Pesta berakhir, sanak saudara berpamitan untuk kembali ke rumah dan melanjutkan kerja masing-masing. Pelaminan diusung diatas truk , sound system sejak semalam sudah tidak dibunyikan.
Rumah Pak Masnun kembali sepi, hanya kakak-kakak Rosida yg masih membantu membersihkan rumah dan menata ulang perabotan.
Rosida masih belum keluar kamar, dia merasa tidak enak badan, pusing dan demam. Pak Masnun berbincang dg menantu barunya.
Dua cangkir kopi, satu toples kue kering tersaji dimeja bersama dua piring kue basah.
Asap bergantian mengepul dari mulut dua pria perokok itu.
" Bagaimana kondisi ibumu.., apakah sudah sehat ?" pertanyaan Pak Masnun membuka suasana. " Sudah mulai membaik Pak..,Ibuk sudah mau makan" Jawab Jumali sambil membenamkan putung rokoknya dlm asbak.
Bu Nur ,Ibu Jumali sudah tua dan sering sakit-sakitan, tinggal bersama dengan adik perempuannya yg menjanda dg seorang anak perempuan. sementara anak Jumali lebih suka ikut nenek, ibu dari istrinya.
Besok acara di rumah Jumali, tidak ada acara besar seperti di pihak pengantin perempuan hanya sekedar sambutan penghormatan tamu dari keluarga Rosida saja.
"Sudah hampir dzuhur istrimu belum tampak keluar kamar Jumali ?"
" Iya Pak, dari semalam badannya demam, dan mengeluhkan sakit kepala."
Tok..tok...tok...":Ros...ini ibuk " . " Masuk Buk !, pintunya tdk dikunci " Bu Masnun mengetuk pintu kamar Rosi untuk melihat kondisi putrinya dg membawa semangkuk bubur sumsum, dijawab dg suara lemah dan parau Rosi.
" Badanmu demam Ros..?" tangan Bu Masnun memegang kening Rosi yang terbaring di atas kasur. " Gak apa-apa buk, mungkin cuma kelelahan." Jawab Rosi yang tak ingin membuat hawatir Ibunya.
"Makan bubur ini lalu minum obatnya Ros, besok masih banyak acara di rumah Pak Jumali, kamu harus diantar ke Bangorejo rumah suamimu" .
Rosida hanya mengangguk dg lemah. Pikirannya melayang pada dirinya yg nanti akan berpisah dg kedua orangtuanya, meninggalkan rumah yg sejak kecil dia tinggali bersama adik-adiknya.
Meski ayahnya kejam tapi tetap dia adalah orang yg menjaganya sejak bayi. Jumali kaya raya, serba ada akan tetapi tetap menjadi tempat baru yg asing bagi Rosida.
Setelah minum obat Rosi kembali beristirahat, Jumali hanya masuk sebentar lalu kembali duduk di luar. Sore harinya Rosida sudah bisa bangun dan duduk di kursi ruang tengah, kondisinya sudah lebih segar.
Beberapa orang tetangga sibuk di dapur membuat persiapan jajanan yg akan dibawa besok. Rosida melintasi dapur menuju kamar mandi " Dicicipi kuenya mbak.....' sapa salah seorang dari mereka. " Iya mbok...nanti saja."
Malam tiba, hampir semua terlelap dlm tidurnya karena lelah yg melanda. Dua adiknya tidur di dipan ruang tengah, Kakaknya juga sudah pulang karena memang rumahnya tidak jauh jadi memilih tidur di rumahnya sendiri,besok pagi bisa kembali lagi meneruskan persiapan.
Rosi sudah berbaring di tempat tidur dg bantal guling pembatas antara dia dan suaminya. Berselimut rapat tanpa peduli orang yg duduk di sampingnya.
"Apa-apaan semua ini..?" tanya Jumali dg nada kesal sambil memindahkan guling penghalang dia dan Rosida ." Maaf Pak..aku masih belum siap untuk malam ini, aku ingin menenangkan diri, tolong jangan ganggu aku, tolong bersabarlah."
" Haaah... baiklah, aku akan bersabar, tidurlah!". Sahut Jumali beringsut dari duduknya lalu berbaring membelakangi tubuh Rosi yg tertutup rapat dg selimut.
Malam itu masih menjadi malam yg aman bagi Rosida karena Jumali sama sekali belum menyentuhnya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Persiapan sudah selesai, semua kue terbungkus rapi dalam kotak-kotak hantaran. Buah-buahan tertata cantik di keranjang yg terbuat dari anyaman bambu dihiasi pita. Empat mobil juga sudah siap mengantar pengiring pengantin.
Rosida masih finishing riasan dan pakaian dalam kamar. Jumali keluar masuk kamar mengambil tas pakaian dan perlengkapan Rosida, dibantu Fadli adik Rosi dan menaruhnya dalam bagasi mobil.
Semua sudah masuk , pengiring juga sudah berada dalam mobil dan sopir menjalankan kemudinya.
Rosida berkebaya putih dg sanggul berhiaskan melati terjuntai dipundaknya, dipadu batik sarung berwarna coklat tua membuatnya terlihat cantik sempurna. Jumali masih tetap menggunakan jas hitamnya.
Mereka duduk berdampingan dlm sebuah mobil sedan Mercedes Benz yg dihiasi bunga dan pita pada pintu dan bagian depan mobil.
Berulangkali dia melirik Rosi , raut muka bahagia dan bangga terpancar dari wajah pria setengah baya itu . Rosi lebih banyak menunduk matanya tampak tak bahagia.
"Kamu baik-baik saja Ros ? "
" Iya Pak,... aku sehat "
Waktu menunjukkan pukul 14:00 WIB.
Suara sound system sayup terdengar, menandakan rumah Jumali sudah tidak jauh lagi. Mobil yg mereka tumpangi berjalan pelan mencari posisi parkir paling aman.
Satu persatu penumpang turun, sambil merapikan busana yg mereka kenakan, para wanita berbaris membawa serta hantaran masuk ke tenda perkawinan yg telah disediakan.
Rosida turun perlahan dibimbing Jumali keluar dari mobil. Mereka diarahkan ketua rombongan untuk berdiri pada posisi paling depan dari barisan pengiring.
Rombongan disambut dg suara host pemandu acara dan kelompok Hadrah ternama di Bangorejo dengan lagu khas penyambutan pengantin.
"Selamat datang kami ucapkan kepada rombongan pengantin, silahkan menempati tempat yg telah kami sediakan" suara host memandu acara. Semua peserta rombongan menepati tempat duduknya, begitu juga Rosida dan Jumali.
Acara penyambutan berjalan lancar dilanjutkan ceramah agama dan ditutup dengan doa. Kemudian hadirin dipersilahkan menyantap hidangan yg telah disediakan.
Rosida dan Jumali masih tak bergeming dari duduknya sambil berbincang dg beberapa tamu yg bersalaman mengucapkan selamat dan tak jarang beberapa teman berkelakar menggoda Jumali yg tdk menyandang duda lagi. Rosida hanya diam disampingnya, sesekali tersenyum tipis yg dipaksakan.
Rombongan pengiring pengantin sudah selesai bersantap, setelah itu mereka berpamitan, satu persatu mereka bersalaman dg Rosi dan Jumali. Air matanya menetes ketika bersalaman dengan Kakak dan kakak iparnya sebagai wakil dari orang tuanya dalam rombongan.
"Jaga dirimu baik-baik Ros, jadilah istri yg baik" nasehat kakaknya sambil memeluk Rosida yg menjawab dengan anggukan saja tanpa terucap sepatah katapun dari bibirnya yg masih memerah dg rona lipstick perias.
Barang-barang perlengkapan Rosida sudah dibawa ke kamar Jumali, para tamu juga sudah mulai sepi dari kursi hajatan. Penanggung jawab acara mulai menyingkirkan kursi dari tatanan semula menjadi tumpukan yg siap dibawa.
Catering juga sudah memindahkan sisa makanannya ke wadah-wadah milik tuan rumah. Suasana rumah besar itu kini sudah sedikit lengang. Tak ada pesta lanjutan.
Rosida bersalaman dengan Bu Nur ibu Jumali yg terbaring di sebuah kamar. " Buk...Ini Rosida istriku." Jumali memperkenalkannya. Bu Nur menatap sayu memandang wajah Rosi ," Cantik... tapi aku lebih suka Yanah."Rosida tersenyum mendengar kata-kata Bu Nur dalam hatinya bertanya "Siapa itu Yanah?"
"Ini Adikku Zarima, dia yg menemani ibuku disini, dan ini anaknya Salsha kelas 1 SD. Mereka semua duduk dalam kamar Bu Nur.
"Dua bulan ini Yanah tidak pernah datang lagi" Igauan Bu Nur yg membuat hati Jumali menjadi tidak nyaman karena ada Rosida.
Tanpa mempedulikan kalimat yg dilontarkan ibunya, sebentar kemudian Jumali mengajak Rosida berpamitan, " Buk, kami pamit dulu istirahat, kami lelah sekali." Bu Nur hanya mengangguk setuju.
Rosida diajak ke dalam sebuah kamar berukuran 7 x 5 meter seukuran separuh rumah miliknya. Ranjang besar, sebuah meja rias, sebuah almari pakaian, meja dan dua buah kursi tertata rapi didalamnya.
"Inilah kamarmu dan kamarku"
Rosida tersenyum " Dekorasi yg cantik"
"Mulai saat ini kamu tinggal disini bersamaku sebagai istriku." Jumali memegang tangan Rosida dengan lembut kemudian mengecup keningnya. Rosida pasrah, karena notabene dia sudah menjadi istri resminya, meskipun dalam hatinya menolak dan ingin lari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Whiteyellow
semangat
2021-03-24
2
RN
nyicil baca nya kk
2021-03-20
1
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-09
1