Pukul sepuluh malam Sela melangkah keluar dari kostnya. Ia memakai dress ketat di atas lutut berwarna merah menyala. Rambut pirang nya tergerai indah, panjang dibentuk sedemikian rupa. Potongannya mengikuti trend masa kini, Sela cantik, modis juga wangi. Ia melangkah dengan pasti menuju tempatnya bekerja. Beberapa orang dan pemuda yang sedang bermain gitar di ujung gang menyapanya. Sela membalas sapaan mereka dengan senyum indah merekah.
Sela memilih menyewa kost di tempat itu karena orang-orangnya acuh tak acuh pada pekerjaannya yang mengharuskannya keluar malam. Sela juga disenangi para pemuda di sana, ia kerap memberikan beberapa bungkus rokok setiap kali pulang dari bekerja jika bertemu dengan para pemuda itu.
Sela menghentikan taksi, seperti biasa ia akan mengarahkan taksi menuju Black Rose tempatnya bekerja. Sela melangkah duduk dengan riang, membayangkan akan mendapat uang dua kali lipat dari honor ia biasa nya. Sela bisa menabung untuk membebaskan ayahnya meski ia sendiri sangsi akan bisa mendapatkan uang banyak dalam waktu dekat.
Taksi berhenti di depan Black Rose, suara musik menghentak terdengar sayup-sayup dari luar. Sela melangkah mantap, membalas sapaan para security yang menyapanya hangat juga nakal.
...****************...
Zacky masih duduk dengan santai di dalam room VIP yang telah disiapkan untuknya. Ia memesan minuman soda dengan es batu. Ruangan itu sengaja ia biarkan gelap, hanya ada cahaya dari ponselnya. Ia sedang berbalas pesan dengan adiknya, Audy. Sesekali ia tertawa saat membalas pesan itu.
Suara gagang pintu terdengar. Terdengar juga langkah kaki. Zacky sudah deg-degan sekali, Ia segera menoleh melihat si pemilik suara langkah kaki. Aneh, bukan suara hentakan sepatu tinggi. Lebih ke suara sepatu pantofel laki-laki.
"Zack. Tungguin, pesanan lo lagi benerin make up." Suara Jerry terdengar di kegelapan. Zacky menarik nafas panjang. Ingin sekali ia menggeplak kepala pria ini.
"Ngapain ngagetin gitu sih, Jer. Gue kirain setan." Sentak Zacky.
"Lha, ini emang tempatnya setan kok. Lagian, ngapain sih lo gelap-gelapan gini. Percuma juga gue suruh dia benerin make up kalo lo hobby gelap-gelapan gini." Kesal juga Jerry.
"Biar enak, ada sensasinya. Udah sana balik bilangin dia cepetan ke sini." Tukas Zacky. Ia memang sengaja mematikan lampu, hanya karena ingin mendengar dahulu suara gadis yang ia pesan itu. Lagipula, Zacky datang bukan untuk bersenang-senang. Ia hanya ingin menuntaskan rasa penasarannya.
Jerry akhirnya pergi juga dari room. Ia menuju tempat dimana biasanya para wanita pekerja malam itu berdandan. Jerry melihat Sela telah cantik, seksi dan menggoda sekali malam ini. Lekuk tubuhnya sempurna, padat dan berisi di bagian-bagian seharusnya. Hiasan wajahnya natural saja, hanya sedikit di pertegas dengan lipstik warna merah darah.
"Sel, cepetan. Lo udah ditungguin dari tadi." Jerry menghampiri Sela yang segera mengangguk.
"Iya bang, sabar kenapa sih." Sahut Sela kesal, wajahnya merengut sesaat membuatnya jadi menggemaskan.
"Tamu lo spesial malam ini Sel. Full servis ya pokoknya." Ujar Jerry mengingatkan.
"Iya. Bawel lo bang." Sela melangkah meninggalkan ruang dandan menuju ruang VIP yang telah di pesan sang tamu malam ini. Ia jadi penasaran seperti apa rupa si pemesan dirinya malam ini.
Sela meraih gagang pintu, saat terbuka ia heran melihat ruangan yang gelap. Ia jadi ragu untuk melangkah masuk.
"Masuklah." Suara lelaki terdengar. Ia menarik nafas lega lalu masuk pelan, menutup pintu dan hendak menghidupkan lampu kelap kelip. Namun, niatnya tertahan. "Siapa namamu?" Suara dalam kegelapan itu kembali terdengar.
"Sela, Tuan."
Deg.
Jantung Zacky berdegup kencang. Meski hanya beberapa kali bertemu dahulu, Zacky yakin ia tidak salah dengar. Itu suara Sela yang ia kenal.
"Berapa usiamu?" Tanya Zacky lagi.
"21 tahun, Tuan." Sela menjawab dengan kebingungan. Ia merasa seperti sedang di interview melamar pekerjaan saja.
Zacky berdiri dari duduknya. Ia meraih sakelar lampu, ruangan seketika terang dengan lampu disko. Jarak keduanya begitu dekat. Zacky menatap gadis itu tidak percaya. Sela juga demikian, ia menutup mulutnya, berusaha berlari meninggalkan ruangan tapi Zacky menahannya, menutup pintu, menguncinya juga.
"Kak Zacky." Serak Sela. Tenggorokannya terasa tercekat. Ia tidak menyangka akan bertemu Zacky dalam situasi seperti ini.
"Sela. Ini beneran lo?" Tanya Zacky tidak percaya. Gadis molek di depannya ini betul Sela yang ia kenal.
"Betul, Kak. Kenapa di sini?" Tanya Sela kaku.
Zacky mendekati Sela, ia memegang pundak gadis itu yang masih menunduk tidak mau menatapnya.
"Seharusnya gue yang tanya, Sel. Kenapa lo di sini? Ini bukan tempat lo." Ujar Zacky lembut. Sela tersenyum, diberanikannya diri untuk balas menatap Zacky.
"Aku kerja, Kak." Jawaban klise. Ia jadi mengutuk dirinya sendiri.
"Kenapa kerja begini, Sel?"
"Aku butuh uang banyak, Kak. Lagipula, aku gak punya pilihan lebih baik dari ini." Kata Sela pahit.
"Gak gini Sel."
"Kakak gak akan ngerti kenapa aku ngelakuin ini." Balas Sela sengit.
"Sel, cerita sama gue. Lo gak bisa kerja kayak gini. Gimana kuliah lo?" Tanya Zacky lagi.
"Aku udah berhenti kuliah. Aku mau cari uang yang banyak aja."
"Sel, ada pekerjaan lain yang lebih baik dari ini."
"Gak ada. Aku cuma punya pilihan ini." Ketus Sela.
Zacky menatap Sela tepat di manik matanya yang hitam. Ada kesedihan, kerapuhan, ketidakpercayaan dan penyesalan. Zacky tidak tahu apa yang telah terjadi dengan gadis ini, tapi ia iba. Rasa ingin sekali melindungi.
"Gue anter lo pulang ya, balik ke Jakarta." Tawar Zacky. Sela menatap pria itu tajam.
"Cukup sampai di sini, Kak. Kak Zacky bukan siapa-siapa aku. Gak usah sok peduli." Sarkas Sela.
"Gue gak suka lo kayak gini, Sel."
"Aku gak peduli." Sela berbalik, ia merampas kunci dari tangan Zacky. Saat hendak membuka pintu, suara Zacky kembali terdengar.
"Gue udah bayar mahal lo malam ini." Ujar Zacky santai, ia duduk di sofa menatap Sela yang memandangnya kesal.
"Terus Kak Zacky mau aku ngapain?"
Alis Zacky terangkat sebelah. Jujur Sela terpesona sekali dengan penampilan maskulin lelaki ini.
"Ikut gue."
"Kak Zacky bukan siapa-siapa aku. Aku akan bilang sama Jerry untuk membatalkan ini." Sela kembali meraih gagang pintu.
"Gue bakal jadi siapa-siapa lo setelah ini." Zacky kembali beranjak dari duduknya. Secepat mungkin ia meraih Sela yang akan segera berlari. Zacky mengunci Sela, menyudutkannya ke sudut dinding. Zacky menatap wajah dan tubuh molek itu bergantian. Ia benar-benar tidak bisa membiarkan Sela tetap berada di tempat terkutuk ini.
Sela merasa bibirnya hangat, bergerak seirama detak jantungnya. Sesaat kemudian ia sadar, bibir Zacky telah mengunci bibir ranumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
anisa
masak zacky gk tau apa yg udah terjadi sama keluarga sela??
2023-07-15
0
Wahyunii
banyak isinya ya bola matanya🤭
2022-02-08
0
Wahyunii
mainin uaang seenaknya ya Zack..
kenapa ga di sumbangin k yg lebih membutuhkan,, aku misalnya😁
2022-02-08
0