Libur panjang telah tiba, setelah upacara dan penghormatan pada bendera merah putih. Dalam upacara bendera hari kemerdekaan. Mahasiswa dan mahasiswi, bersiap untuk lomba kampus.
Sedangkan para dosen balik pulang, menikmati long weekend. Dekan telah mempercayakan semuanya pada Alex dan tim senatnya. Kali ini, Alex ingin masuk ke dalam perlombaan. Alasannya sudah jelas, karena Sri ikut di dalamnya.
Padahal biasanya, ia malas ikut lomba ini. Ia berpesan pada ketua panitia, agar namanya dan Sri dipasangkan pada olahraga hiburan. Sementara itu lomba lainnya juga sudah dimulai. Lomba cerdas cermat di perpustakaan.
Terlihat Sinta masih mendominasi dibandingkan mahasiswa lainnya. Lomba tanding silat di aula utama. Lomba yang lainnya di ruangan berbeda-beda. Sorak-sorai masing-masing pendukung, menggema di berbagai sudut kampus. Tak terkecuali di lapangan bola, pada cabang olahraga hiburan.
"Baiklah kepada panitia, silakan membacakan nama masing- masing pasangan" pekik pembawa acara melalui mikrofon. Panitia membacakan 15 pasangan dalam lomba ini. Begitu disebutkan pasangan kelima, Sri nampak kaget.
Namanya disandingkan dengan Alex. Ia yang awalnya tampak antusias, lalu mematung di tengah lapangan. Kesadarannya kembali, begitu sesosok tangan besar menepuk pundaknya. Senyum khas Alex terpancar membelakangi sinar matahari.
Belum sempat Sri marah, Alex memegang tangannya dan mengikat dengan tali rafia. Begitu juga kakinya, karena mereka lomba lari berpasangan.
"1,2,3, mulai!" pekik pembawa acara. Sontak membuat mereka berdua berlari kencang. Disambut tepuk tangan penonton. Tentunya nama Alex menggema di lapangan, dari para junior khususnya wanita yang tergila-gila pada ketampanan pria ini.
"Kakandaaaaaa Alex gooooooo..." teriak para mahasiswi mengalahkan suara bising mikrofon pembawa acara.
Di tengah lapangan, Sri mempertanyakan mengapa Alex di sana dan bukannya di area silat. "Karena ada kau di sini," jawab Alex singkat. Deg! jantung Sri kembali berdegup kencang.
Langkahnya terhenti di tengah lapangan sembari memandang Alex. Hanya saja, karena posisi lari, dengan kaki terikat. Akhirnya mereka terjatuh, dan tanpa sengaja tubuh Sri bertumpuk dengan posisi di atas dada Alex.
Awalnya mereka memimpin di depan, namun karena jatuh mereka dinyatakan kalah. Alex hanya terdiam, tangannya lalu ia jadikan bantal dan menikmati tubuh Sri yang terkapar di atas badannya.
Ia memandang langit biru yang cerah, secerah hatinya saat itu. Para wanita terlihat geram dengan Sri, terutama adik kelas bernama Ratih. Ia adalah bunga kampus baru di fakultas.
Mahasiswi semester tiga jurusan Sastra Inggris ini, menggilai Alex sejak lama. Namun suratnya tak pernah dibalas oleh Alex. WAnya pun tak pernah dibaca.
"Sial, siapa wanita itu" tanya Ratih pada teman di sebelahnya. "Oh itu senior kita, namanya Sri. Dia semester lima sekarang, jagoan di kampus," sahut temannya. Sementara itu, Sri tersadar dari jatuhnya dan segera bangun.
"Nyaman kan," tanya Alex menggoda. "Apaan sih" jawab Sri ketus. Alex menunjuk dadanya yang bidang, tercetak jelas seperti jejeran tahu dari kaos oblong putih yang basah kena keringat.
"Dih, keras kayak batu" tegas Sri lalu pergi karena malu. Padahal dalam hatinya, dada itu sungguh nyaman, aroma maskulin khas pria, terasa wangi memabukkan bagi dirinya. Sehingga ia tak sadar 20 menit lamanya, terdiam di sana menikmati aroma surgawi itu wkwkwk...
Lomba selanjutnya adalah lari dengan balon. Uniknya, balon ini dicium dan berada di tengah-tengah, diantara dua sisi wajah pasangan lomba. Dalam hati Sri, ia benar-benar tak habis pikir dengan ide gila ini.
Sebersit asa, rasa menyesal datang karena ia mendaftar di lomba ini. Sementara Alex yang merupakan dalang semua lomba ini, pura-pura tak tahu dan hanya menunjukkan wajah polos bagai peri. "Bersiapppp...mulai!" suara pembawa acara memekik. Belum selesai berkata, semua peserta sudah berlari.
Lomba sangat sengit, semua tak mau kalah. Namun tetap sebagai pemimpin adalah Alex dan Sri. Maklum saja mereka memang terbiasa olahraga, baik itu lari, silat, dan lain sebagainya.
Hanya saja, banyak yang heran. Kenapa dua orang ini, tidak ikut lomba tanding silat seperti tahun-tahun sebelumnya. Padahal mereka juara silat.
Sementara itu, di ruangan lain, tempat lomba tanding silat. Angkatan yang mewakili kelas Sri adalah Kristina. Ia juga bisa silat, tapi sabuknya masih jauh di bawah Sri.
Kristina berhasil membawa penonton terbanyak ke aula. Semua pria menatapnya bak singa yang sedang kelaparan. Padahal ia memakai pakaian khas silat yang longgar.
Melihat itu, Kristina hanya menggeleng saja. "Hah... dasar kalian semua" kata Kristina menggeleng, melihat para pria tak berkedip meliriknya.
Alex sengaja menekan balon dengan wajahnya, sambil berlari menuju garis finis. Tujuannya agar balon itu meledak. Dan menyatukan wajahnya dengan wajah pujaan hatinya.
Walau mereka kerap bertentangan, tapi fisik mereka menyatu dan seirama saat lomba ini. Sehingga kecepatan lari mereka konstan dan stabil.
Begitu mendekati garis finis. "Duaaaarrrr" balon di antara mereka pecah. Dan wajah mereka pun langsung dempet. Membuat seisi lapangan hening.
Seketika Sri melotot, melihat wajah Alex sudah menempel seperti permen karet dengan wajahnya. Sri terdiam dengan mata melotot.
Akhirnya mereka kalah lagi, karena lawannya masuk finis duluan. "Brengsek" tangan Sri melayang memukul kepala Alex. Kali ini mendarat sempurna, karena Alex juga bengong sambil menutup mata. Menikmati bibir tebal Sri yang sensual.
"Pletak!" suara tangan Sri menjitak kepala Alex. Menghadirkan bunyi layaknya kelapa yang baru saja dibelah untuk diminum airnya. Alex meringis kesakitan. Sementara Sri pergi meninggalkan lapangan sambil terus menggosok bibirnya.
Ia mencari wastafel tak jauh dari sana, lalu mencuci bibirnya dengan kasar. "Pelan-pelan awas nanti lecet dan luka," kata Alex, yang sudah berada di sebelah Sri. Pria itu menghadap ke arah berbeda, dengan tangan terlipat di dada.
Sri nampak kesal, karena kali ini adegan dewasa itu terjadi di lapangan. Di depan puluhan mata orang di kampus. "Kau benar-benar pria mesum" umpat Sri sambil menyipratkan air ke wajah Alex.
Sri berlalu pergi kembali ke lapangan, sembari mengambil air mineral dan meminumnya dengan kasar. Lomba ketiga sekaligus yang terakhir adalah lomba panjat pinang.
Bambu yang digunakan tidak tinggi, hanya 200 Cm. Di atasnya ada bendera merah putih, dan yang pertama kali bisa mengambilnya maka dialah pemenangnya.
Bambu itu sudah dibaluri oli. Alex berkata bahwa Sri harus naik ke pundaknya. Sri sebenarnya enggan, tapi setidaknya ia harus menang kali ini karena sudah dua kali gagal dengan naas.
Lomba pun dimulai, Alex tanpa aba-aba menggendong Sri naik ke atas pundaknya. Pinggang Sri dipegang, dan membuatnya salah tingkah. "Ayo naik" kata Alex membuyarkan lamunan Sri. Gadis ini bergegas naik, dan hampir berhasil. Namun karena licin, ia kembali terjauh ke atas pundak Alex. Berkali-kali terjatuh, Alex merasakan kenyalnya bokong dan paha Sri. Ia berusaha menahan hasratnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Kasma Haruna
modusnya jadi teruzz.. 😂😅😍😘
2021-03-03
2
Yuliani
knp ya kenyakan nama alex agak2 gesrek gitu
2021-02-06
1
fidivrotary
alex memang lelaki bermodus ...
2021-01-03
1