"Hua ... tahun ini ada sepasang kekasih nih yang masuk," ujar Kega sensei yang datang dan melihat kami berdua di dalam ruangan klub ini.
"Maaf tapi kami aja baru ketemu hari ini," ucapku menyangkal kata kata Kega sensei dengan wajah datarku.
"Hmm ... oke lah ... apa kalian berdua ingin gabung dengan klub sastra?" Lanjut pak kakegawa bertanya.
"Hmm ...," aku hanya mengangguk dan memberikan selembar kertas formulir pendaftaran klub pada Kega sensei.
"Kaito ... kenapa tahun lalu kamu gak ikut klub? ... sensei sering baca karyamu di websitemu loh," ujar Kega sensei dengan senyuman tipisnya.
"Ohh ... males aja," jawabku.
"Ohh ... kalau Ai ... kenapa gabung klub sastra?" tanya Kega sensei.
Setelah beberapa saat, Ai tak kunjung merespon pertanyaan Kega sensei. Pasti karena dia tak mendengarnya. Aku pun menyenggol tangannya dengan sikuku.
"Ano ... apa? ... apa aku ketinggalan sesuatu?" Tanyanya bingung.
Aku menatapnya dan menunjuk ke arah selembar kertas formulir pendaftaran yang ada di tangan kanannya itu.
"Oh ... ini sensei ... maaf," kata Ai memberikan selebaran itu pada Kega sensei.
"Dia gak bisa denger kita dengan jelas ... jadi ... maaf kalo dia gak respon pertanyaan sensei tadi ...," ucapku.
"Ohh ... gak apa apa ... mulai sekarang kalian harus cari dua anggota lagi supaya klub ini bisa hidup dan gak di hapus," pinta Kega sensei.
"Ohh ... nyawa klub ini ada di ujung tanduk ya?" aku bisa memahami situasi ini, karena menulis novel dan karya sastra sudah tidak terlalu populer.
"Walau ada satu cara lagi sih ...,"
"Apa itu?!" tiba tiba Ai mengeluarkan pertanyaan dari mulutnya.
Hoi ... dia itu memang tuli atau cuma pura pura seh?!
"Hmm ... kalo kalian bisa nenangin satu aja lomba, mungkin aku akan membicarakan hal ini pada guru yang lain," kata Kega sensei.
"Hmm ... batas waktunya?", Tanyaku.
"Maksimal sampai ujian tengah semester nanti," jawab Kega sensei.
"Hmm ... aku ambil cara yang kedua," kataku sembari memegang daguku dengan tangan kanan.
Mungkin kalau aku sendiri yang menulis novelnya, aku pasti gagal. Tapi mungkin Ai bisa membantuku. Ya, pada akhirnya aku berteman juga dengan cewek yang sok tuli ini.
"Aku suka semangatmu itu Kaito ... ya udah ... nikmati ruangan ini hanya untuk kalian berdua", ujar Kega sensei dengan senyuman jahatnya dan melangkah keluar dari ruangan klub.
"Hoi ... sensei pikir aku laki laki apa?!", ucapku kesal.
"Iya iya ... kabari aku kalo kalian menang ya," kata Kega sensei dengan sedikit tawa candaannya itu lalu menutup pintu ruangan klub sastra.
Dengan begini aku hanya berdua dengan Ai di dalam ruang klub sastra ini. Meja besar yang terletak di tengah ruangan. Rak buku besar yang ada di kedua sisi ruangan itu sedikit berdebu.
"Ano ... Kaito ... guru tadi ngomong apa sama kamu?" Tanya Ai sembari menarik lengan jaketku.
Hee?!! serius gak sih nih bocah?!
"Apa kamu bisa denger aku?" tanyaku sembari menunjuk wajahku menggunakan jari telunjukku.
"Kamu kenapa?" dia malah balik tanya dengan wajah bingungnya itu.
"Huff ...," aku menghela nafasku lalu mengeluarkan ponsel dari saku seragamku.
"Apa kamu bawa ponsel?" tanyaku sembari menunjuk ke arah ponsel yang ada di tangan kiriku.
"Ohh ...," Ai langsung mengeluarkan ponsel dari tasnya dan memberikannya padaku.
Aku pun mencatat ID chatX miliknya. ChatX adalah aplikasi komunikasi yang memiliki fitur lengkap. Dan yang penting aplikasi ini populer dan pasti ada di semua ponsel. Setelah mendapatkan kontaknya aku mengembalikan ponsel merah muda itu padanya.
{Halo}
{Tadi Kega sensei bilang kita harus menangin satu lomba nulis supaya klub ini gak bubar}, chat yangku kirim pada nya.
"Wahh ... Kaito memang pintar ... kalo gini aku bisa lancar ngomong sama kamu", ucapnya dengan mata yang berbinar.
"Dan juga ... Kaito ... aku mohon ... kita harus menangin lomba itu," sekarang Ai malah memohon sembari membungkukan badannya di depanku tanpa alasan yang jelas.
Eh?! ... ni cewek ngapain?
"Memang nya kenapa kita harus menangin lombanya?" Tanyaku.
"Karena ... pokoknya aku minta tolong!" Ai terus menarik lengan jaketku.
Tunggu?! ... barusan dia denger aku ngomong apa?
"Ai ... sebenernya ... kamu itu tuli apa enggak sih?" lanjutku bertanya karena aku sudah termakan rasa penasaranku.
"Apa?" lagi-lagi dia balik tanya seolah tak mendengar pertanyaanku tadi.
Aaghh!! udah lah ... gak peduli lagi aku sama ni cewek ...
"Hmm udah lah ... aku mau pulang," aku pun berjalan keluar dari ruangan klub meninggalkan gadis aneh itu sendirian di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
martin
hhh pasti greget banget tu si kaito
2020-04-05
1