Selama perjalanan pulang, Alan terus mencari topik pembicaraan dengan Freya. Gadis itu menjawab sekenanya saja.
"Sampai di rumah, obatin lagi ya Frey. Ganti plester-nya,"
"Iya,"
"Iya doang?"
"Hm,"
"Jutek banget. Aku makin sayang loh,"
"Bodo amat," sahut Freya cepat. Namun bibirnya tak sadar tersenyum.
Alan yang melihat itu di kaca spion pun hatinya berdesir hangat.
"Kalau senyum gitu kan cantik,"
"Gue kasih tau ya! Semua cewek di lahirkan cantik. Kalau ganteng kan gak mungkin," jelas Freya mewakili cewek-cewek yang sering di goda cantik oleh cowok emperan.
"Iya deh,"
Rumah biasa dengan nuansa hijau oleh tumbuhannya. Pagar hitam yang menjulang tinggi, dengan satpam yang berjaga disana yang tengah membaca koran.
"Makasih," dan Freya pergi begitu saja.
"Makasih doang? Yang lain gitu,"
Dan Freya menghentikan langkahnya.
"Selamat sore," Freya membuka pagar rumahnya.
"Ck, gak peka banget sih. Bukan itu," namun percuma, Freya sudah masuk.
...❄❄❄...
Di hari Rabu ini, lapangan basket SMA Andromeda sudah di penuhi penonton. Entah dari sekolahnya, atau yang lawan.
Freya, Haula, Kylie dan Sherina duduk memperhatikan cogan-cogan yang ada.
"Frey, Alan ganteng banget sih," Haula memekik senang. Hingga beberapa siswi di dekatnya menatap horror.
"Masih jomblo lagi. Embat lah Frey, nanti di ambil yang lain loh," Kylie menyemangati.
"Sorry, gue masih belum bisa buka hati lagi," tukas Freya dingin.
Jika sudah seperti itu, Kylie hanya terdiam. Freya masih trauma dengan masa lalunya.
Alan menelisik tribun penonton, merasa di perhatikan para cewek-cewek pun geer sendiri.
"Aaa, Alan ngelihat ke arah gue dong!"
"Alan! Notice me!"
"Alan! Semangat sayang!"
Freya menyumpal kedua telinganya dengan earphone. Menyetel lagu random dengan volume 4, suara-suara itu mengusiknya.
Alan tersenyum setelah menemukan Freya yang tengah fokus dengan ponselnya.
"Freya!" teriaknya memanggil cewek itu. Sontak saja Freya menjadi pusat perhatian.
Haula menyenggol Freya.
"Ck, lepas dulu tuh earphone lo!"
"Di panggil Alan tuh," tunjuk Kylie.
Freya risih di perhatikan semua orang.
"Freya! Semangatin aku dong sayang!" teriak Alan lantang, cewek-cewek di tribun itu berbisik-bisik. Para cowok hatinya patah. Freya sudah ada yang punya.
"Semangat lan," ucap Freya lesu.
Mendengar itu Alan kurang puas. Ia menghampiri Freya. Menyuruh gadis itu turun dari tribun penonton.
"Kenapa gak semangatin aku? Kaki kamu udah sembuh kan?" Alan berjongkok ingin mengecek kaki Freya, namun cewek itu menolaknya.
"Ih, jangan bikin malu ah. Di liatin tau!" lirih Freya manja.
"Ngapain malu? Gak usah malu. Sekarang semangatin aku dong, mumpung lagi di deket kamu nih," goda Alan mengedipkan matanya lucu.
Freya berjinjit membisikkan sesuatu.
"Semangat, menangin dong," lalu Freya menjauh dan kembali ke tempat duduknya.
Alan merasa geli dengan hembusan nafas Freya.
"Makasih," ucap Alan tanpa suara.
Cewek-cewek yang geer dan baper itu berteriak histeris. Alan yang se-dekat ini membuat perhatian kaum hawa selalu berpusat dengannya.
Alan kembali bergabubg dengan tim-nya.
Sedangkan geng Prisma sebagai tim basket dari SMA Nusa Bangsa itu tak henti memperhatikan Alan dengan cewek bernama Freya itu.
"
Oh jadi itu pacarnya Alan?" tanya Bara curiga.
"Wah, bakalan seru nih," Takeyo sebagai cowok nakal pun senang. Dia adalah pindahan dari Jepang 4 tahun yang lalu.
"Boleh juga," Argha si playboy sedang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Freya.
"Enak aja. Itu jatah gue," sanggah Bara tak terima.
"Biasa aja dong Bar," lerai Takeyo. Argha dan Bara tak akan bisa berhenti berdebat.
"Kalau SMA Andromeda kalah. Freya jadi milik gue sepenuhnya," tukas Bara dengan senyum liciknya.
"Jangan gitu Bar. Kita susun dulu rencananya," Takeyo si cerdas cermat itu memberikan sebuah ide.
"Rencana apa? Awas aja ya kalau gagal," ancamnya. Takeyo itu di ragukan. Rencana cowok itu selalu gagal, kemungkinan berhasil adalah sekitar 0,01%.
"Kita buat taktik, jangan kasih kesempatan Alan atau pun Andri buat masukin bola ke ring. Mereka berdua itu jagoannya. Usahain, kecoh aja. Atau gak, rolling bola basket itu ke tim kita aja. Jadi, kemungkinan menang itu banyak. Setuju gak?" Takeyo menjelaskan pelan-pelan.
"Ha? Apa? Ulang dong. Takoyaki!" Argha yang pendengarannya sedikit terganggu membuat Takeyo kesal setengah hidup.
"Takeyo! Makan mulu pikiran lo!" semprotnya ngegas, entah rem-nya kemana.
"Udah, jangan berantem. Argha emang gak tau apa-apa. Buat tim cadangan aja deh," tukas Bara seenak makanan lezat saja.
"Gak! Gue juga mau dong jadi tim utama bukan cadangan mulu!" protes Argha tak terima.
"Protes sekali lagi, gue keluarin dari tim basket," ancam Bara galak. Argha terdiam. Bara tak pernah main-main dengan ucapannya, seperti namanya bak api yang bisa membakar apa yang ia jangkau.
"Baiklah, kita saksikan pertandingan basket antara SMA Andromeda dan SMA Nusa Bangsa," pak Mushollin sebagai pembawa acara itu berteriak lantang dan di sambut tepuk tangan dari para penonton.
SMA Andromeda di sisi kiri, sang lawan berada di kanan. Biru dan merah. Alan sebagai ketua tim. Begitu pun Bara. Keduanya saling tatap dengan tajam.
"Gue garuda," pilih Alan memegang uang koinnya yang akan di lempar, siapakah yang akan bermain lebih dulu.
"Lo angka," tunjuk Andri pada Bara.
"Oke, lempar aja," dan Bara yakin dirinyalah yang main lebih dulu. 'Gue tau peluangnya apa. Karena gue adalah tuan matematika, dimana peluang bisa di dapatkan dengan mudah. Alan garuda, gue koin. Komposisi menang empat banding dua. Hasilnya dua kali lemparan masih melayang, berakhir dengan angka. Alan, lo bodoh banget,'
Uang koin pun di lempar melayang. Semuanya cemas dengan berakhirnya garuda atau angka.
Perlahan koin itu melambat dan terjatuh menampilkan angka 500 perak disana. Bara tersenyum menang.
"Well, tadi yang ngeremehin angka jangan lagi ya,"
"Halah, ini pasti akal-akalan lo kan?!" Andri terlusut emosi.
"Bilang aja lo main jampi-jampi," sahut tim basket yang lain.
Tak terima, Takeyo meluruskanya.
"Terima saja kenyataan ini. Karena keberuntungan selalu berpihak pada yang jahat," ia tertawa remeh.
"Dalam hitungan ketiga, pertandingan basket akan di mulai. Satu...dua..tiga! Mulai!" pak Mushollin meniup peluitnya.
Bara mulai memantulkan bola basketnya. Ia berusaha mengarahkannya di ring lawan, namun Alan dan Andri selalu menghadangnya.
"Kalian berdua minggir!" tekan Bara emosi.
Andri tersenyum licik. "Lo mau main seenaknya ya? Gak bisa!" ia meraih bola basket itu, sesekali ia mengira-ngira rumus ala pythagoras sebelum memasukkan ring lawannya, ah bak kucing mau melompati genteng saja.
"Bar! Ayo!" Takeyo melempar kode.
Bara mengangguk. "Ok," ia menjegal kaki Andri, cowok itu tersungkur.
Para penonton memekik, siswi SMA Andromeda khawatir dengan keadaan Andri.
Alan menghampiri Andri. "Ndri. Lo gak papa kan?" tanyanya khawatir.
Andri bangkit.
Keadaan itulah Bara memanfaatkannya. Bola basket itu masuk dengan mulus ke ring.
"Yess!" pekiknya senang.
Alan yang melihat itu pun memarahi tim-nya.
"Kalian gimana sih? Jangan peduliin Andri doang. Itu kalian kebobolan tau!" tekan Alan emosi.
"Maaf lan. Kita gak kosentrasi,"
"Iya, kita khawatir sama Andri,"
"Kalian tenang aja. Gue gak papa kok," Andri tersenyum meskipun lututnya memerah tergores tanah berkerikil itu.
"Kok main curang gitu sih!" protes Haula tak terima.
"Ya wajar aja sih. Dia mau menang sendiri," jelas Freya.
"Tapi gak gitu juga dong. Sportif lah!" Kylie menambahi. "Kalau di biarin terus, SMA kita bakalan kalah," kesalnya ikut emosi.
Pertandingan berlanjut, tim SMA Andromeda mengungguli poin saat ini. Namun geng Prisma tak akan tinggal diam saat di berikan waktu istirahat sebentar.
"Ok, kelemahan Andri cuman cewek cantik. Jadi, lo kibulin aja dia," jelas Bara memulai rencananya.
"Ok," Takeyo sebagai andalan tim mereka pun mengangguk faham.
Pertandingan di mulai kembali. Bola basket itu berada di bawah kekuasaan Andri. Takeyo menghadangnya.
"Ndri. Ada cewek cantik yang nyamperin lo tuh," tunjuknya dengan dagu. Dan Andri pun menoleh ke belakang, dengan sigap Takeyo mengambil alih bola basket itu.
Alan menepuk bahu Andri. "Lo di bohongin ndri," ucapnya dingin.
"Ha? Awas aja ya!"
"Jangan cewek mulu pikiran lo!" tekan Alan tegas.
"Ya abisnya gue jomblo lan,"
Vano yang melihat itu ingin mengadu pada Tirta. Ia melirik cowok itu di sampingnya.
"Emosi gak lo?" tanyanya memastikan.
"Kalau bisa gue acak-acakin tuh rambut!" greget Tirta meninju tangannya bak siap menonjok Andri.
"Kamu gak boleh gitu Tirta. Kasihan Andri, nanti dia ke salon lagi gimana," ujar Algi si polos yang tak tau apa-apa.
"Biarin aja. Lagian ngapain sih mikirin cewek terus?" Tirta memang jomblowan, hatinya tertutup rapat bak di lockdown saja.
Tim basket Alan selalu di halangi oleh geng Prisma itu. Aksi dorong, serta menjegal beberapa pemain hingga terjatuh. Cara Bara dan tim-nya bermain memanglah curang. Tapi kemenangan itu memang berpihak padanya.
Pak Mushollin meniup peluitnya.
"Pertandingan ini di menangkan oleh SMA Nusa Bangsa. Berikan tepuk tangannya,"
Beberapa penonton malah memaki tim menang itu dengan cara curangnya.
Andri pun emosi dan berusaha memukuli Bara, Alan berusaha menahannya namun kuwalahan. Tim-nya pun ikut menenangkan Andri agar tidak tersulut emosi.
"Gak terima lo? Udahlah, kalian itu gak pantes menang," Takeyo si kompro gas itu membuat keadaan semakin hot saja.
"Awas aja lo! Gue uyel-uyel jadi menjeng mau?" tantang Andri dengan gagahnya.
"Temen lo tuh. Sembuhin dulu, kayaknya gila," Bara tertawa remeh.
"Ndri. Yuk ke kantin aja," ajak Alan. Berdebat dengan Bara membuang waktu tak bisa ku putar kembali bak sebuah lagu saja.
Pertandingan usai beberapa dari mereka memilih ke kelas.
Freya dan ketiga sahabatnya itu ke kantin juga. Selama pertandingan tidak di perbolehkan ke kantin sebelum selesai.
"Curang banget sih! Jadi kalah kan!" kesal Haula yang masih greget dengan tim SMA Nusa Bangsa itu.
"Udahlah, gak papa. Lagian ini kan tanding basket doang," Sherina menengahi.
"Tapi kan keterlaluan Sher! Tim basket sekolah kita bisa luka! Gak liat tadi di jegal terus? Di dorong sampai jatuh gitu," sanggah Haula tak terima.
Alan yang melihat Freya menuju kantin pun menghampiri cewek itu.
"Frey," panggilnya saat di sebelah Freya. Cewek itu menoleh.
"Kenapa lan?" Ia menyadari raut kecewa disana. Freya tau Alan tak bisa memegang janjinya.
"Aku gak nepatin janjinya buat menang. Maaf ya, aku gagal," Alan merasa bersalah.
Merasa obat nyamuk sudah merajalela bagi yang jomblo, Haula, Kylie dan Sherina pun menjauh.
Freya yang di tinggal begitu saja dan ingin menyusulnya di tahan oleh Alan.
"Sama aku aja,"
Andri di belakangnya pun berdehem. Masih ada makhluk hidup juga di sekeliling Alan yang tak seharusnya di cuekin.
"Ehheemm. Terus gue sama siapa nih?" tanyanya kura-kura dalam perahu pura-pura tak tahu bulat.
"Vano, Tirta, Algi dan Reno bisa kan sama lo? Udah ah jangan ganggu," Alan mengibaskan tangannya bak mengusir ayam yang memakan padi di jemur tanpa izin saja.
"Hiks teganya kau," Andri nangis bohongan. Alan tak peduli, toh nanti Vano dan yang lainnya ke kantin juga.
"Kasihan dia nangis tuh. Mana penjual balon disini gak ada lagi," ujar Freya saat sudah duduk satu meja dengan Alan. Ia juga melirik ketiga sahabatnya yang hanya selisih dua meja dari arah jam 12.
Mereka terkikik. Freya duduk satu meja dengan seorang cowok baru saja? Perlu di ukirkan dalam peritiwa bermakna.
"Eh gak nyangka ya, Freya udah gede," ucap Haula masih tak percaya. Sebelum makan bergosip dulu.
"Iya, sama gue juga. Padahal dulu Freya galak loh sama Alan. Eh sekarang lembut luluh gitu aja," Kylie membenarkan. Terakhir Freya mengakhiri hubungannya dengan Leo saja.
Alan yang tau Freya sedang kepo dengan kegosipnersis itu pun faham.
"Frey, mau makan apa?" dengan ragu Alan membuka sesi pembicaraan.
"Gue gak laper. Lo makan aja," lagi diet lan, gue gak mau gendut, batinnya.
"Makan ya Frey. Nanti sakit," ucap Alan perhatian.
"Gak lan. Gak usah," tolak Freya tanpa melihat Alan. Ia tak ingin lebih jatuh lagi dengan teduhnya tatapan Alan. Mengingatkannya dengan sang ibu yang kini jauh berbeda.
Flashback on
Freya membuka pintu ruangan dimana ibunya tengah di rawat. Rumah sakit jiwa.
Winda hanya duduk termenung menatapi dinding putih itu dengan kursi roda yang selalu menemaninya
Freya membawakan sebungkus makanan kesukaannya, nasi goreng buatannya sendiri.
Freya berjongkok di hadapan sang ibu.
"Bu, ayo makan. Freya udah masakin nasi goreng kesukaan ibu nih. Di coba ya," Freya yang akan menyuapkan itu pun di tepis dengan kasar oleh ibunya.
Nasi goreng itu tercecer di lantai, sebuah perjuangan baginya saat memasak itu. Dirinya tak pandai memasak, namun menurut resep yang di anjurkan di YouTube ia berhasil.
"Pergi kamu! Kamu selalu membawa masalah! Saya tidak sudi lagi melihatmu!" teriak Winda berang hingga seorang perawat pun datang memasuki ruangannya.
"Maaf, sikahkan anda keluar," tutur perawat itu tegas.
Dengan hati yang hancur setiap ia menjenguk sang ibu, Freya keluar dengan tangisan yang tak dapat lagi di tahan.
Flahsback off
Alan menggunang bahu Freya. Gadis itu menangis.
"Kamu kenapa Frey?"
Haula, Kylie dan Sherina yang melihat itu pun menghampiri Freya.
"Frey lo kenapa?" tanya Haula khawatir.
"Alan udah nyakitin lo ya? Heh! Lo apain Freya huh?!" ketus Kylie berkacak pinggang.
"Freya nangis gitu aja. Aku gak tau apa-apa," ia masih belum mengerti lebih dalam kehidupan Freya, bahkan untuk masuk saja sulit. Cewek itu lebih menutup diri darinya.
...❄❄❄...
...Like-nya sebagai apresiasi bagi saya...
...Berikan komentarmu ttg mereka...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Mpitryu99
lanjut thoorrr
2020-11-18
1