha dan betis mulusnya. Shopie sangat bangga dengan kaki indahnya, tubuh Johan bereaksi secara refleks menyentuhnya.
Shopie menepis tangan Johan dari pahanya, entah kenapa dadanya sesak melihat Johan. Sudah dua hari juga Johan tidak menyentuhnya, Shopie juga tidak berselera pada Johan seperti biasanya.
Mengetahui Dewi mencari wanita lain untuk jadi istri kontrak Johan, membuat Shopie sakit hati. Kenapa bukan dirinya, yang sudah lama mengharap jadi istri Johan.
Hah, bisa juga aku gak napsu melihat pria brengsek ini, mudah-mudahan selamanya aku gak selera padamu Johan, batin Shopie.
Johan yang merasa dicuekin mencoba merayu Shopie. Baru sekali ini Shopie bersikap kekanak-kanakan begini. Ia menekan tombol di atas kepalanya, sehingga bagian antara depan dan belakang ditutupi pembatas.
"Johan lepas!" sergah Shopie.
Tidak biasanya Johan bersikap intim di mobil. Apalagi ada Devan, supir Johan yang merangkap asisten. Johan menarik pinggang Shopie paksa sehingga tubuh mereka menempel, Shopie meronta minta dilepaskan.
"Kenapa wajahmu cemberut, bagaimana nanti di depan Klien bisa-bisa kontrak kita batal karena aura wajahmu yang merengut itu." ujar Johan mulai mengendus-endus di leher shopie.
Shopie yang merinding membuang mukanya.
"Jangan, nanti make-up aku rusak Johan." sergah Shopie menahan wajah Johan agar tidak menyentuh kulitnya.
"Maafkan aku, jangan merajuk lagi." ucap Johan yang mengerti kenapa sikap Shopie tiba-tiba jadi dingin.
Dewi tidak menginginkan Shopie, sementara Johan hanya ingin Dewi nyaman dengan pilihannya. Siapapun nanti yang jadi istri kontraknya, ia akan menerimanya dengan lapang dada. Johan membawa Shopie ke pelukannya, mengusap dari ujung rambut sampai ke punggungnya.
Jarang-jarang Johan bersikap mesra begini. Shopie merasa kehangatan sikap Johan mengaliri pembuluh nya. Sehingga darahnya mendidih seperti minum obat perangsang Shopie menjadi agresif.
Johan memeluk Shopie erat di pinggang, satu tangan meraih wajahnya, menahan tengkuk menikmati bibir sensual sehingga lipstik Shopie habis semua tertelan olehnya.
Setelah merasa cukup, mereka melepaskan cumbuan. Mengatur nafas, kemungkinan untuk maju ke adegan panas berikutnya.
"Mau lanjut?" bisik Johan di wajah Shopie mengusap bibirnya yang memucat. Napasnya rendah dan berat , dadanya bergemuruh.
Shopie mengangguk. Karena mereka di dalam mobil, Shopie inisiatif mengambil kendali permainan. Posisi favorit Shopie, duduk di atas pangkuan Johan. Menuju luar kota masih ada satu jam, mereka habiskan dalam penyatuan.
******
Setelah bersiap Dewi keluar dari kamarnya, ternyata si mbok sudah menunggu nya di ruang tengah.
"Ayo mbok, sudah bawa catatan belanjaan?" tanya Dewi sambil berjalan ke mobil.
"Sudah Nya." jawab si mbok.
Dewi melajukan mobilnya menuju Mall, parkir di tempat biasa. Sebagai pengusaha peringkat sepuluh di ibu kota, Johan mendapat pasilitas VIP Park dari pihak manajement Mall.
"Mbok." panggil Dewi pada si mbok.
"Iya Nya."
"Mbok ke bagian pasar duluan ya. Saya mau ke bagian ATK sebentar, nanti saya nyusul mbok. Kalau saya belum datang mbok sudah selesai belanja tunggu saya di foodcourt, ngerti mbok." jelas Dewi pada si mbok.
"Iya Nya." jawab Si mbok mengangguk dan pergi berjalan ke bagian pasar modern Mall yang ada di lantai dasar.
Dewi ke bagian ATK, mencari barang-barang kustum. Membeli gunting, penggaris, beberapa pensil gambar dan kertas minyak untuk membuat patron.
Saat berbelanja Dewi melihat toko buku kemudian memasuki nya, mencari di rak bagain buku pola.
"Hai." Seseorang menepuk bahunya.
Dewi menoleh kaget, seseorang dari masa lalunya berdiri dengan senyuman manis.
"Damien!"
"Apa kabar Dewi?" tanya Johan.
"Baik, bukannya kamu di Auckland?" jawab Dewi balik nanya.
"Jadi kamu mengikuti perkembangan ku."
"Ah bukan begitu." ujar Dewi malu.
"Itu karena teman-teman masih bergosip tentangmu. Kamu kan idolanya SMP dan SMA Pancasila dulu."
"Hm idola, tapi kamu menolak waktu aku nembak kamu." sinis Damian.
"Hei, itu karena Ayah melarang gak boleh pacaran dulu, dasar kamu bocah udah main nembak-nembak aja." jawab Dewi. Damien pun tertawa.
"Papa."
Seorang anak kecil mendekati Damien dan memeluk kakinya, disusul seorang wanita berseragam perawat.
"Elboy."
Damian mengangkat putranya, menggantung nya di udara, Farrel putranya Damien tertawa-tawa.
"Dami Papa, please stop it." ujar bocah.
Dewi melihat bocah tampan nan rupawan, langsung mengelus perutnya.
Damien menurunkan Elboy lebih rendah ke pangkuannya.
"Say hi to auntie, El." ujar Damien.
"Allo auntie." sapa Elboy.
"Hallo, how old are you El?" tanya Dewi.
El menunjuk lima jarinya.
"Dia bisa bahasa indonesia kok Dewi." ujar Damien kemudian menurunkan Elboy yang langsung diambil oleh perawat.
"Ah, anak kamu bule banget sih, aku kira gak bisa."
"Hm, mamanya bule." ujar Damien.
"Papanya Pak lek." sambung Dewi.
******
Johan dan Shopie telah sampai di luar kota. Harus ke salon dulu karena riasan Shopie sudah berantakan.
"Apa kamu mencintai nya sekarang Johan?" tanya Devan pada Johan sembari menunggu Shopie berdandan.
"Sedikit pasti ada rasa, Devan." jawab Johan
Sebenarnya Johan membawa Shopie sekretarisnya, juga menjaga dirinya agar terhindar dari perempuan-perempuan penghibur yang sering disediakan saat ada pertemuan bisnis di luar kota. Lebih sering dioper nya ke si jomblo Devan Tentu saja Devan menyambut nya dengan senang hati.
Devan tersenyum sinis. "Kamu beruntung sekali ya, sebentar lagi juga dapat istri baru." sindir Devan
"Istri baru tapi second." jawab Johan spontan.
"Ha ha ha.." Devan tak kuasa menahan tawa sampai memegang perutnya karena keram.
Setelah Shopie siap berdandan, ia kembali ke mobil di mana Johan menunggunya. Shopie melihat Devan yang masih tertawa lalu melirik ke Johan.
"Apa yang kamu tertawakan Devan?" tak tahan Shopie bertanya.
"Tidak ada apa-apa, kalau sudah kita lets go." ujar Devan masih ada sisa tawanya.
Johan menendang kursi Devan dari belakang sehingga Devan makin tertawa.
"Dasar gila!" desis Shopie.
Seterusnya Devan membawa mereka ke hotel tempat pertemuan para pengusaha.
******* tbc
Selamat membaca. Dukung Like dan vote ya , terima kasih.🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Sukliang
suami gila
2021-11-07
1
𝙦𝙞𝙡𝙡𝙖 𝙋𝙆𝙓𝘿 🗿
gilaak laki hiper, istri punya pemikiran warbiayasa pula 😖😖
Hubungan yg rumit 😔
2021-08-03
1
riski iki
like
semangat KK othor
salken 😊
2021-07-27
1