Tuhan telah memanggil Bu Salamah, menjadi momentum Rosida kembali kepada orang tua kandungnya.
Momentum dia memulai semuanya dari bawah, terutama masalah finansial yang harus dibagi dengan seluruh kakak dan adiknya.
Untuk sementara Rosida harus menunda cita-citanya dibawah kepentingan makan keluarganya. Bagaimana dia akan memaksakan haknya untuk memiliki barang-barang seperti teman-temannya jika makan saja pas-pasan.
Kenangan akan rumah yang dia tinggalkan membuat hatinya ingin kembali, tapi semua itu tidak mungkin. Kenangan kemapanan bersama Bu Salamah membuatnya ingin tetap disana, tapi Rosida harus menghempaskan keinginannya.
Rosida sadar ini pilihan Tuhan, bukan pilihannya, sudah disiapkan skenario terbaik untuknya. Dia kini bersama orang tua kandungnya adalah hal terbaiknya.
Sekolah Rosida sudah dipindahkan, sekolah sangat kehilangan siswa berprestasinya. Tapi apa boleh buat kondisi yang mengharuskan Rosida berpindah dari rumah Bu Salamah.
Rosida lulus SD dengan predikat terbaik.
kini sudah memasuki SMP, sejak awal masuk kelas VII, guru-guru sudah bisa menilai bahwa dia anak cerdas dan berbakat.
Beberapa prestasi sekolah juga bisa diraih. Rosida belajar sangat tekun yang sudah menjadi kebiasaannya, tapi bagi ayahnya itu biasa saja. Semuanya tidak penting bagi ayahnya, menurutnya yang paling utama bagi seorang anak adalah patuh kepada kedua orangtuanya itulah prestasi prestasi tertingginya.
Satu sisi ayahnya benar, tapi hidup bukan hanya seperti uang logam dua sisi dengan pilihan surga atau neraka. Tapi...
Hidup ini bagaikan sebuah bola yg semua sisinya saling berhubungan, tak bisa disebut sisi atas atau bawah tapi seperti sebuah satu kesatuan penciptaan dalam anugrah sang Pencipta.
Setelah tamat SMP Rosida tidak boleh lagi sekolah, berulang kali guru Rosida datang ke rumah Pak Masnun membujuk bapaknya mengizinkan putrinya sekolah, bahkan digratiskan .
Tapi karakter Bapaknya keras tak bisa ditaklukkan kecuali oleh almarhum Kakek Rosida alias Bapaknya Pak Masnun.
" Sekolahnya memang gratis ,tapi uang saku juga perjalanan ke sekolah kamu pakai apa, biaya darimana kamu sekolah Ross?"
Rosida terdiam, menyadari keterbatasan orang tuanya yang hanya seorang buruh dengan lima orang anak dan semua butuh makan dan sekolah.
Rosida membayangkan seandainya Bu Salamah tidak meninggal dunia, mungkin dirinya sudah daftar di sekolah favorit berbekal segudang prestasi yang dimilikinya.
" Ah.. sudahlah, kita lihat saja besok " batin Rosida membuyarkan lamunannya.
Gadis yang sudah terlihat cantik sejak dia dilahirkan itu, kini sudah semakin tumbuh menjadi bunga desa yang rupawan, beberapa kali ada orang tua seorang pemuda melamar ke rumah Pak Masnun,tapi masih ditolak dengan alasan belum saatnya.
Satu tahun Rosida belum bisa melanjutkan sekolahnya, hanya ikut kursus menjahit di pagi hari dan ikut mengemas kerupuk di rumah tetangga ketika sore hari kadang hingga malam, meskipun begitu dia tidak pernah berhenti belajar.
Ada beberapa anak minta kursus private matematika tingkat SD dan SMP ke rumahnya, akhirnya dia atur jadwal seminggu tiga kali, sisa waktunya untuk bekerja.
Dia menabung sedikit demi sedikit tanpa sepengetahuan orang tuanya yang dia titipkan ke bos kerupuk tempat Ross bekerja.
Orang tuanya hanya tahu Ross tidak pernah meminta uang jajan.
Rosida dari ayah tampan dan Ibu yang juga cantik, tak heran jika dia tumbuh menjadi gadis jelita, terkenal rajin dan cerdas. Membuat banyak pria ingin mempersunting dirinya. Sudah berkali-kali pak Masnun menolak lamaran, karena dianggap belum pas menurut dia.
Dalam pikiran Pak Masnun menikahkan anak perempuannya dengan cepat membuat dirinya lebih cepat lega karena tanggungjawab sudah berpindah ke suaminya.
Apalagi jika suaminya kaya raya, dia merasa sudah meletakkan mahkota seorang ratu di kepala anak gadisnya.
Rosida terkejut mendengar kata menikah, dia tahu bapaknya tidak pernah bergurau.
"Apa Pak...! Menikah?" raut muka Rosi penuh tanda tanya.
"Iya...., Bapak sudah membuat kesepakatan dengan Pak Jumali"
"Pak Jumali duda tua itu??"
Sudahlah Ros... terima saja keputusan bapakmu, nanti segala keinginanmu bisa terpenuhi dg kekayaan Bos Jumali" bujuk Ibunya.
Rosi pingin sekolah buuk..., aku belum ingin menikah " Iba Rosi sambil mengusap air mata ketidakberdayaannya.
Satu Minggu lalu Pak Masnun menerima lamaran dari Jumali tanpa sepengetahuan Rosida. Duda beranak satu, kaya raya dengan harta melimpah. Usianya 55 tahun, Rosida saat itu berusia 17 tahun terpaut 39 tahun dengan Rosida.
Jumali pedagang sukses dan terpandang disebuah kecamatan berbeda dari rumah Rossida. Anak perempuan Jumali sepantaran Rossida. Enam bulan lalu Istrinya meninggal dunia di rumah sakit akibat stroke secara tiba-tiba.
Pak Masnun akan diberi sepetak sawah jika setuju menikahkan putrinya dg bos Jumali.
Setiap ada kesempatan berbicara dengan ayahnya, Rosida selalu meminta untuk tidak menikahkan dirinya dg duda Jumali, tapi setiap kali itu pula bapaknya menolak dan berakhir dg tangisan Rosida.
Dia pernah bermimpi menikah dg pemuda tampan teman sekelas yg menyukainya,dan tak pernah terbayangkan menikah dg laki-laki duda beranak dan jauh lebih tua.
Rosida mencari buku lusuhnya, dia ingin menunjukkan gambar wanita bertoga, tapi disemua sudut kamar sudah di obral abrik tetap saja tidak ditemukan.
" Ibuk melihat buku itu ?"
" Bukumu sudah dibakar bapakmu !"
Mendengar kata dibakar, serasa tulang belulang Rosida terlepas dari tubuhnya. Dia terduduk lesu di bangku ruang tengah.
Baginya seperti sudah menerima vonis hukuman mati, yang sudah final di tiang gantungan.
Tapi Rosida tidak ingin diam, dia terus memohon kepada bapaknya untuk merubah keputusannya.
Tapi sia-sia, malam hari dia berbicara, pasti pagi hari mata nya sembab, dan harus berangkat ke rumah kakak Iparnya untuk belajar menjahit.
Satu bulan kemudian, rombongan lamaran Jumali datang. Berbagai macam kue seserahan dibawa rombongan.
Cincin emas, kalung, seperangkat pakaian pernikahan dan seperangkat kosmetik perawatan wajah dengan merek ternama.
Pada hari lamaran itu juga Pak Masnun menerima surat perjanjian penyerahan sepetak sawah bermaterai yg telah ditanda tangani kedua belah pihak,yg isinya selama Rosida menjadi istrinya sawah itu akan tetap menjadi miliknya.
Pak Masnun memandang puas benda-benda yg didatangkan ke rumahnya. " Lihat Ros...,belum jadi istrinya saja kau sudah memiliki segala yg kau inginkan, kau beruntung, Bos Jumali menginginkanmu" .
Tanggal pernikahan sudah ditetapkan.
Meski dia menyukai semua hadiah itu, tapi dalam hatinya tdk ingin menikah, berat rasanya melepaskan cita-cita masa di depan.
" Ah .. sudahlah, aku jalani saja" Rosida pasrah dg nasibnya.
Dua bulan kemudian tanggal pernikahan yg ditetapkan tiba. Semua persiapan sudah tertata dg sempurna. Kayu bakar 2 truk didatangkan sebulan lalu dari rumah Jumali.
Tenda pernikahan, gerabah sudah tinggal pakai semua sudah dibayarkan. Dekorasi mewah terpajang di depan rumahnya. Sanak kerabat berdatangan.
Ada yg gembira dg pernikahan ini tp tak sedikit pula yg mencibir sifat serakah bapaknya sebagai pertukaran harta dunia dengan anak gadisnya.
Sejak pagi Rosida sudah mulai didandani oleh perias ternama di kampungnya, pukul 10:00 nanti penghulu akan menikahkan dirinya dg Jumali. " Cantiik...!" puji Bu Masnun kepada putrinya. " Tapi sayang, suamiku tua " batin Rosida.
Rombongan pengantin laki-laki tiba pukul 09:00. Tampak Jumali yg tidak terlalu tinggi, memakai setelan jas hitam kemeja putih ,kopyah hitam ,khas pengantin pria dimasanya. Perutnya tambur menjembul diantara dua kancing jasnya.
Penghulu datang, Rosida yang didandani bak ratu cantik jelita tertunduk di tengah peserta undangan didampingi kakak iparnya.
Jumali yang baru datang segera mengambil duduk di sisi Rosida.
Pak Masnun sendiri yang menjabat tangan tangan Jumali dan mengucapkan kalimat ijab kabul, tidak menyerahkannya kepada penghulu.
" Bagaimana saksi , Sah ?" tanya Modin.
" Sah !" jawab mereka kompak.
Semua berdiri bersalaman mengucapkan selamat. Gema suara sholawat berkumandang mengiringi jabat tangan pengantin.
Sejak saat itu Rosida sudah berstatus berbeda,kini dia menjadi istri seseorang dan Jumali melepas masa dudanya di rumah Pak Masnun dengan anaknya yang cantik berusia remaja.
Dalam hati bapaknya merasa sudah membebaskan hidupnya dari beban menanggung seorang anak perempuan dan diberikan tempat nyaman di dalam rumah mewah laksana istana, tapi bagaimana dengan kehidupan dan perasaan Rosida ?
Apakah cita-citanya akan dia kubur bersama status gadisnya ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
mama joge
sedih nya...di zaman sekarang masih ada orang tua yang berfikiran kolot 🤦
2022-09-27
0
Whiteyellow
Aku mampir thor..feedback karyaku juga ya..I Need You..jika berkenan.😍😎
2021-03-24
1
Ade Yayuk
Hadir kk
2021-03-22
1