Alantta mengerutkan dahinya, melihat Rendra yang terlihat sedang menimbang-nimbang apa yang akan dia ucapkan.
"Ada yang Tuan butuhkan ?" Alantta bertanya kembali.
"Emm..to_tolong panggil direktur keuangan kemari" pintanya sedikit ragu
Alantta yang melihat gelagat pria itu sedikit merasa aneh, pasalnya dia tidak pernah melihat atasannya bersikap seperti itu di depan bawahan nya. laki-laki itu selalu bersikap tegas jika sudah berhubungan dengan pekerjaan. pria itu akan menunjukan sedikit kegilaannya hanya dengan keluarga dan sahabatnya termasuk Reno sang Direktur keuangan, dengan Reno pun Rendra akan bersikap tegas jika sudah berhubungan dengan kantor.
"Baik Tuan. akan saya panggilkan" dengan ragu-ragu Alantta kembali melanjutkan langkahnya keluar ruangan.
Alantta mendudukkan tubuhnya dikursi kerjanya, perempuan itu mulai menghubungi Direktur keuangan untuk menghadap sang CEO. setelahnya ia mulai menghidupkan layar komputer jari-jari lentiknya mulai memainkan keyboard dan membuka beberapa dokumen.
Taklama Direktur keuangan datang, laki-laki itu menghampiri Alantta.
"Pagi Alantta" sapanya dengan tersenyum lebar.
"Pagi juga pak Reno" jawab Alantta sopan
"Tuan mu memanggil saya ? sepertinya ada hal penting sampai dia memanggil saya melalui kamu. ada apa ?" tanya Reno yang malah duduk di kursi sebrang mejan Alantta.
"Saya tidak tau pak. Tuan hanya menyuruh saya untuk memenggil bapak saja" jelas Alantta kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Baiklah kalo begitu saya masuk dulu" ujar Laki-laki itu seraya berdiri sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Alantta.
Alantta hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Reno. ia sudah terbiasa mendapat perlakuan seperti itu dari Reno, laki-laki itu memang sedikit genit jika melihat perempuan cantik tapi pribadinya cukup baik menurut Alantta.
***
"Gila. makin hari makin cantik ajah sekertaris loe" ujar Reno yang baru masuk tanpa mengetuk pintu.
Reno memang sudah terbiasa bersikap seperti itu terhadap Rendra, persahabatan mereka sudah terjalin cukup lama dari mereka masih mengenakan seragam putih abu-abu.
Rendra mengangkat wajahnya melirik kearah Reno laki-laki itu meletaka berkas yang ada di tangan nya, beranjak melangkah kearah sofa dimana Reno sudah duduk.
"Jangan macam-macam dia sudah punya pacar" ucap Rendra sambil duduk di sofa bersebrangan dengan Reno
"loe pernah denger istilah kaya gini. Sebelum janur kuning melengkung semua masih bisa di rebut" Reno tertawa dengan kata-katanya sendiri ia melihat Rendra berdecak jijik mendengar ucapannya.
"Gue udah denger ribuan kali kata-kata itu keluar dari mulut loe, setiap kali loe lihat wanita cantik".
Reno tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Rendra laki-laki itu sama sekali tidak tersinggung dengan ucapan sahabatnya itu.
"Oh ya. ada apa loe manggil gue kemari ? tumben banget loe manggil gue pake sekertaris loe, biasanya langsung nelpon gue kalo ada apa-apa" tanya Reno yang baru mengingat niat awal kedatangannya.
"Gue pengen liat laporan terperinci keuangan triwulan"
"Lah, laporan itu kan udah gue kasih ke loe satu Minggu yang lalu. lagian mana pernah gue telat ngasih laporan kinerja keuangan triwulan dan Tahuna" jelas Reno
"loe udah ngasih laporannya. ko gue gak inget" ucap Rendra dengan memasang raut wajah taterbaca.
Reno menggeleng-gelengkan kepalanya. "Wah gila, loe nyuruh gue kesini cuma mau nanyain itu doang. loe kan bisa langsung telpon gue kalo engga tanya sekertaris loe"
"Gue lupa. yasudah keluar Sana" usir Rendra tanpa memperlihatkan ekpresi bersalah sedikitpun.
"Loe gak ada niat buat nawarin gue minum gitu, loe tahu kan gue dari lantai sebelas turun kelantai delapan cuma buat nemuin loe"
"Keluar. kerjaan gue masih banyak" ujar Rendra sambil beranjak kembali lagi kemeja kerjanya.
Reno keluar dengan wajah kesal, laki-laki itu mengalihkan pandangan nya kearah Alantta dan menghampirinya.
"Bos kamu gak jelas banget tuh" ucapnya.
Alantta mendongak menatap Reno yang sudah ada didepannya.
"Bukannya itu juga Bos bapak"
"iya juga ya".
***
"Tok tok" suara ketukan pintu terdengar di ruangan Rendra.
"Masuk" ucap laki-laki itu tanpa memalingkan wajahnya dari berkas- berkas yang dia pegang.
terlihat Alantta dari balik pintu, perempuan itu berjalan masuk dan berhenti tepat didepan meja kerja Rendra.
"Ada apa ?" tanya Rendra yang masih fokus dengan pekerjaannya.
"Nyonya dan Tuan Besar ingin makan malam bersama anda di Mansion"
"Mereka menghubungi mu ?" Tanya Rendra yang sudah menatap Alantta.
"Ya Tuan. mereka bilang sudah mencoba menghubungi anda tadi"
Rendra meraih ponselnya, dan melihat beberapa panggilan tak terjawab dari mamah nya. ia menatap Alantta "Apa kau ada acara setelah pulang dari kantor ?" tanya laki-laki itu.
"Apa Tuan ingin saya ikut dengan anda" bukannya menjawab, perempuan itu malah bertanya balik.
"Ya. kau pasti sudah tau apa yang akan dibahas disana"
"Baik saya akan ikut dengan anda" jawab Alantta.
Alantta masuk kedalam mobil, disana sudah ada Rendra yang duduk di bangku kemudi.
"Anda tidak meminta sopir untuk mengantar kita ?" Tanya Alantta
"Tidak perlu, aku ingin mengendarainya sendiri" laki-laki itu mulai melajukan mobilnya dan meninggalkan kantor.
Ini bukan pertama kalinya Rendra membawa Alantta ke Mansion, dia sudah tau apa yang akan dibahas disana tidak jauh dari perjodohan. dengan membawa Alantta kesana ia bisa sedikit menghindar dari pembahasan itu. ya Alantta bukan hanya bekerja mengurus kantor saja gadis itu juga mengurus kehidupan pribadi atasannya.
setelah sampai di Mansion Rendra dan Alantta keluar dari mobil, mereka berjalan memasuki Mansion itu didalam sudah ada Adwinata dan Maria yang sedang duduk di ruang tamu .
"Akhirnya anak mamah datang juga" Maria berdiri menghampiri Rendra dan memeluk putranya. perempuan itu beralih menatap Alantta yang berdiri di sebelah Rendra.
"mamah pikir kamu bawa calon menantu buat mamah. apa kabar Alantta" lanjutnya sambil beralih memeluk Alantta .
"Baik nyonya" jawab Alantta
"Sudah berapakali aku bilang jangan panggil nyonya, panggil sajah tante" ucap Maria sambil menggandeng tangan Alantta untuk duduk di sofa yang di ikuti Rendra dari belakang Alantta hanya mengangguk tanda mengerti.
Alantta menghampiri Adwinata seraya menjabat tangan dan memberi salam.
"Bagai mana kabar papah" tanya Rendra menghampiri papahnya.
"Papah baik-baik saja, asalkan rutin cekup kondisi papah akan baik-baik saja" jawabnya
lima tahun yang lalu Adwin terkena serangan jantung hingga menyebabkan dirinya koma selama satu minggu. dari situlah pertama kali Rendra menggantikan posisi papahnya.
Mereka sudah berkumpul di meja makan, Alantta duduk di samping Maria perempuan itu tidak merasa gugup sedikitpun karena ini bukan kali pertama ia duduk di tengah-tengah keluarga Adwinata. menjadi sekertaris pribadi Rendra Alantta selalu ikut kemanapun pria itu pergi kapanpun Rendra meminta, meski begitu Alantta tidak merasa keberatan sedikitpun keluarga Rendra yang menyambutnya dengan hangat meski Alantta hanya seorang kariawan membuat Alantta seperti memiliki keluarga baru, mengobati rasa rindunya terhadap keluarganya di Bandung. terutama Maria yang sangat menyukai kehadiran Alantta.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments