AVATAR
Sebuah kertas yang melayang dan mengenai kepala seseorang.
Tuk!
Vano memegangi kepalanya. Ia mengambil kertas itu. Pandangannya menelisik seisi kelas, mencari sang tersangka.
"Siapa sih yang ngelempar kertas? Jangan bikin kelas kotor ah, mau gue denda limapuluh ribu lagi?" Vano berdiri, berkacak pinggang. Sebagai orang pecinta kebersihan, sampah-sampah kecil hingga besar pun perlu di buang pada tempatnya. Bukan di lempar kesana dan kemari.
Alan memutar bola matanya jengah. "Yaelah, biasa. Kelas kita mah suka lempar-lemparan kertas. Terima aja dengan lapang dada dan keikhlasanmu," ujar Alan se-enteng angin saja.
Sedangkan Algi lebih asik dengan dunia mimpinya. Tukang tidur memang.
Tirta? Cowok pendiam itu berkutat dengan soal-soal matematika.
Reno yang duduk paling belakang dan tengah menyendiri itu menyelesaikan tugas Akuntansi yang akan di kumpulkan minggu depan.
Andri yang paling aktif saat jamkos, cowok itu bergabung dengan geng sableng abang jago. Ada yang merekamnya, lihatlah kelas 11 IPS 3 (SEBIGA) di juluki kelas paling rusuh saat jamkos.
Di tambah lagi Bara, menyetel lagu DJ melalui laptop serta sound system kecil miliknya sendiri. Lagu abang jago dan DJ bersatu padu.
Vano mengusap dadanya sabar. "Astaga, kenapa gue di kasih temen kayak Andri sih? Hiks," ucap Vano dramatis, pura-pura menangis.
Alan menahan tawanya saat Andri menggerutu protes kepada Bara agar mematikan lagu DJ itu.
Andri lucu, tak ada cowok yang mau bertingkah luar biasa selain dirinya. Joget abang jago dengan kelambu kelas yang tak terpakai itu di ikatkan di kepala Andri layaknya SuperMan.
"Matiin dong Bar! Lo ganggu kita nih. Gue gak mau ah, kalau ada backsound DJ yang masuk tanpa izin di tiktok gue," kesal Bara dengan berkacak pinggang.
Para cewek di kelas itu pun tak henti menatap Andri, si pelawak SEBIGA penghibur lara. Tak perlu khawatir galau di putuskan pacar, ada Andri solusinya.
"Sayang banget ya. Andri itu ganteng tapi banyak tingkah,"
"Gak ada kalem-kalemnya sih. Mana ada yang mau sama dia. Gue mah ogah,"
Kritikan pedas dari cewek-cewek penggosip itu membuat Andri merasa tersindir. Andri menggampirinya. "Masa sih gak tertarik sama aku? Nantangin nih?" Andri menaik-turunkan alisnya. Saatnya tebar pesona bin karisma.
Cewek penggosip itu berpura-pura membaca buku. Mau bagaimana pun, Andri itu si playboy cap ikan piranha.
Alan dan Vano menertawakan nasib malang Andri yang di abaikan cewek sekelas sendiri.
Wajah Andri berubah masam. "Puas lo?"
Alan menggeleng kuat. "Belum puas aku," jawabnya ambigu. Langsung mendapat cubitan maut dari Tirta, si cowok tegas dan penuh wibawa itu.
"Mulutnya," peringat Tirta dingin. Alan menyengir. Tirta paling peka.
Antonio memasuki kelas dengan berlari. Duduk lalu anteng seperti akan ada manusia yang memasuki kelas SEBIGA.
"Ada apaan?" tanya Andri. Ia menyuruh perekam profesionalnya kembali pada habitatnya. "Kalian boleh balik," perekam, penjogetnya pun duduk kembali.
Suara sepatu menggema itu membuat merinding sekaligus mencekam suasana. Bu Sayuti memasuki kelas SEBIGA.
Dengan map berisi harta karun soal-soal super rumit itu, membuat kelas SEBIGA panas-dingin. Apa yang akan terjadi?
Saat bu Sayuti sudah duduk, di mulailah pembukaan pelajaran Sejarah. Rasa kantuk dan bosan melanda penghuni kelas SEBIGA.
Penjelasan demi penjelasan mengenai Sejarah perkembangan tekhnologi berlalu.
...❄❄❄...
Bel istirahat berbunyi, kelas SEBIGA ricuh. Bu Sayuti sudah memakluminya.
"Sampai disini, saya harap kalian sudah faham. Sekian dari saya, terima kasih. Kalian boleh istirahat," bu Sayuti pergi. Seisi kelas berhamburan keluar, saatnya ke kantin bagi yang lapar, saatnya ke perpustakaan bagi pecinta buku.
Alan sebagai ketua geng AVATAR berada di tengah, sayap kanan terdiri dari Vano, Algi dan Tirta, sayap kiri terdiri dari Andri dan Reno. Selama perjalanan menuju kantin itu, jeritan histeris bagi kaum hawa bersahutan dan rusuh sendiri.
"Alan pacarkuu!"
"Uh, Tirta cool deh,"
"Algi!! Unyu-unyu gumush!!"
"Reno!!! Oppa-ku!!"
"Kasihan, nama lo gak di sebut," celetuk Vano menyindir Andri.
Yang di sindir pun berubah masam bak asam saja. "Ye, tapi kalau kata mak gue tetep ganteng," ujarnya percaya diri.
Tempat duduk keenam geng AVATAR pun strategis nan grografis. Tengah, pinggir sedikit, sebelah pohon, meja nomor 4.
"Gue mau-" belum selesai Andri berkata. Tirta menyahut.
"Pesen aja sendiri!" potong Tirta ketus
"Sadis amat lo ta,"
"Yaudah, biar gue aja yang pesenin. Mau apa?" akhirnya Algi menawarkan dirinya.
"Gue seblak level 3 sama susu ya," itu Alan. Si pecinta pedas-pedasnya sambel lebih pedas ucapan tetangga bukan?
"Cilok beranak telur pedesnya 5 sendok teh. Gak pake gubis!" walaupun di akhir ucapannya ngegas, Algi memaklumi memang inilah Vano.
"Bakso granat pedesnya 5 sendok ya. Minumannya samain kayak Alan," selain Vano, Andri juga suka cilok saudara kandungnya bakso.
Algi beralih pada Tirta dan Reno.
"Kalian berdua?"
"Roti," jawab Tirta sesingkat-singkatnya.
"Gak ada duit nih," wajah Reno memelas agar ada yang bersimpati padanya. Traktir misalnya. Masalah utang belakangan.
"Gue bayar. Mau apa? Cepetan! Keburu bel masuk!" tekan Algi ngegas, tidak sabaran memang.
"Nasgor dua ya? Terus, minumnya..." Reno tampak berpikir, mengetukkan telunjuk pada dagunya. "Es degan ya. Yang dingin loh," tambah Reno santai. Terkadang bukan es degan lagi rupanya, rasanya sama seperti air biasa, bukan odading mang oleng ya.
"Oke, tunggu sebentar mas-masnya," Algi mode banci, Tirta yang geregatan pun menggebrak meja pelan. "Cepetan!" tekannya galak.
Setelah menunggu sekian lama bak kabar dia tak jelas bagaimana, Algi datang dengan bantuan si penjual makanannya masing-masing membawakan pesanan kelima temannya itu.
"Bu Yanti letakkan seblak sama susu kotak di Alan. Pak Ujang letakkan cilok beranak telur pedesnya 5 sendok teh gak pakai gubis di Vano. Pak Tajid letakkan bakso granat pedesnya 5 sendok minumnya samain kayak Alan di Andri. Bu Yuyun letakkan nasgor di Reno. Ta, nih rotinya," memando sekaligus memberikan roti seribuan ke Tirta. Berapapun harganya, Tirta akan terima.
"Makasih," seru kelimanya kompak. Algi hanya tersenyum tipis. "Silahkan makan,"
"Ehm, bayarnya?" Pak Tajid berdehem. Pesan dulu bayarnya belum.
Alan memberikan dua uang berwarna merah itu. "Gak usah kembalian ya,"
Pak Tajid yang menerimanya pun berucap syukur alhamdulillah. "Buat kita semuanya?"
"Iyalah pak, masa buat bapak sendiri," jawab Tirta galak. Sulit sekali untuk sellow.
"Makasih ya mas,"
"Sama-sama," bayar-membayar memang dominan Alan. Maklum saja dia pemilik perusahaan LA Group dan menjabat sebagai CEO termuda.
Selama makan, tak ada yang berbincang atau sekedar membuka percakapan. Sekali berbicara saat makan, cubitan Tirta pun hinggap tanpa izin.
Di sebelah tempat duduk mereka, Freya mengajak ketiga sahabatnya duduk di tempat baru ini.
"Kesel deh gue! Udah tau itu tempat kita, eh malah seenaknya bilang terserah gue. Sok berkuasa banget tuh cewek, pingin gue jadiin menjeng rasa perkedel aja. Huh, biar ******," Haura memukulkan bogeman tangannya di meja. Ia mudah terpancing emosi.
Reno yang paling dekat pun mendengar gerutuan itu menahan tawanya. "Astaga galak banget mbaknya,"
Merasa di sindir, Haula menoleh menatap Reno tajam. "Gak usah nyaut lo!" tekannya galak. Sampai di kelas sebelas Ipa 1 (SEPATU) Haula ratu galak bermulut sengak.
Freya masih memainkan poselnya.
"Frey, lo mau makan apa?" Kylie kesal merasa di abaikan Freya.
Kylie mengintip ponsel Freya. Ia mendengus kesal. "Yaelah, love postingan quotes terus!" status wa Freya pun quotes semua.
"Biarin,"
"Terus kita ke kantin ngapain? Duduk doang tanpa makan?" tanya Sherina kesal.
"Kayak biasanya aja Sher," akhirnya Freya angkat suara kedua kalinya setelah sekian lama.
"Oke," malah Sherina yang pergi memesankan makanan.
Reno sesekali mencuri pandang cewek cantik nan galak tadi. "Kalau di liat-liat manis juga ya," Reno bersiul genit. Algi mengikuti arah pandang Reno, bagaimana bisa ada empat cewek cantik duduk manis di sebelah singgahsananya?
"Subhanallah. Cantik bener deh kayak bidadari turun ke Bumi," Algi berdecak kagum. Tentu mencuri perhatian Andri.
"Hm. Bnwer! Cwantwik!" dengan mulut yang masih penuh mengunyah bakso granat Andri berbicara.
"Berisik!" semprot Tirta ngegas tanpa rem. Reno dan Andri kembali melanjutkan makannya.
Diam-diam Alan juga melirik 4 cewek yang di maksud Andri tadi. Pandangannya terpaku pada cewek yang fokus dengan ponselnya meskipun sudah makan.
'Di taruh dulu dong. Baru lanjut nanti sayang,' batin Alan, sangat di sayangkan suara-suara hati yang paling dalam itu tertahan dalam batin.
Dan Alan, tertarik pada cewek itu.
'Siapapun kamu, entah kenapa aku langsung jatuh cinta di detik pertama,' tanpa sadar Alan mengukir senyumnya.
Tirta yang selesai menghabiskan rotinya mendapati Alan tersenyum memandangi seseorang pun tau. Tirta ada ide usil.
"Ehemm!! Ngeliatin siapa lan? Tertarik huh?" Tirta berdehem dan suaranya di keraskan, seisi kantin pun langsung penasaran siapakah cewek beruntung yang menarik perhatian Alan itu?
Alan gelagapan. Ia bepura-pura menuangkan kecap dengan asal. Kepergok sudah.
"Lan, kok seblak di kasih kecap banyak?" Andri semakin membuat Alan kikuk, cowok itu baru menyadari terlalu banyak menuangkan kecapnya.
"Banyak bacot lo berdua," Alan menatap sengit Tirta dan Andri si mulut ember.
Haula memicingkan matanya curiga. "Hm siapa ya yang di liatin Alan?"
Kylie senyum-senyum sendiri. "Pasti gue lah," terlalu percaya diri sekali.
Sherina mengedipkan matanya serta kedua tangan memegangi pipinya, efek baper di liat cogan. Maklum saja.
Freya tak peduli. Ia menyimpan ponselnya setelah bosan melanda dirinya sekaeang. Mie ayamnya pun hanya tinggal setengah.
Saat itulah Alan berdiri, saatnya tukang modus beraksi.
Alan mempercepat langkahnya dengan arah kelas cewek pujaan hatinya itu.
Andri menatap kepergian Alan heran. "Mau kemana tuh?"
Vano mengedikkan bahunya. "Paling ambil barang yang ketinggalan di kelas,"
"Yuk balik ke kelas," Freya beranjak. Namun tangannya di cekal oleh Haula. "Jangan dulu, Kylie sama Sherina aja lelet kalau makan,"
"Apwa-apwaan lwa," sanggah Kylie tak terima dengan mulut penuh donat.
"Sabwar dwong!" Sherina marah, pipi chubby menggembung lucu karena mengunyah dua cilok sekaligus.
Algi sampai melampiaskan kegemasan itu kepada Tirta.
"Yang pipinya chubby bawa pulang deh. Gemess," Algi mencubit kedua pipi Tirta seolah-olah membayangkan si pipi gembil itu.
Tirta yang terusik pun menyingkirkan tangan Algi. "Gak usah ke gue juga kali!"
Alan sampai jengah jika Algi dan Tirta berdebat lagi. "Kalian berdua lanjut makan aja deh daripada berisik,"
Freya yang merasakan dirinya di perhatikan seisi kantin pun risih. "Guys, gue duluan ya," Freya melangkah pergi, semua pasang mata tengah menatap dirinya.
'Duh, gara-gara siAlan itu. Gak usah liat-liat juga kali, jadi gini kan,' langkah Freya pun lebih cepat hingga ia menabrak seseorang.
...❄❄❄...
...Jangan lupa like-nya 👍...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments