Alantta tengah duduk di atas sofa bersama Maria. Setelah acara makan malam tadi Adwin meminta Rendra untuk ikut dengannya, laki-laki paruh baya itu ingin berbicara empat mata dengan putranya dan Alantta yang berakhir di atas sofa ini bersama Maria.
"Bagaimana Alantta, apakah Rendra masih seperti itu ?" Tanya Maria dengan semangat
"Maksudnya seperti itu apa Tante" Alantta sedikit bingung dengan pertanyaan Maria.
"Maksud Tante seperti ini" wanita itu membenarkan posisi duduknya menghadap Alantta." Apakah sampai saat ini Rendra masih tidak ingin berhubungan dengan wanita ?"
"Saya tidak tau Tante. Tapi selama dua tahun bekerja dengan tuan Rendra saya tidak pernah melihat tuan berkencan dengan siapapun"
Maria menghela nafas kasar, wanita itu terlihat sangat kecewa mendengar jawaban Alantta."Ini semua gara-gara perempuan itu, Ah..kenapa Rendra bisa jatuh cinta dengan perempuan seperti itu"
"Perempuan itu. Siapa ?" Alantta replek menutup mulutnya dengan kedua tangannya, sepertinya mulutnya tida bisa menahan rasa keingintahuan nya.
Maria menanggapi pertanyaan Alantta, wanita paruh baya itu malah menceritakan semua kisah tentang Rendra dan mantan kekasihnya. Sesekali Maria mengeluarkan umpatan kekesalannya pada perempuan itu.
Rendra sudah duduk di salah satu sofa yang berhadapan dengan papahnya. Sesuai dugaan nya ia pasti akan berakhir di dalam ruangan ini setiap kali orang tuanya memintaya pulang. Jika saja dia tidak membawa Alantta sudah di pastikan Maria juga akan ada di sini, membuat pembahasan yang menurutnya tidak penting semakin panjang. Ya..tugas Alantta disini hanya untuk menghandle Maria.
"Rendra bagaimana keadaan perusahaan" suara itu membuat Rendra mengangkat wajahnya menatap sang papah.
"Perusahaan baik-baik saja pah" Rendra menjawab seperlunya dia sudah tau menanyakan perusahaan hanyalah pertanyaan basa basi.
"Baiklah, papah tidak ingin basa-basi. Om Mahendra ingin menjodohkan kamu dengan Clara" Adwin menghentikan perkataannya sejenak.
"Menurut papah itu hal yang baik, mengingat kamu dan Clara sudah saling mengenal" lanjutnya
Rendra berdecak sebal, laki-laki itu menatap wajah papah nya. Jika saja papah nya berada di Medan perang semangatnya patut di acungi jempol laki-laki paruh baya itu tida mudah menyerah untuk segala sesuatu yang ia inginkan. Termasuk mencarikan jodoh untuk anaknya.
"Yang benar saja pah Clara itu masih kecil bagi aku. kuliah saja baru masuk"
"Papah juga pasti sudah tau kalo aku sama sekali tidak tertarik dengan perjodohan" ucap Rendra yang langsung berdiri berniat meninggalkan ruangan itu.
"Papah belum selesai bicara Rendra" ucap Adwin yang ikut berdiri.
Rendra menghentikan langkahnya, laki-laki itu terdiam mendengarkan kembali ucapan papahnya.
"Papah hanya ingin yang terbaik buat kamu. Papah ingin suatu saat nanti ada yang meneruskan perusahaan kita"
"Apa papah lupa waktu dulu, saat aku sama sekali tidak berniat untuk masuk dalam dunia bisnis. Alasan itu yang selalu papah gunakan untuk membujuk ku"
"Sampai akhirnya aku mengalah. aku sudah meneruskan perusahaan papah sekarang. Aku minta maaf pah untuk kali ini aku tidak bisa menuruti keinginan papa"
Rendra kembali melangkahkan kakinya. saat hendak meraih gagang pintu laki-laki itu berbalik dan kembali berucap "aku hanya akan menikahi wanita yang aku pilih"
***
Alantta beranjak dari duduknya saat melihat Rendra sudah keluar dari ruangan papahnya.
"Apa sudah selesai Tuan ?" Alantta bertanya saat Rendra sudah menghampiri nya.
"Ya. kita pulang sekarang" jawab laki-laki itu tanpa ekspresi.
"Ko..pulang kenapa gak nginep ajah" ucap Maria.
"Nanti saja mah, Rendra harus mengantar Alantta pulang" laki-laki itu mencium pipi mamahnya sekilas dan beranjak pergi.
Alantta yang masih berdiri di samping Maria pun berpamitan, wanita itu berjalan cepat mengejar Rendra.
Rendra melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, laki-laki itu melirik Alantta yang sedang memejamkan matanya.
"Ini masih jam lemburmu Alantta"
"Biarkan saya tidur sebentar saja Tuan" perempuan itu membenarkan posisinya.
Rendra bisa mendengar suara Alantta yang melemah, dia tau gadis itu pasti sangat lelah akhirnya ia membiarkan perempuan itu tertidur.
dia melirik wajah Alantta lagi dan mengulas senyuman di wajahnya, hanya perempuan ini yang mampu bertahan menjadi sekertaris nya selama dua tahun lamanya, semua pekerjaan yang di lakukan perempuan itu selalu memberikan hasil yang memuaskan.
selama lima tahun menjabat sebagai CEO Rendra tidak pernah menemukan sekertaris yang membuat dirinya puas dalam kinerja kerjanya, sekertaris yang sudah-sudah hanya mampu bertahan beberapa bulan saja.
Rendra menghentikan mobilnya di parkiran Apartemen Alantta, laki-laki itu membangun kan Alantta perlahan-lahan.
Alantta mengerejap, gadis itu mengusap wajahnya.
"Apa sudah sampai ?" Tanyanya
"Ya" jawab Rendra singkat
gadis itu berdehem ia memalingkan wajahnya kearah Rendra."Terimakasih tuan" ucap nya.
Rendra tidak menjawab. laki-laki itu hanya mengangguk.
Alantta keluar dari dalam mobil, ia berjalan memasuki gedung apartemen nya.
tangan nya memencet tombol lift menuju kelantai atas dimana kamarnya berada.
Setelah masuk kedalam kamar Alantta merebahkan tubuhnya di atas kasur , menatap langit-langit kamar ia memejamkan matanya hingga dering ponselnya berbunyi. tangannya meraih ponsel itu dan melihat Nama Ariel tertera di sana bibirnya tersenyum lebar jarinya menggeser icon berwarna hijau.
"Kamu sudah makan sayang ?" suara itu membuat senyum Alantta semakin melebar.
"Aku menghubungi mu jam tujuh tadi, tapi kamu tidak menjawab kupikir kamu belum pulang" lanjut Ariel.
"maaf ya..mungkin tadi ponselku di dalam tas" jawab Alantta manja
"tidak apa-apa, aku hanya ingin memastikan kamu suadah makan atau belum" suara itu terdengar sangat lembut di telinga Alantta.
Ya Tuhan kebaikan apa yang ia lakukan hingga ia memiliki kekasih yang begitu pengertian, laki-laki itu selalu absen setiap harinya untuk menanyakan kabar nya.
"Apa kau baik-baik sajah" Ariel bertanya kembali karena tidak mendapi jawaban dari
kekasihnya.
"Iya. a_aku baik-baik saja sayang" perempuan itu gelagapan bisa-bisa nya ia melamun disaat sedang berbicara dengan Ariel.
"Dan aku juga sudah makan" lanjut nya
"Yasudah kilo begitu kamu. pasti cape banget kan, bersihkan badanmu dan tidurlah" titah Ariel
alantta mengangguk meski dia tau Ariel tidak akan melihat itu, mereka mengakhiri sambungan teleponnya.ia meletakan ponselnya di atas nakas dan beranjak meraih handuk, perempuan itu berjalan masuk kedalam kamar mandi.
Rendra mbuka pintu setelah memasukan sandi apartemennya. tangannya meraih saklar lampu dan menghidupkan nya ia berjalan kearah dapur dan mengambil sebotol air dari dalam kulkas lalu meneguknya sampai tandas.
laki-laki itu berjalan kembali masuk kedalam kamar, ia mendudukkan tubuhnya di atas kasur tangan nya memijat pangkal hidungnya.
pembangunan perumahan yang baru akan dimulai membuat pekerjaannya memupuk dan menyita banyak waktu, itu saja sudah cukup membuatnya pusing belum lagi hari ayahnya membahas masalah perjodohan yang membuat dia semakin prustasi.
Rendra beranjak masuk kedalam kamar mandi, mungkin membasuh tubuhnya dengan air dingin bisa membuat pikirannya kembali jernih.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments