Rossida
Tempat parkir aula besar itu dipenuhi mobil-mobil mengkilat. Hanya beberapa saja tampak mobil tua . Ibu-ibu cantik rapi berkebaya, Bapak-bapak berpakaian batik bersepatu berjalan menuju pintu masuk gedung, sebagian berkepala botak . Mereka mencatat diri sebagai tamu undangan sebuah wisuda Doktoral
Mereka yang sudah memakai toga duduk di bagian tengah dari ballroom besar itu, menghadap kursi yg ditempati oleh dosen dan guru besar.
Acara lima belas menit lagi akan dimulai, tapi masih ada satu kursi kosong peserta wisuda yang belum terisi.
"Dimana Ross..?" Salah seorang bertanya pada teman yang duduk di sampingnya, tapi dia menggeleng tidak tahu.
Sementara itu di luar gedung dua orang penumpang ojek online, seorang wanita cantik dan ayahnya bergegas turun dari motor dan langsung masuk dalam ballroom. Acara sudah di mulai dengan nyanyian koor.
"Kemana saja kamu Ross?"
"Shuuuut...maaf, salonnya antri"
Acara demi acara berlangsung hikmat, tiba acara inti yakni wisuda pengukuhan. satu persatu mereka dipanggil ke depan termasuk Rossida
Acara berikutnya pengumuman the best lulusan, dan penyerahan beberapa penghargaan kepada guru besar dan dosen.
Saat penyebutan the best lulusan, semua berdebar siapa nama yang akan di sebut.
"Best lulusan Wisuda Doktoral tahun ini adalah...." Pembawa acara sengaja memberi jeda " ROSSIDA" suara gemuruh menyusul setelah nama itu di sebutkan.
Rosida berdiri, muda dan cantik, Dia berjalan penuh percaya diri naik ke atas mimbar memegang piala dan piagam penghargaan.
Salam dan rasa syukur kepada Tuhan, ucapan terima kasih kepada Ayah,Ibu dan semua orang yang pernah membantu Rosida sampai di titik ini. Kemudian dia tutup dengan
"Jangan pernah takut bermimpi, jangan pernah ragu mencoba, jangan menyesali takdir karena Tuhan telah memilihkan yang terbaik untukmu".
Rasa haru menyelimuti hatinya dan orang-orang yang mengenali siapa wanita yang saat ini berada di mimbar memegang the best Doktor universitas ternama.
Mimpi Rosida mungkin hal yang mudah bagimu, tapi sebuah kemustahilan bagi seorang dari pinggiran dengan segala keterbatasannya.
Jika kelahiran di dunia ini bisa dipilih bagi mereka yang berotak cerdas seperti Rosida, mungkin dia akan memilihnya, Tapi Tuhan telah menulis garis hidupnya yang tak biasa untuk dia yg istimewa.
* Disinilah kisah perjalanan hidupnya*
***********
Tak pernah terbayangkan oleh gadis kecil berusia 11 tahun itu jika orang yang selama ini merawat dan menyayanginya akan lebih cepat meninggalkan dirinya.
Dia hanya duduk termenung memandangi pusara ibu angkatnya yang masih basah, Sejak usia 1 tahun Rosida kecil dirawat saudara karena ibu kandungnya hamil anak keempat dari lima saudaranya.
Gerimis mulai turun, Rosida tetap belum beranjak dari jongkoknya di depan pusara, namun dia kini tidak lagi merasakan titik dingin air yg jatuh itu karena seseorang telah datang meletakkan payung diatas kepalanya.
"Ayo kita pulang !"
Seorang laki-laki setengah baya bertubuh tinggi mengajaknya pergi dari tempat itu. Rosida berdiri dan membalikkan tubuhnya melangkah mengikuti laki-laki yang tidak lain adalah Pak Masnun ayah kandungnya. Sesekali dia menengok kembali ke pusara.
"Ayo cepat Ross, hujannya akan semakin deras !"
Rosida berlari mengikuti langkah bapaknya keluar area pemakaman menuju motor yg telah basah oleh air hujan. Untuk sementara mereka berteduh di emper rumah warga agar hujan sedikit reda. Rosida masih tetap tak bersuara duduk di sisi ayahnya.
"Bu Salamah sudah meninggal, apakah ayah akan mengajakku pulang ?" Rosida mulai bicara.
"Tentu saja Ross !"
Rosida kembali terdiam rasa sakit kehilangan masih menggelayut di dinding hatinya. Bukannya Ross tidak sayang kepada keluarga kandungnya, tapi orang yg sekarang berada di pusara adalah perempuan yang rela berpuasa selama satu minggu setiap kali Ross ujian semesteran.
Hujan mulai reda. Warga yang sebelumnya ikut berteduh mulai berhamburan, begitu juga Ross dan ayahnya.
Motor Suzuki RC itu berkelok-kelok menghindari genangan hujan di jalanan yang tak beraspal. Sesekali tubuh Rosida terantuk berpadu dengan punggung ayahnya ketika roda menabrak bebatuan jalan rusak. Kerudung Rosida yang sebagian ujungnya basah berkibar-kibar dalam hempasan angin.
Setelah beberapa saat Pak Masnun menghentikan motornya di sebuah rumah yg banyak kursi berjajar, dan beberapa orang yang keluar dengan mata sembab karena duka.
"Kak Ross..!! Dua orang anak kecil berlari menghampiri Rosida yang turun dari motor ayahnya, mereka adalah adik-adik Rosida.
Rosida hanya tersenyum simpul menyambut mereka berdua, sambil berjalan masuk kedalam rumah. Beberapa piala dan piagam berjajar di buffer dan dinding rumah Bu Salamah, semua itu tertera nama Rosida.
Mulai rangking kelas, juara umum, olimpiade sains tingkat kecamatan, Kabupaten dan beberapa piagam lomba lainnya.
Rosida masuk ke dalam kamar, dua anak kecil itu terus saja mengikuti kakaknya. Kamarnya rapi dan bersih dengan buku-buku berjajar di rak, semua penunjang prestasi dipenuhi oleh Bu Salamah untuk Rosida yang memang berotak cerdas.
Dari tumpukan buku-buku itu Rosida mengambil sebuah buku tulis yang berisi gambar-gambar tempat bersejarah di Indonesia, candi Borobudur, Candi Prambanan bertuliskan "AKU AKAN KESINI"
Panah menunjuk arah candi Borobudur.
Rosida sangat tertarik dengan cerita Bu Salamah tentang sejarah dan kisah-kisah berdirinya candi-candi itu , dia ingin sekali mengunjungi langsung.
Dua adiknya sibuk bermain di atas kasur sambil bergurau.
Rosida masih terpaku dengan buku lusuhnya.
Dia buka lembaran berikutnya, sebuah foto perempuan cantik memakai toga dengan mendekap piagam bertuliskan sarjana sambil membawa piala.
Bu Salamah memberikan foto artis itu satu bulan sebelum meninggal dunia, memupuk dan memotivasi Rosida agar dia giat belajar dan menjadi wanita seperti di foto itu.
Rosida diam , pikirannya mengulas dan mengulang balik kenangan bersama Bu Salamah. Tanpa terasa titik air mata menetes di buku dalam pangkuannya, yang segera dia hapus.
"Hey...hayo jangan rebutan !"
Lamunan Rosida tercerai berai dengan tangisan salah satu adiknya yang kalah rebutan mainan. Kemudian melerai mereka berdua, tapi adik kecilnya sudah terlanjur menangis keras.
Bu Masnun membuka pintu.
"Sini dek !!"
Gadis kecil berumur 4 tahun itu berlari menghampiri ibunya. Fadli adik laki-laki yang tidak berbeda jauh umur dengan Rosida itu cengar cengir keluar kamar karena di persalahkan membuat adiknya menangis.
Rosida ikut keluar kamar, suasana sudah lebih sepi. Sebagian keluarga Bu Salamah sudah pulang ke rumahnya masing-masing.
Dulunya dia seorang pensiunan PNS sebagai guru SD, hanya tinggal berdua dengan Rosida, seorang janda yang tidak memiliki anak.
Bu Masnun menghampiri putrinya.
"Diikhlaskan saja Ross!" Bu Masnun mengelus rambut putrinya.
Rosida tidak mengerti maksud ibunya dengan mengikhlaskan, yang dia tahu dirinya ditinggal Bu Salamah dan ingin terus ingin mewujudkan cita-cita seperti yang diinginkan Ibu angkatnya.
"Kapan kita pulang Buk?"
"Setelah tujuh hari Ross "
Rosida mengangguk. Dia ingin tetap tinggal tapi dalam pikirannya tak berani jika hidup sendirian, dan tentu orang tuanya tidak akan memperbolehkan.
Hampir seratus lebih penduduk dan tetangga laki-laki datang tiap malam ikut mengaji mengirimkan doa untuk Bu Salamah. Di siang hari juga tak henti tamu datang silih berganti. Bu Salamah dikenal orang yang sangat baik dan dermawan , tetangga dan kerabat yang ikut berbela sungkawa selalu ada hingga hari ke-7.
Rosida mulai memasukkan buku-buku dan barangnya ke dalam tas dan kardus. Hatinya masih berat tapi dia tidak ingin terus terlarut dalam duka, dan itu tidak akan disukai ibu angkatnya.
"Berfikirlah lurus pada cita-cita luhur, menjadi manusia yang bermanfaat bagi Nusa dan bangsa "
"Semua orang akan kembali kepada penciptanya, cepat ataupun lambat pasti hari itu akan datang."
"Janganlah menangisi kematian sehingga kau lupa bersyukur dengan kehidupan"
Begitulah pesan-pesan yang diingat Rosida dari Bu Salamah.
Suasana rumah sudah sepi, sanak kerabat pulang karena tidak ada lagi yg harus dikerjakan lagi. Barang yang diperlukan sudah dia masukkan, dan siap untuk berangkat. Ayahnya sudah menunggu di luar kamar.
"Lebih cepat Ross, Ayah ada janji dengan orang !"
Rosida bergegas membawa barangnya keluar kamar. Ayahnya membantu mengangkat kardus buku-buku.
"Tidak bisa dibawa semua hari ini , besok saja , bawa saja barang yang penting "
Dua kardus buku dia tinggalkan, hanya membawa dua kardus dan satu tas saja . Merekapun keluar rumah, dan menguncinya.
"Selamat tinggal rumah penuh prestasi, aku akan datang kesini sekali waktu untuk mengunjungimu, aku akan selalu mencintaimu bersama kenanganku disini ".
Tret..tret..greeng..seet.mati
Treet .greng..seet mati lagi
Motor RC 90 itu memang suka ngambek.
Pak Masnun mengengkol sepedanya yang tak bisa dengan starter, beberapa kali genjot sepeda itu akhirnya menyala.
Sepeda RC 90 itu melaju dengan lebih lambat, meskipun Rosida bertubuh kecil tapi barang-barang bawaannya membuat sepeda tua itu seperti tak mau diajak berlari kencang.
Setelah satu jam terguncang-guncanh di atas motor, akhirnya sampailah mereka di rumah, sebuah tempat dimana Rosida mencatatkan diri dilahirkan meskipun lahirnya di rumah bidan.
Mulai hari ini kehidupan Rosida berada di rumah ini, bersama dua kakak laki-laki dua adik laki-laki, ibu dan ayahnya yang hanya sebagai seorang buruh atau kadang sebagai penambang pasir sungai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
hadir di sini, ceritanya keren😍😘
2021-04-12
1
Lasmi Kasman
Awal yg bagus
2021-04-07
4
Risna Rose
tertarik dengan judulnya yg sama dengan nama panjang ku Rosida😊😊
Mudah mudahan seru thor🥰
2021-04-06
3