"Berikan ponselmu!!," tegas Ardiaz.
"Ah baiklah, ini!!," jawab Gaby sambil memberikan ponselnya, ia pasrah jika harus keluar dari mobil Ardiaz.
"Aku akan memasukan nomor ponselku, jika kau membutuhkan sesuatu katakan saja padaku atau pada Sekertaris Kang!!," ucap Ardiaz sambil memasukan nomor ponselnya dan juga nomor ponsel Kangjian.
"Ah syukurlah...," ucap Gaby lega dengan apa yang ia dengar.
"Apa maksud perkataanmu barusan?" Tanya Ardiaz bingung mengapa Gaby berkata demikian.
"Aduh, aku keceplosan!!" Batin Gaby, sambil menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya.
"Tidak Tuan, maksud perkataan saya adalah. Saya berterima kasih karena Tuan telah memberi saya kesempatan untuk meminta bantuan!!" Jawab Gaby dengan agak gugup, saat Ardiaz menatapnya dengan tajam. Gaby menelan ludah, ia takut dengan tatapan Ardiaz. Seolah-olah ia ingin memakan Gaby.
"Hmmm, begitukah. Baiklah ini ponselmu!!," sahut Ardiaz, ia mengangguk paham dan memberikan ponsel Gaby.
"Nah, mari kita lanjutkan perjalanannya!!," lanjut Ardiaz setelah Gaby menerima ponselnya.
"Baiklah!!" Jawab Gaby sambil tersenyum.
Mereka melanjutkan perjalanan, hingga sampailah di sebuah restoran mewah. Banyak para orang berada makan di restoran tersebut. Restoran tersebut khusus untuk kalangan atas, tak heran apabila Ardiaz dapat makan di restoran itu.
"Wah, apakah itu Tuan Muda Ardiaz?," tanya seorang wanita kepada temannya.
"Iya itu benar, tampan sekali. Andai gadis yang disampingnya itu adalah aku!!" Jawab temannya sambil berkhayal.
"Huh, mana mungkin. Gadis secantik dan seanggun Arum pun Tuan Ardiaz menolaknya. Sedangkan kau??," ledek temannya.
Para tamu pria pun tak kalah hebohnya, mereka terkagum melihat pesona Gaby yang begitu cantik.
"Wah, cantik sekali gadis itu!!" Ucapnya.
"Iya kau benar. Lihat, betapa putih dan beningnya kulitnya!!" Jawab temannya.
"Hey, apa kau sanggup berurusan dengan Tuan Ardiaz?...Lihatlah gadis itu berada disampingnya!!" Sahut temannya memperingatkannya bahwa Ardiaz tidak boleh diusik.
"Ah, benar juga sih!!" Jawabnya lesu, ia mengalah dan tak berani macam-macam dengan Ardiaz.
"Mereka sedang membicarakanmu, Tuan!!" Ucap Gaby setelah ia dengar percakapan para tamu yang hadir di restoran tersebut.
"Sudahlah, abaikan saja mereka. Cepat pesan makanan!!" Ucap Ardiaz sambil memberikan buku menunya.
"Saya ingin makan steak daging sapi saja. Yang lainnya saya alergi!!" Sahut Gaby setelah ia melihat-lihat isi dari buku menunya.
"Ah, benarkah? Baiklah akan aku pesankan!!" Ucap Ardiaz.
Selesai makan malam mereka kembali pulang, namun ditengah perjalanan mereka melihat pasar malam ditepi jalan. Gaby terlihat sangat senang saat melihat pasar malam, ia sangat ingin pergi kesana. Namun, jika harus bertanya dan meminta Ardiaz membawanya pergi kesana mana mungkin ia berani.
Ardiaz menatap Gaby yang tengah menunduk, kemudian ia melirik kearah samping dan menemukan pasar malam yang sangat ramai. Ia memarkirkan mobilnya tepat diparkiran pasar malam, awalnya Gaby heran mengapa Ardiaz memberhentikan mobilnya. Namun sebelum ia bertanya Ardiaz telah lebih dulu menjawab pertanyaan Gaby.
"Saya tau anda ingin pergi ke pasar malam, oleh sebab itu saya memberhentikan mobil dan mengajak mu untuk masuk kedalam!!" Ucapnya sambil menggenggam jari jemari Gaby dan manariknya masuk kedalam pasar malam.
Suasana pasar malam yang ramai, sampai tak ada satupun yang mengenal Ardiaz. Mereka sibuk mencoba berbagai permainan yang ada di dalam pasar malam. Gaby tertarik untuk mencoba permainan melempar bola, ia mengambil bola dan mencoba melemparkannya masuk tepat sasaran. Namun sayang, lemparannya meleset. Meski begitu Gaby tak akan menyerah ia terus mencobanya berulang-ulang, bahkan ia juga mengumpat. Tingkah Gaby yang konyol justru menimbulkan tawa dari bibir Ardiaz. Meski tak terbahak-bahak setidaknya ia tertawa kecil.
"Ah menyebalkan, uangku habis hanya main permainan bodoh ini!!" Ucap Gaby kesal, ia menghentakan kakinya sambil melipat kedua tangannya didepan dada.
Ardiaz tak hanya terdiam, ia mencoba membantu Gaby memenangkan permainan tersebut. Hanya dengan satu kali lemparan, Ardiaz berhasil menjatuhkan kaleng-kaleng tersebut.
"Wah, Tuan hebat sekali!!" Sahut Gaby terkejut.
Ardiaz hanya tersenyum kecil, lantas Ardiaz menerima hadiah yang diberikan oleh penjaga permainan tersebut.
"Ini, boneka nya cantik. Sama seperti anda nona Fernando!!" Ucap Ardiaz sambil memberikan sebuah boneka besar yang sangat cantik.
"Ah terima kasih tuan, tapi bisakah anda tidak memanggil saya dengan sebutan 'Nona Fernando' lagi??" Jawab Gaby agak murung, ia tidak suka apabila dipanggil dengan nama marganya. Gaby masih belum bisa melupakan masa lalunya.
"Hmmm...baiklah!!" Ucap Ardiaz.
"Nah sekarang bagaimana kalau kita naik kincir ria disana??" Ardiaz menunjuk ke arah kincir ria yang menjulang tinggi.
Gaby mengangguk senang.
Didalam sangkar kincir ria agak sempit, hanya boleh dinaiki dua orang penumpang. Meski begitu keduanya menikmata pemandangan dari atas kincir ria. Lampu-lampu rumah yang bersinar ketika malam hari sangat indah seperti bintang. Cahaya rembulan tak kalah indahnya dari lampu-lampu itu.
"Wah indah sekali!!" Ucap Gaby takjub dengan pesona malam hari.
Ardiaz hanya tersenyum kecil, yah sifat dinginnya tak hilang sepenuhnya. Tapi dengan demikian ia akhirnya dapat tersenyum.
Beberapa saat setelah itu, Gaby baru menyadari bahwa ia takut ketinggian. Tepat saat ia masih sekolah dulu, teman-temannya pernah mengajak ia untuk pergi ke gedung sekolah. Ia hampir saja terjatuh, namun seorang kakak kelas menyelamatkannya.
Tangan Gaby gemetar, yang semula ia membelakangi Ardiaz. Kini perlahan ia duduk disampingnya, wajahnya tampak pucat, tangannya yang gemetar sangat dingin. Ardiaz menyelimutkan jasnya pada Gaby, ia khawatir Gaby sakit.
"Hmmm apa yang terjadi??" Tanya Ardiaz yang bingung dengan tingkah Gaby.
"Sa...sa...saya baru...ingat bahwa...saya...ta...kut ketinggian!!" Jawab Gaby gemetar.
Ardiaz menggenggam tangan Gaby dan menggosoknya perlahan, Ardiaz memberi kehangatan agar Gaby merasa lega.
Tak lama kemudian kincir ria berhenti, dengan hati lega Gaby turun dari sangkar. Langkahnya agak lunglai, bagaimana tidak sepanjang kincir ria berputar ia terus gemetar. Demi menghibur hati Gaby, Ardiaz membelikan arum manis untuknya.
"Makanlah ini!!" Ucapnya sambil memberikan arum manis pada Gaby.
"Terima kasih tuan," ucap Gaby menerima arum manis pemberian Ardiaz.
"Hmmm...bagaimana kalau sekarang kita pulang, hari sudah larut malam??" Sahut Ardiaz yang masih menggenggam tangan Gaby.
Gaby hanya mengangguk kecil.
Ditengah perjalanan pulang Gaby tampak lelah, tanpa ia sadari dirinya telah tertidur lelap. Ardiaz memindahkan kepala Gaby agar tidak membentur kaca mobil.
Sesampainya dirumah Ardiaz menggendong Gaby. Anny keluar menyambut keduanya.
"Tuan!!" Ucap Anny dengan sedikit membungkuk.
"Apa kau sudah membereskan kamar Gaby?" Tanya Ardiaz.
"Iya sudah tuan!!" Jawab Anny.
Ardiaz melanjutkan langkahnya masuk kedalam kamar Gaby, setelah sampai Ardiaz membaringkan tubuh Gaby diatas ranjang.
Ardiaz tersenyum kecil sambil mengusap puncak kepala Gaby.
"Tolong kau bawakan barang-barang Gaby dibagasi mobil!!" Perintah Ardiaz sesaat setelah ia duduk dikursi tamu.
Anny mengangguk paham. Anny telah lama bekerja pada Ardiaz, ia paham betul dengan apa yang dirasakan Ardiaz saat ini.
Ardiaz terduduk lesu dan tampak lelah, ia memijat-mijat pelan kepalanya dan merebahkan punggungnya disandaran kursi. Anny menghampiri Ardiaz sambil membawa secangkir teh hangat untuknya. Ia letakkan diatas meja, namun Ardiaz tak memperhatikan Anny. Ia menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
"Tuan muda, apa anda baik-baik saja??" Tanya Anny yang sontak mengejutkan Ardiaz.
"Ah Anny, ternyata kau. Iya aku baik-baik saja!!" Jawab Ardiaz yang terkejut melihat Anny yang telah berada disampingnya.
"Tuan muda, saya telah lama bekerja untuk Tuan. Saya tahu perasaan tuan, jika tuan ada masalah ceritakan saja pada saya!!" Ucap Anny penuh perhatian.
"Ah, kau sama persis seperti ibuku," sahut Ardiaz sambil menghela nafasnya.
"Baiklah saya pamit kedapur dulu, jika tuan perlu apa-apa beritahu saya saja!!" Pamit Anny.
Sementara Kangjian tengah duduk diteras rumah Gaby menunggu Ardiaz.
Ardiaz meminum tehnya kemudian pamit pulang dengan pikiran yang masih kacau.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
HARTIN MARLIN
cerita ini menarik
2023-04-11
1
Alejandra
Mikirin apa sich Tuan Muda...
2022-10-27
0
vina queenzha
cerita nya terlalu cepat. masa perkenalan sampai diajak jalan.
2022-09-30
0