Tiga

"Aku temenin sampai kamu bener-bener di jemput," tegas Alan tak terbantahkan.

Freya mendengus kesal. 'Kapan sih perginya? Gerah banget tau deket-deket sama siAlan,' batin Freya.

Alan memandangi wajah Freya dari samping. "Kalau di liat-liat, kamu cantik juga ya," puji Alan terselip nada kagum disana.

Freya kembali mengecek ponselnya, hanya centang satu.

'Duh, bang Yahya kemana sih? Gue udah lumutan!' sungut Freya kesal dalam hati. 

Alan ikut mencuri pandang. "Kayaknya sibuk ya? Jadi gak di jemput nih. Gimana kalau pulangnya bareng aku aja?"

"Yaudalah Frey, bareng aja sama masnya. Daripada disini terus nungguin lama, gak capek apa?" celetuk bu Yayuk ikut-ikutan nimbrung. Sembari mencuci piring, ia juga mendengarkan tawaran mas ganteng itu.

Freya bersidekap dada. "Kalau gak mau?"

Akhirnya di respon juga, Alan kira cewek di dekatnya ini super jutek.

"Aku akan selalu disini. Nemenin kamu," jika hati sudah tertarik pada satu hati sampai mati, ah bak lagu dangdut saja.

Freya menghela nafasnya. 'Kayaknya lebih baik ngojek aja deh,' Freya merogoh sakunya, mencari uang jajannya yang tersisa. Tapi...

Freya mulai panik. "Loh. Kok gak ada sih," reflek Freya mengucapkam itu, ia terlanjur panik. Alan pun mengerti.

"Yaudah. Bareng aku aja," tawarnya lagi.

Tak ada pilihan lain. Jalan kaki dari warung bu Yayuk menuju pangkalan ojek itu jauh dan harus melewati pasar.

"Oke. Tapi gue bareng lo terpaksa. Gak usah geer!" sentak Freya galak saat Alan tersenyum menang.

Alan menaiki motor ninjanya. Freya ragu apakah ia sanggup naik? Mengenai kejadian menyebalkan itu sudah membuat dirinya kapok.

Flashback on

Yahya tengah memasangkan  helm pada Freya, adiknya.

"Mobil abang kemana?" tanya Freya heran. Biasanya mobil sport hitam kesayangan abangnya itu dibawa kemana pun kalau pergi.

"Di pinjem papah. Udah buruan naik, abang masih ada tugas nih di kampus," sesibuk apapun, menjemput Freya itu sudah kewajibannya.

Freya berusaha naik di motor ninja ini. Karena tubuhnya yang pendek sedikit susah memang.

"Argh gimana sih!" Freya terus mencobanya.

"Pegangan aja," Yahya berusaha menahan tawanya. "Makannya minum susu dong biar tinggi sama loncatan kalau olahraga," nasehatnya menyentil hati Freya.

"Bawel! Aduh," dan Freya terjatuh duduk manis bayar seribu bak wi-fi warung saja.

"Sini abang bantu," Yahya mengulurkan tangannya. "Atau abang yang naikin?"

Freya mengangguk. "Bantiun," rengeknya manja. Siapa sangka cewek jutek dan dingin seperti dirinya itu manja kepada abangnya?

Akhirnya Freya berhasil naik. Tapi...

"Bang, jaket dong," Freya malu dengan paha putih mulusnya yang ter-ekspos bebas, tidak untuk di lihat.

Yahya melepas jaketnya. "Nih,"

Flashback off

Alan melambaikan tangannya di wajah cewek jutek itu. Melamun.

"Ehm," Alan berdehem.

Freya tersadar.

"Naik,"

"Anu-" Freya malu mengatakannya. Sudah di pastikan turun kejutekannya hanya karena naik di motor ninja tidak bisa?

"Kenapa?" Alan masih heran dengan Freya yang sulit di tebak. "Oh, gak bisa naik?" sedikit meledek karena Freya memang pendek, bahkan cewek jutek ini hanya se-bahunya saja.

"Iya," jawab Freya dengan wajah datar. Sudah terlanjur.

Alan mengulurkan tangannya yang bebas sebagai tumpuan. "Jangan sungkan, dan inget. Aku gak modus, cuman bantuin kamu naik aja," tambah Alan agar cewek jutek itu tidak baper duluan sebelum ia menyatakan perasaan.

Freya menggenggam erat tangan Alan, lalu ia mencengkeram bahu Alan.

Dalam perjalanan pun tak ada yang membuka suara.

Dan Alan yang memulainya. "Rumah kamu?" kalau diam saja yang ada jalan-jalan. Eh modus dong.

"Jalan mawar rumah nomer dua," jawab Freya malas. 'Awas aja ya bang. Freya pencuri guling is coming,' batin Freya panas. Semua ini karena telat menjemput atau lupa, tapi Freya tidak suka pulang di antarkan Alan yang nantinya tau rumahnya, berkunjung, dan sok akrab dengan papahnya.

Setelah sampai, Freya mengucapkan terima kasih dan pergi begitu saja memasuki rumahnya.

"Gak ada ucapan selamat sore gitu? Atau kenalan? Eh, aduh siapa sih namanya," Alan sampai lupa menanyakan nama si cewek jutek itu. 'Gak papa, gue akan cari tau sendiri,' batin Alan yakin. Sebagai pemilik sekolah dari kakeknya, data-data siswa mudah di dapat.

...❄❄❄...

Setelah pulang dan sampai di rumah, Alan merebahkan dirinya. Ingin bersitirahat namun ponselnya berbunyi tang-ting-tung terus.

Dengan gerakan malas, Alan meraih ponselnya diatas nakas. Terlihat notifikasi dari grup papah muda jaman naw.

Vano

Eh, gue bingung nih sama buku-buku tulis yang banyak gak ke pake. Mana masih utuh lagi bersih suci tanpa secoret tinta. Ea, aduh apaan sih garing gue 😆

2.00 pm

Algi

Gak lucu van wlee 😠

2.00 pm

^^^Anda^^^

^^^Sumbangin aja ke yang lebih membutuhkan. Gue juga ada nih seragam SMP, sepatu, dan tas yang masih bagus nih. Daripada bikin sumpek kamar gue 😬^^^

^^^2.01 pm^^^

Tirta

I agree with you @alan

2.01 pm

Andri

Kalau nyumbangin pakaian? Ada 15 nih yang masih bagus ke bungkus plastik lengkap deh sama bandrolnya. Hayo-hayo siapa beli minat DM kak 😅

2.01 pm

Reno

Apalah daya gue cuman sepatu futsal doang. Koleksi gue di rak kamar udah penuh tuh, mubadzir kalau gue buang masih mengkilat, mulus, tersegel, bisa di nego say 😗

Andri

Ih jijik deh mas @reno dedek jadi geli 😣

2.02 pm

^^^Anda^^^

^^^Apapun barangnya, pasti berguna kok. Yaudah, kumpul di warung dekat rumah gue ya. Kita sumbangin barang-barang yang masih bagus ini ke Panti Asuhan aja, gimana? Kalau masih sisa, bisa ke anak jalanan juga yang gak bisa sekolah.^^^

^^^2.02 pm^^^

Vano

Setuju

2.03 pm

Alan tersenyum tipis, inilah kesenangannya. Barang-barang yang masih baru dan tak tersentuh dan masih bagus itu berguna bagi orang lain.

Alan bersiap-siap, dengan kaos hitam polos dan celana jeans biasa. Seragam SMP, sepatu dan tas itu ia masukkan di dalam kardus dengan rapi.

...❄❄❄...

Disinilah mereka, warung Katemi.

Vano, Algi, Andri, Tirta dan Reno membawa barang-barangnya di dalam kardus. Tapi bagi Andri malah membawa koper, entah mau minggat kemana.

Katemi yang tengah duduk sekaligus sarapan itu heran melihat AVATAR yang kumpul di depan warungnya sembari duduk manis.

"Mau kemana?" tanya Katemi sedikit berteriak.

"Bromo," jawab Andri si korban iklan TV.

"Mau nyumbangin barang-barang yang gak ke pake mak. Biar berguna juga, daripada berdebu," akhirnya Tirta menjawabnya dengan benar.

Katemi berdecak kagum. "Subhanallah, mulia sekali hati kalian. Eh, boleh gak mak nitip juga? Ada seragam SD yang masih layak pakai, anak mak kan udah SMP. Bingung atuh mau di apain, buang mah mubadzir juga, jadiin pel-pelan kurang enak juga,"

"Boleh kok mak," Tirta mengangguk.

"Sebentar ya," Katemi masuk lebih dalam. Selain rumah, warungnya juga memyimpan barang yang sudah usang dan tak terpakai.

Tak lama kemudian Katemi keluar dengan seragam SD merah putih dan Pramuka lengkap dengan hasduknya itu dengan bungkusan plastik.

"Ini. Semoga bermanfat ya," Katemi menyerahkan itu pada Tirta.

"Kita pamit ya mak. Assalamualaikum," ucap Alan berpamitan.

"Waalaikumsalam. Hati-hati ya nak," Katemi sudah menganggap mereka layaknya anak sendiri.

...❄❄❄...

Akhirnya mereka sampai di sebuah Panti Asuhan bernama Kasih Bunda.

Alan turun dari mobil sport-nya. Vano turun dari mobil Alpahrd-nya di ikuti Algi, Andri, Tirta dan Reno.

Alan mengambil kardusnya yang tersimpan di jok belakang. "Sayangnya, seragam SD gue waktu itu terbakar," ujar Alan sendu. Kesedihan  yang mendalam saat rumahnya di Bogor hangus terbakar.

Vano menghampiri Alan. "Lan? Lo kenapa?" tanya Vano khawatir, ia menyadari raut kesedihan disana. Entah memendam beban atau masalah apa.

Alan menghembuskan nafasnya. "Gue baik-baik aja kok. Yaudah, ayo kita temui bu Rena dulu,"

"Ayo," ajak Vano merangkul bahu Alan. Menyalurkan ketegaran, serapuh apapun Alan, pasti cowok itu lebih memendamnya daripada bercerita dan terbuka pada orang terdekatnya.

Bu Rena yang tengah menjemur pakaian anak-anak panti pun tersenyum dengan kedatangan enam cowok ganteng itu entah siapa. Tapi ia yakin mereka baik.

"Assalamualaikum bu Rena," sapa Alan ramah dengan senyumnya.

"Waalaikumsalam. Ada apa ya? Kalian rame-rame kesini?"

Seorang anak berumur 5 tahun itu menghampiri Tirta.

"Eh, ada artis disini. Namanya siapa ya? Aku lupa kak," dengan binar mata lucunya itu tentu merubah raut wajah Tirta lebih bersahabat daripada datar bin sadis.

Tirta berjongkok menyamakan tinggi anak kecil itu. "Panggil aja kak Tirta. Masa sih mirip sama artis. Kayak siapa?" dan kepedean Tirta pun bangkit seketika.

Andri si nyinyir hanya menye-menye tak percaya Tirta mirip artis.

"Tirti irtis? Whit?"

Si kecil aktif ya bun itu membantah ucapan Andri. "Kakak gak boleh gitu. Nanti bibirnya di gigit tawon kalau monyong-monyong," ujarnya polos.

'Sabar, siapa yang ngajarin gini?' Andri mengusap dadanya sabar.

"Ini kami membawakan beberapa pakaian seperti seragam sekolah, tas, sepatu, buku tulis untuk anak panti," ucap Alan mengalihkan topik agar tidak berlama-lama sebelum matahari tergelincir menjadi malam.

Bu Rena mengangguk. "Makasih banyak ya. Jadi, anak-anak disini bakalan seneng bisa sekolah lagi,"

"Emangnya belum sekolah ya bu?" tanya Vano kang kepo.

Bu Rena menggeleng lemah. "Gak ada biaya nak. Nyari uang aja susah, apalagi donatur disini jarang lagi ngasih uang," tutur bu Rena sedih.

Untungnya Alan sudah menyiapkan sejumlah uang dalam amplop coklat.

Alan memberikannya pada bu Rena. "Ini ada sedikit uang dari kami. Semoga membantu,"

"Terima kasih banyak ya. Kalian baik banget,"

"Kak, ayo main. Sama temen-temenku juga disana," anak kecil itu menunjuk teman-temannya yang tengah bermain petak umpet, berlari-larian, serta ada yang masak-masakan dengan mainan masak-masak yang masih baru.

Tirta mengangguk. "Boleh,"

Alan terkejut saat tangannya di cekal erat oleh tangan mungil.

"Hei, kamu kenapa?"

Seorang anak laki-laki itu menghentikan langkahnya.

"Reva! Jangan kabur ya! Kamu sudah ambil ayam gorengku tadi!" ujarnya marah.

"Tapi kan aku lagi lapar," Reva merengut.

Alan terkekeh. "Cuman masalah ayam goreng? Ayo ikut kakak. Kamu juga boleh ikut,"

Si anak laki-laki itu kembali senang. "Wah, terima kasih banyak ya. Hei! Kita semua di beliin ayam goreng sama kakak ini!" teriaknya pada semua teman-temannya.

Sontak saja mereka bersorak 'hore'.

"Gak papa dong, semuanya bisa ikut," Alan tak merasa keberatan. 'Gue kayak punya adik,' batin Alan sedih. Sebagai anak tunggal, ia juga memimpikan seorang adik kecil yang mengisi kekosongan hidupnya. Namun karena kedua orang tuanya sangat sibuk dengan bisnisnya masing-masing, mereka bahkan jarang pulang ke rumah.

...❄❄❄...

Disinilah Alan dengan anak-anak panti. KFC.

Dan anak-anak panti berjumlah 9 itu makan dengan lahap, ada yang bersendawa, dan jahil mengambil ayam di sebelahnya.

"Gimana? Kalian seneng kan?" Alan merasakan kehangatan bersama anak panti ini. 'Coba aja punya adik satu aja, apalagi sembilan kayak gini. Bisa rame rumah gue,' ingin sekali Alan meminta adik pada mamanya, namun ia ragu, kedua orang tuanya di sibukkan dengan bisnisnya masing-masing. Di pikiran mereka hanya ada uang dan bukan kasih sayang.

"Seneng banget kak!" seru salah satu dari mereka dengan penuh semangat.

"Sekarang, kalian bisa makan ayam goreng lagi. Kalau kakak ada waktu senggang, kakak akan ajak kalian semua kesini lagi,"

Beberapa pengunjung KFC pun menggeleng heran memaklumi anak-anak yang kesenangan makan ayam goreng tapi krispi tersebut.

Freya yang baru saja dari supermarket bersama Yahya membeli camilan serta stok makanan di bulan ini.

"Eh, itu disana kok rame bener," Yahya menunjuk KFC di seberang sana.

Freya mengikuti arah pandang Yahya. Matanya menangkap objek tampan dengan senyum gula jaeanya itu bersama anak-anak yang menikmati makanan itu dengan lahap.

"Itu kan Alan," gumamnya.

Yahya yang masih mendengar adiknya bergumam pun tau. "Alan siapa?" tanya Yahya tukang kepo.

"Temen ya? Apa pacar?" Yahya menerka-nerka. Karena selama ini Freya belum siap membuka hati setelah cinta monyet di zaman SMP-nya itu sakitnya tuh disini.

"Gak lah!" jawab Freya cepat dengan wajah galaknya.

"Udahlah, ayo pulang. Aku capek banget bang, pingin istirahat,"

"Maaf banget ya dek, tadi abang ada urusan. Jadinya gak bisa jemput kamu, terus sekarang bukannya kamu istirahat malah nemenin abang ke supermarket. Maaf banget ya?" Yahya merasa bersalah.

Freya mengangguk, wajar saja karena Yahya ikut keorganisasian.

"Gak masalah kok bang,"

Selama perjalanan pulang, Freya masih kepikiran dengan Alan yang tengah makan bersama anak-anak itu di KFC.

'Gue pikir Alan itu cowok yang sombong karena tajir. Tapi, setelah gue liat-liat tadi, ia beda. Senyumnya itu benar-benar tulus, Alan bahagia,' tanpa sadar Freya tersenyum-senyum. Idaman mungkin.

'Lan, asal lo tau. Lo itu beda dari Leo. Mantan gue yang selalu ngajak ribut setiap ketemuan, kasar, dan selalu ngebentak gue karena dia gak mau gue atur. Salahnya darimana? Karena Leo gonta-ganti cewek lan, dan gue baru menyadari itu semua. Sakit,' dan hati Freya pun kembali sesak mengingat masa-masa itu. Air matanya turun begitu deras, sampai Yahya pun panik dengan adiknya yang menangis tiba-tiba tanpa seribu alasan itu.

'Gue gak pernah ngelihat lo terlalu dekat sama cewek di sekolah. Tapi gue juga gak tau kalau di luar lo gimana. Dan gue yakin, lo itu gak sama dengan Leo,' maka dari itulah dirinya bersikap dingin, jutek dan bodoamat dengan cowok-cowok yang jatuh hati padanya.

Yahya menepikan mobilnya. Menghapus air mata Freya menggunakan ibu jarinya.

"Kamu kenapa nangis dek? Ada masalah?" dirinya jarang menjadi tempat curahan hati Freya.

Freya menggeleng lemah. "Aku baik-baik aja kok bang,"

Yahya menghela nafasnya. 'Gini nih, cewek bilangnya baik-baik aja dan gak papa tapi ada masalah dan beban yang di pendam. Ribet-ribet, untungnya gue masih jomblo,'

...❄❄❄...

...Like-nya 👍...

...Semoga suka 💕...

Terpopuler

Comments

Harlina Azizah

Harlina Azizah

tampan bangett andrii nya tapi sayang cewek yang disukain galak wkwk

2020-11-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!