WEEKEND
"Rend, mulai hari ini kau tidak perlu lagi mengantar ku pulang sampai ke rumah." Kata Maya.
"Memangnya kenapa May, Apa ada yang salah denganku??" Tanyaku kepada Maya.
"Bukan begitu Rendy, jelas-jelas kita berlawanan arah, Aku tidak mau terus-terusan merepotkan mu. "
"Oh begitu, sejujurnya aku senang bisa mengantar mu setiap hari, aku juga tidak merasa direpotkan. "
"tapi...Okelah jika itu mau mu May. "
"aku juga tidak bisa memaksamu"
"Terima kasih Rend atas pengertian mu. "
"it's okay"
"Oh iya Rend, apa weekend kau tidak ada acara? " Tanya Maya kepada ku.
"aku rasa tidak" Jawab ku cepat.
"Maukah kau menemaniku jalan-jalan?"
"tentu saja May, dengan senang hati. "
"Oke kalau begitu, Sampai ketemu besok....bye..... "
"Bye.... "
Aku pikir aku tidak akan bisa lagi berduaan dengan Maya, karena ia melarang ku mengantarnya pulang ke rumah.
Namun, sesuatu yang mengejutkan baru saja terjadi. Tiba-tiba Maya memintaku untuk menemaninya jalan-jalan diakhir pekan. Tentu saja aku sangat senang.
Cintaku kepada Maya hampir membuatku gila. Aku selalu ingin berada di dekatnya, bahkan saat di kantor aku dan Maya selalu makan siang bersama.
Banyak yang cemburu melihat kedekatan ku dengan Maya, bukan karena banyak wanita yang mengejar ku, namun sebaliknya banyak pria yang telah mengantri demi mendapatkan cinta Maya.
Aku pernah menanyakan tentang perlakuan Pak David terhadap Maya, aku masih ingat dengan jelas ketika Maya mengagumi Pak David di depanku. Maya mengatakan kepadaku jika selama bekerja sebagai sekretaris Pak David, Pak David selalu memperlakukannya dengan baik.
Aku lega mendengarnya, namun ada sedikit luka menggores hatiku, ketika aku mendengar Maya memuji atasanku dengan penuh penghayatan. Dari cara bicaranya aku curiga justru Maya lah yang jatuh cinta kepada Pak David.
Maya memang seorang janda, namun Ia memiliki daya tarik tersendiri, yang mampu mengikat setiap pria yang dekat dengannya, seperti aku yang tergila-gila padanya.
Sebentar lagi aku akan bertemu Maya, aku akan menjemputnya. Dengan kemeja kotak-kotak berwarna biru dan celana jeans hitam, aku mengendarai motor Ninja ku menuju rumah Maya.
Setelah sampai di rumah Maya, aku disuguhkan oleh sebuah pemandangan yang begitu indah. Aku lihat Maya nampak mempesona.
Dengan dress selutut dan tanpa lengan, serta rambut yang tergerai, membuat Maya bak seorang model terkenal. Dia terlihat beberapa tahun lebih muda dari usianya. Tak akan ada yang percaya jika dia seorang janda.
Jantungku berdegup sangat cepat ketika Maya menghampiriku, dia naik ke atas motor dan melingkarkan tangannya di perutku, aku bisa merasakan dengan jelas sesuatu yang menonjol menempel di punggungku.
Sungguh membuatku salah tingkah dibuatnya.
Aku pria normal tidak mungkin tidak terjadi sesuatu denganku.
Aku dan Maya telah sampai di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta. Kami berjalan berdampingan bak sepasang kekasih.
Aku melihat banyak mata yang memandang ke arah Maya, kecantikannya yang alami mampu membuat mata yang memandang dibuat terpesona olehnya.
Setelah puas berkeliling, aku mengajak Maya untuk nonton bioskop. Sebenarnya aku ingin menonton film horor, namun Maya lebih memilih film romantis, mungkin lebih tepatnya film dewasa romantis.
Aku sempat ragu dengan pilihan Maya, akan tetapi aku juga tidak bisa menolaknya.
Singkat cerita kami membeli tiket dan masuk ke ruangan Bioskop. Ada suatu adegan film yang sungguh menggangguku, aku melihat Maia nampak sangat menikmatinya.
Tanpa sadar Maya meremas tanganku. Adegan dewasa itu berhasil membuat adikku menegang.
Aku mencoba mengalihkan perhatian ku, aku membuang pandangan diantara para penonton. Akhirnya pandanganku jatuh pada Maya di sampingku.
Aku dapat melihatnya dengan jelas, wajahnya sangat cantik, bibirnya terlihat begitu lembut, ku turunkan pandanganku dari wajahnya ke leher jenjangnya, hingga ke tubuhnya.
Aku melihat sesuatu yang menonjol di dadanya terlihat begitu padat dan berisi. Semakin ke bawah aku menangkap sesuatu yang tak seharusnya aku lihat.
Tanpa Maya sadari, dress yang dia pakai tersingkap, hingga pahanya yang putih mulus terlihat jelas olehku, membuatku menelan ludah. Seketika itu pula, tanganku refleks dan membenarkan bajunya yang tersingkap.
Aku tidak ingin pemandangan yang begitu bagus menjadi tontonan banyak orang. Maya terkejut, namun bukannya marah ia justru berterima kasih padaku. Aku lega karena Maya tak berpikir macam-macam tentang ku.
Setelah Film usai kami segera pergi meninggalkan bioskop. Maya mengajakku ke sebuah restoran karena ia sudah lapar. Kami memesan menu yang sama.
Sepertinya Maya belum puas menghabiskan akhir pekannya, kami melanjutkan ke sebuah taman. Aku dan Maya saling bercengkrama.
Ku tatap lekat bibirnya ketika dia bicara, sesekali senyuman terlihat menyungging di bibir seksinya. Rasanya ingin ku ***** saja bibir itu.
Seandainya dia kekasihku pasti rasanya akan berbeda.
Kecantikan wajahnya dan kemolekan tubuhnya tak dapat menahan gejolak yang ada di dadaku, namun aku hanya bisa menahannya.
Aku takut Maya tak menerima cintaku dan pergi meninggalkanku.
Biarlah untuk saat ini, aku dan Maya hanya sebatas teman, yang terpenting bagiku, aku bisa selalu berada di dekatnya.
Hari semakin larut, kami sudah lelah setelah seharian berjalan ke sana kemari. Aku mengantar Maya pulang ke rumahnya.
Sesuatu membuat kelakianku meronta, saat dia turun dari motorku, aku melihat dengan jelas ketika angin menerpa dress yang dia kenakan tersingkap, hingga memperlihatkan segitiga yang ada di dalamnya, dan dengan cepat Maya segera membenahinya.
Aku berpamitan padanya dan dia mengucapkan terima kasih padaku.
Sungguh akhir pekan yang tak akan pernah ku lupakan, tak ku sangka jika aku telah menghabiskan waktu seharian bersama Maya, wanita pujaan ku.
Waktu berlalu begitu cepat, hubunganku dengan Maya masih jalan ditempat. Belum ada keberanian untuk mengungkapkan perasaanku padanya.
Ada hal yang lebih menakutkan dari sekedar ditolak, yaitu ditinggalkan oleh Maya. Aku sudah terbiasa selalu bersama Maya, tak bisa kubayangkan jika aku berpisah darinya.
Hingga pada suatu hari, hal yang aku takutkan akhirnya terjadi. Akhir-akhir ini Maya sibuk dengan seseorang, kami sudah jarang makan siang bersama di kantor.
Aku melihat tangan seseorang tengah menggandeng Maya, nampak begitu mesra. Ada canda tawa mengiringi keduanya. Bak disayat Sembilu rasa hati ini.
Tangan kekar itu kini melingkar di pinggang Maya, membuatnya semakin merapat. Aku terjebak pada pemandangan yang tak seharusnya kulihat. Dada Maya yang berisi melekat pada dada bidang seorang pria.
Saat bibir lembut itu hendak di jamah, ku beranikan diri memanggil nama wanita pujaan ku.
" Maya" teriakku...
Kulihat pelukan itu terlepas, ada segurat raut kesal dari si pria, namun lain dengan Maya, seperti biasa dia terlihat tenang.
"Rendy...." aku tahu dia terkejut namun Maya berekspresi seakan dia menyambut ku.
"apa aku sudah mengganggu kalian??"
Tanyaku basa basi.
"tidak...kau sama sekali tidak mengganggu kami."
"Mau apa kau??" Pria itu bertanya dengan kasar.
"aku hanya kebetulan lewat dan melihat Maya, jadi ku panggil dia"
Jawabku beralasan.
Kulihat pria itu nampak kesal, ia berlalu begitu saja, meninggalkan aku dan Maya.
Tidak ada obrolan antara aku dan Maya, setelah itu.
Kami beranjak menuju tempat kerja masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
mama Al
like ❤️
2021-03-14
1
ARSY ALFAZZA
like like
2021-02-21
1