Mia ga berani menatap Vandra saat cowo itu sudah memasuki kelas. Jantungnya masih berdebar ga menentu kalo ingat tadi wajah Vandra sangat dekat dengannya.
Vandra tersenyum saat melihat Mia yang tidak mau melihatnya. Sejujurmya dia juga merasa aneh dengan kelakuannya tadi terhadap Mia. Tapi rasa penasarannya masih mengganggu pikirannya.
Akhirnya pelajaran matematika pun dimulai. Bu Raya menuliskan beberapa soal di papan tulis. Soal soal yang jelimet. Dengan malas Vandra menuliskan berupa coretan ga jelas di bukunya.
"Van, lo bisa ga?" bisik Doni gugup melihat Bu Raya yang sudah berjalan mendekati mereka.
"Hemm," jawab Vandra ga acuh. Pikirannya masih dipenuhi rasa ingin tau akan gosip Mia dengan kakak kelas brengsek itu.
"Mia, coba kamu kerjain soal nomer 3," tukas Bu Raya saat berada di bangku Mia. Soal nomer tiga menurut Vandra adalah soal tersulit karena terlalu banyak pecahannya dibanding dua soal sebelumnya.
"Putra, Hani, kerjain nomer satu dan dua," perintah Bu Raya.
Saat melihat Mia maju dan mengerjakan soal tersebut, bibir Vandra mengulas senyum. Gadis itu memang pintar. Walaupun ga juara satu, tapi kalo matematika, otaknya sungguh encer.
Vandra terus melihat sampai Mia selesai dan berjalan ke kursinya yang searah dengannya. Sesaat mereka beradu pandang dan Mia mengalihkannya. Vandra masih tetap tersenyum.
Akhirnya pelajaran matematika pun selesai. Saatnya istirahat. Vandra langsung berjalan ke luar kelas menghampiri Irfan yang sudah berdiri di pintu kelasnya.
Pelajaran terakhir adalah musik. Biasanya Vandra dan teman temannya akan membolos. Saat Vandra akan mengambil tasnya dan melewati tempat Mia duduk, langkahnya terhenti akan perkataan Mia.
"Masa bolos terus." Sepasang matanya menatap protes Vandra yang kini juga ikut memandangnya.
"Kamu ngapain juga pake anting. Cantiknya saingan, deh," kata Mia dengan raut kesal.
Vandra jadi salah tingkah. Entah mengapa Vandra gugup kalo diomelin Mia sekaligus senang.
Tanpa menjawab Vandra kembali ke kursinya dan duduk manis di situ.
"Bolos ga?" tanya Doni heran.
"Kali ini ga," jawab Vandra dan tersenyum.
Doni hanya menggelengkan kepala dan ga jadi bolos seperti Vandra.
Akhirnya pelajaran musik pun dimulai. Mereka bergegas ke ruang Musik. Vandra langsung menghampiri piano dan mulai menekan tuts tuts nya dengan penuh keyakinan. melody lagu lama Tomy Page A shoulder to cry on mengalun lembut.
Cewe cewe pun menghampiri Vandra sambil bernyanyi terutama bagian reff.
I'll be there
I'll be your shoulder to cry on
I'll be there
I'll be a friend to rely on
.....
.....
I'll be there
Bu Monika pun ikut bernyanyi dan menatap kagum pada siswanya yang suka bolos setiap pelajarannya ternyata mahir mamainkan tuts piano.
Saat Vandra menatap Mia, jantungnya berdebar cepat melihat binar binar di mata gadis itu. Vandra melihat bibir Mia yang ikut bergerak melantunkan bait demi bait lagu tersebut.
Suasana ruang musik begitu gembira saat cowo cowo juga yang biasanya malas, kini ikut bernyanyi terutama di bagian 'I'll be there'.
Tepuk tangan langsung bergema begitu Vandra menyelesaikan pianonya.
"Lagi Van." Begitu teriak para cewe cewe bersahutan.
Lalu Vandra pun memainkan lagu Terlalu Manis dari Slank.
Kelas kembali riuh .Kini suara cowo cowo begitu mendominasi.
Terlalu manis
Untuk dilupakan
Kenangan yang indah
bersamamu
Tinggallah mimpi
.....
.....
Kalau kita memang
Tak saling cinta
Tak kan terjadi
Mata Vandra menatap lembut Mia yang saat ini juga menatapnya penuh binar.
Kembali tepukan meriah setelah permainan piano Vandra berakhir.
"ibu ga nyangka kamu bisa main piano begitu bagus, Vandra. Padahal kamu sering bolos," puji sang guru penuh kagum sekaligus nyindir membuat teman temannya tertawa riuh.
Jarang anak cowo minat bermain piano, biasanya mereka memilih gitar atau drum, begitu pikir Bu Monika.
Vandra hanya tersenyum mendengar pujian dari gurunya.
"Ayo sekarang kita lanjut pelajaran tentang akord untuk lagu yang dimainkan Vandra," perintah Bu Monika.
Baru kali ini Vandra melihat Mia yang biasa tenang kini terlihat gugup. Ternyata pelajaran musik adalah kelemahannya, batin Vandra sambil tersenyum senang.
"Pentas seni bulan depan kamu ikut tampil ya, Vandra," putus Bu Monika langsung
Senyum Vandra langsung patah. Dia kurang suka menampilkan sisinya yang bukan gentle.
"Saya suka gugup bu kalo di panggung," tolaknya langsung.
"Nanti dilatih biar ga gugup," pungkas Bu Monika tegas.
"Bulan depan saya mungkin tanding bu," tolak Vandra lagi.
""Itu sebelum kamu tanding, Vandra," ucap Bu Monika mencoba sabar ngadapin kengeyelan murid yang ternyata memiliki potensi besar juga di bidang seni.
"Tapi saya kan harus latihan bu. Nanti malah pecah konsentrasinya." Masih saja pantang menyerah Vandra menolak.
"Vandra. Kamu cerewet banget, sih. Nanti ibu atur jadwalnya. Yamg perlu kamu kurangi itu jadwal nongkrong kamu," tandas Bu Monika galak membuat Vandra ga bisa membantah lagi. Akhirnya dia hanya memijat keningnya.
Teman temannya ada yang tersenyum dan ga sedikit yang tertawa mendengar kata kata Bu Monika yang terakhir, yang ga bisa dibantah lagi sama Vandra.
Mia memberikan senyum manisnya pada Vandra yang kini menatapnya tajam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
🔵 ⍣⃝ꉣꉣ𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍁ariista❣️
vandra tengil.. badboy.. tp berbakat.. semangat vandra.. 👍👏
2023-05-04
2