MELAHIRKAN

"Bibi sakit." Kanaya merintih.

"Tahan ya nak, kita sudah dekat dengan rumah sakit." Bibi Fia memeluk Kanaya.

Tak lama mobil Jenni berhenti di depan rumah sakit yang tidak terlalu besar, Jenni berlari mengambil kursi roda yang ada di dekat pintu masuk rumah sakit. Dia langsung membawa kursi roda di samping mobilnya dan memapah Kanaya untuk duduk.

Jenni mendorong Kursi roda sedangkan bibi Fia langsung berlari mencari perawat untuk membawa keponakannya keruang bersalin. "Suster tolong keponakan saya, dia sudah mau melahirkan."

Perawat pun langsung bergegas membawa Kanaya keruang bersalin dan tak lama kemudian bidan pun masuk "Ibu tolong tunggu diluar." Ucap salah satu perawat.

Jenni dan bibi Fia keluar, bibi Fia menghubungi suaminya untuk memberitahukan kalau Kanaya mau melahirkan. Terdengar suara teriakan Kanaya dari dalam, wajah bibi Fia tampak khawatir saat mendengar teriakan Kanaya yang ke tiga kalinya.

Hampir satu jam akhirnya pintu kamar pun terbuka, seorang perawat keluar untuk memberitahukan bahwa ibu dan anak kembarnya dalam keadaan baik-baik saja Jenni dan bibi Fia sangat senang karena Kanaya dan anak kembar nya sehat.

"Apa kami bisa melihatnya suster."

"Silahkan."

Jenni dan bibi Fia pun masuk dan menghampiri Kanaya yang masih lemah di tempat tidur pasien.

"Nak anak-anakmu cantik dan ganteng." Ucap bibi.

"Iya Kanaya rasanya aku juga gak sabar ingin punya anak."

Kanaya tersenyum "Segera kamu akan memiliki anak Jenni."

"Kamu memberikan nama anakmu siapa Kanaya." Tanya Jenni.

"KAVIN ARDHANA ABIPUTRA dan ADARA FREDELLA ULANI." Jawab Kanaya.

"Nama yang bagus sayang." Ucap bibi Fia.

Hanya 3 hari di rumah sakit hari ini Kanaya di perbolehkan pulang, om Yogi pun membawa istri dan keponakannya beserta cucu kembarnya kerumah. Kanaya keluar dari mobil dengan menggendong Kavin sedangkan bibi Fia menggendong Adara.

Setelah mengantar om Yogi pun pamit kepada istrinya dan Kanaya untuk pergi kerja "Kalau ada apa-apa kabari om ya Kanaya."

"Iya om, hati-hati."

Kanaya membuka pintu kamarnya dia membaringkan Kavin yang tidur nyenyak di tempat tidurnya sedangkan Adara masih dalam gendongan neneknya di ruang tamu. Kanaya keluar menghampiri bibinya.

"Adara belum tidur bi."

"Belum nak, Kavin udah tidur?"

"Sudah bibi, tinggal anak cantiknya bunda yang belum tidur."

"Biar Kanaya yang menggendong Adara, bibi istirahat saja dulu. Bibi pasti capek ngurusin Kanaya di tambah si kembar kalau malam suka menangis."

"Bibi tidak apa-apa nak, bibi senang menjaga kalian tapi kalau ada yang kamu butuhkan panggil bibi ya?" Bibi Fia pun memberikan Adara kepada Kanaya.

"Anak bunda kita kekamar ya." Kanaya pun masuk kedalam kamarnya dan menidurkan Adara di samping Kavin, Dia menatap anaknya ada rasa bahagia dan sedih mungkin untuk sekarang Adara dan Kavin tidak akan menanyakan siapa ayahnya tapi saat mereka ingin tau apa yang harus Kanaya jawab, dia sendiri tidak tau siapa pria malam itu.

***

Berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun telah berlalu Alex sudah menyerah mencari wanita malam itu, sudah lima tahun tapi hasilnya tetap sama tak ada tanda keberadaannya.

Keluarga Alex, tuan Handoko dan nyonya Handoko menginginkan Alex menikah "Nak papa tau kamu tidak ingin menikah dengan Evelyn, tapi kalian sudah bertunangan enam tahun." Ucap tuan Handoko.

"Alex mencintai orang lain pa."

"Bukannya kamu dan Evelyn akan menikah? Kalau kamu mencintai wanita lain kenapa sampai sekarang kamu masih pertahankan pertunangan kalian?"

"Alex akan membatalkan secepatnya." Alex berdiri dan meninggalkan orang tuanya yang masih duduk di ruang keluarga.

"Wanita itu dimana sekarang, aku sudah menyerah mencarinya tapi rasa bersalahku malam itu selalu mengusik perasaanku."

"Paman besar." Teriak seorang anak kecil.

Alex berbalik dan melihat gadis kecil sedang berlari kearahnya "Paman besar." Alex pun menggendong keponakannya "Apa kau kesini bersama papamu?" Tanya Alex.

"Papa sudah pergi."

"Bukannya kamu kesekolah anak nakal."

"Aku ingin paman besar yang mengantarkan." Rengek Kira.

"Baiklah kali ini paman besar akan mengantar tuan putriku."

Alex dan Kira pergi, tak butuh waktu lama mobil Alex berhenti di parkiran sekolah Kira yang melihat Adara berdiri di gerbang langsung menghampirinya.

"Adara."

"Kira."

"Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku menunggu kak Kavin."

Kira menarik tangan Adara menuju mobilnya "Aku akan memperkenalkanmu dengan paman besarku."

Tiba-tiba Kavin menarik tangan Adara "Adara jangan bicara dengan orang asing." Kavin menatap tajam Kira dan Alex.

"Aku hanya mau memperkenalkan Adara dengan paman besarku, Adara adalah temanku jadi aku bukan orang asing." Protes Kira.

Alex mendekati Kavin yang masih memberikan tatapan tajam kepadanya "Anak kecil aku bukan orang jahat."

Kavin mengabaikan ucapan Alex dan langsung menarik Adara masuk ke area sekolah "Kakak." Kavin tidak menghiraukan Adara dia masih menarik tangan adiknya.

"Kakak, Kira hanya ingin memperkenalkan paman besarnya."

"Aku menyuruhmu menungguku di gerbang, kenapa kamu tidak mendengarnya."

"Tapi kak."

"Bunda sudah bilang jangan bicara dengan orang asing, walaupun itu keluarga dari temanmu sendiri." Adara diam mendengarkan ucapan kakaknya.

Alex pun meninggalkan sekolah Kira dan akan kekantor, dalam perjalanan Alex selalu terbayang dengan wajah Kavin yang seperti dirinya disaat masih seumuran dengan Kavin "Anak itu mengingatkan masa kecilku." Alex tersenyum.

Kanaya dan Jenni tengah sibuk di toko kue karena banyaknya pelanggan yang datang "Permisi nona." Ucap wanita perubaya.

"Ada yang bisa kami bantu nyonya." Tanya Kanaya.

"Aku ingin kue red velvet."

Kanaya mengambil kue yang terpajang di etalase dan membawa ke wanita perubaya "Anak nyonya pasti suka dengan kue red velvet."

"Iya."

"Putraku juga sangat menyukainya."

"Nona sudah memiliki anak, aku kira belum karena Nona masih terlihat mudah."

"Aku memiliki anak kembar nyonya, putriku memang mirip denganku tapi putraku aku bingung dia mirip dengan siapa?"

"Mungkin dia mirip dengan ayahnya."

Kanaya langsung menatap wanita yang ada didepannya, dia tidak ingin putranya mirip dengan pria brengsek itu.

"Nona tidak apa-apa? Oh iya saya lupa memperkenalkan diri, Saya Yunita Handoko istri bapak Hadi Handoko."

Kanaya terkejut, wanita didepannya adalah istri sekaligus ibu dari bos mas Gio, Kanaya sedikit gugup.

"Nyonya maaf kelancangan saya." Kanaya tersenyum canggung.

"Tidak apa-apa."

Nyonya Handoko pun membayar kue red velvet dan pamit, Kanaya merasa lega "Hah!"

Tak lama Kavin dan Adara datang menghampiri Kanaya dan Jenni ang masih sibuk dengan pelanggan "Bunda." Ucap Adara.

"Kalian sudah pulang?" Adara dan Kavin mengangguk.

"Kalian sedang marahan?"

Kavin dan Adara hanya diam, Kanaya tersenyum dengan tingkah anaknya.

"Adara apa yang terjadi."

"Aku tidak suka dengan cara kakak."

Kanaya melihat Kavin yang hanya diam dan cuek dengan keluhan adiknya terhadap dirinya.

Bersambung......

Terpopuler

Comments

Sri Ujji

Sri Ujji

Aduh...
dah bertahun2 ....
dad Al..kenapa lom ktmu jg..

2023-04-08

0

GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™

GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™

suka

2021-08-09

0

Arla Zelfa Islami

Arla Zelfa Islami

Thor tunjukkin potonya Doong

2021-05-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!