HAMIL SEBELUM MENIKAH
Kanaya gadis yang berumur 24 tahun dan sahabatnya Jenni bekerja di sebuah Hotel ternama di kotanya sebagai Cleaning Service, sudah dua tahun dia bekerja di Hotel tersebut tapi sesuatu terjadi padanya pada malam saat dia ingin membersihkan kamar Hotel.
~Tiga puluh menit sebelum kejadian~
"Kanaya tamu dengan kamar nomor 500 meminta kamarnya dibersihkan." Ucap Kepala bagian cleaning service pak Ihsan.
"Baik pak." Kanaya pun mengambil peralatannya untuk membersihkan kamar nomor 500.
Dengan semangat dia berjalan menuju kamar yang akan ia bersihkan.
"Kanaya." Teriak Jenni.
Kanayapun berbalik "Jenni?"
"Kamu mau membersihkan kamar yang mana?" Tanya Jenni saat melihat peralatan kebersihan yang di dorong oleh Kanaya.
"Pak Ihsan menyuruhku membersihkan kamar nomor 500." Jawab Kanaya.
"Bukannya sebentar lagi kamu lepas jam kerja?" Jenni pun kembali bertanya.
"Setelah membersihkan kamar itu aku akan langsung pulang, kalau aku telat kamu bisa pulang duluan aku gak apa apa kok naik taxi sekali kali." Kanaya tersenyum dan berjalan meninggalkan Jenni yang masih berdiri di lobby Hotel.
Tok...Tok
Tak ada jawaban dari dalam Kanaya pun membuka pintu kamar dengan menggunakan card cadangan, saat pintu terbuka Kanaya sedikit ragu untuk masuk karena di dalam kamar terlalu gelap.
"Pe-permisi, sa-saya dari bagian kebersihan." Ucap Kanaya terbata bata.
"Masuklah." Ucap seseorang dalam kegelapan.
"A-apakah lampunya bisa dinyalakan?" Tanya Kanaya yang masih berdiri di dekat pintu.
Bukannya pertanyaannya di jawab tangannya langsung ditarik oleh seseorang dan di hempaskan diatas tempat tidur, Kanaya yang sudah ketakutan mencoba untuk melarikan diri tapi sayang card cadangannya untuk membuka pintu jatuh.
"Tu-tuan saya bukan wanita penggoda saya hanya cleaning service." Ucap Kanaya disela isakannya.
"Tolong." Suara pria itu terdengar berat dan penuh nafsu.
Tanpa persetujuan Kanaya pria itu langsung melum*at bibir Kanaya, Kanaya mencoba mendorong tubuh pria itu tapi tenaganya kalah jauh dengan tenaga pria itu.
Lumayan lama pria itu bermain di bibir Kanaya lalu berpindah ke bagian tubuh Kanaya yang lain, Kanaya hanya bisa menangis dalam diam menerima rangs*ngan yang di berikan pria itu dan sesekali des*han keluar dari mulutnya.
Tak lama pria itu berbisik di telinga Kanaya "Aku hanya butuh bantuan untuk menghilangkan efek obat ini."
Kanaya kaget mendengar ucapan pria itu "Tapi sa-saya masih perawan tuan, sa-saya masih gadis."
Pria itu tak menghiraukan kata kata Kanaya dia pun langsung membuka pakaiannya dan pakaian Kanaya dengan paksa. Kanaya berteriak dan berusaha lepas dari pria itu saat dia merasakan sesuatu mencoba menerobos pertahanannya.
"Tuan, saya mohon." Kanaya memohon mohon berharap pria yang tidak dia tau wajahnya seperti apa mau melepaskannya.
Tapi sayangnya pria itu malah menghantam dengan satu hentakan langsung masuk sepenuhnya.
"Akhh." Kanaya teriak kesakitan saat pertahanannya hancur.
Dua puluh menit mereka bertempur akhirnya pria itu mencapai kl*masnya dan akhirnya jatuh lem*s di samping Kanaya. Kanaya yang masih merasakan sakit di bagian bawah tubuhnya perlahan bangun dan mencari pakaiannya serta cardnya.
"Aku harus pergi secepatnya dari sini, aku takut dia akan bangun dan memperk*saku lagi."
Kanaya keluar dari kamar Hotel dan berjalan tertatih ke arah lokernya untuk mengambil barang barangnya dan pergi.
"Huhuhu." Kanaya menangis mengingat sekarang dia sudah tidak perawan lagi sedangkan dia akan menikah bulan depan.
"Kalau mas Arman tau aku sudah tidak perawan lagi apa dia akan tetap menikahi aku." Setelah selesai menangis Kanaya pun pulang.
****
Sudah sebulan kejadian pemerkosaan itu, Seminggu lagi Kanaya dan Arman akan menikah, Kanaya sudah berhenti bekerja di Hotel tersebut sehari setelah kejadian itu. Dia mengundurkan diri karena tidak ingin mengingat malam yang memgerikan itu.
Kanaya adalah anak yatim piatu kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan sewaktu ia masih kecil, dia di asuh oleh adik ibunya yang sangat menyayangi Kanaya seperti anaknya sendiri.
"Sayang bibi rasanya belum bisa melepasmu pergi jauh." Ucap bu Fia kepada Kanaya dalam pelukannya.
"Bibi kan masih punya om Yogi."
Saat mereka berdua saling berpelukan om Yogi pun menghampirinya "Sudah bu, Kanaya akan sedih nanti."
Bu Fia melepaskan pelukannya dan menatap wajah keponakannya yang sudah ia anggap anaknya sendiri.
"Sering-sering ya beri kabar pada bibi nanti, dan ingat patuh sama suami." Kanaya mengangguk lalu tersenyum.
Malam pun tiba Kanaya masih duduk di dekat jendela menatap bulan di langit tak terasa air matanya menetes membayangkan kalau suatu hari Arman mengetahui bahwa dia sudah tidak perawan lagi, apakah pernikahannya akan bahagia? terlalu banyak hal yang Kanaya pikirkan hingga tanpa ia sadari sudah jam 11 malam.
Saat Kanaya berdiri dari kursi kepalanya tiba tiba terasa pusing dan perutnya seakan akan diaduk hingga ia muntah, bu Fia yang tanpa sengaja melihat keponakannya muntah di kamarnya segera menolong Kanaya.
"Nak kamu kenapa?" Bu Fia tampak khawatir dengan kondisi Kanaya yang sudah lemas tanpa tenaga.
"Tidak tau bi, kepala Kanaya terasa pusing dan Kanaya juga muntah muntah."
"Besok kita periksa ya? Jadi sekarang istirahat nak." Kanaya pun mengangguk dan berbaring di tempat tidurnya.
Suara kicauan burung mengusik tidur Kanaya dan kembali muntah saat dia mencium bau susu yang ada di nakas samping tempat tidurnya. Kanaya berlari kekamar mandi dan kembali muntah dia sangat bingung apa yang terjadi pada tubuhnya hanya mencium bau susu membuat perutnya seakan akan di kocok dan memuntahkannya.
"Aku tidak demam." Kanaya menempelkan tangannya di dahinya untuk dia periksa apakah dirinya demam "Tidak panas."
"Kanaya." Terdengar suara bibinya memanggil namanya Kanaya dengan cepat membersihkan tubuhnya yang bau muntah.
Tak butuh waktu lama Kanaya keluar dari kamar mandi dan menghampiri bibinya yang sudah berada di kamarnya.
"Nak, ayo siap siap."
"Iya bi, tunggu Kanaya 5 menit lagi." Bu Fia pun mengangguk dan meninggalkan Kanaya untuk berpakaian.
Kanaya dan bu Fia naik angkot pergi ke puskesmas terdekat, saat melewati penjual buah di pinggir jalan Kanaya menelan ludahnya karena keinginan memakan buah terutama buah jeruk. "Aku akan membelinya nanti, dan ingin sekali aku memakannya." Batin Kanaya.
Merekapun sampai di puskesmas dan mengambil nomor antrian, karena tidak terlalu ramai jadi Kanaya dan bu Fia tidak mengantri terlalu lama dan kini giliran mereka yang dipanggil.
"Bu Fia." Panggil perawat yang berada di depan pintu ruangan.
"Nak ayo giliran kita."
Kanaya pun berdiri dan mengikuti langkah bibinya menuju ruang pemeriksaan, perawat pun membukakan pintu dan merekapun masuk. Dokter wanita yang duduk di kursi kerjanya tersenyum dan mempersilahkan Kanaya dan bu Fia duduk "Silahkan duduk bu."
"Ada keluhan apa bu." Dokter wanita itu bertanya kepada bu Fia.
"Bukan saya dokter tapi keponakan saya, dari semalam dia muntah muntah."
Dokter wanita itu tersenyum dan memanggil Kanaya untuk berbaring diatas tempat tidur, Kanaya pun mengikuti perintah dokter wanita itu.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Ibroatul Hasanah
menarik
2022-04-29
0
Vellisha Putri Winata
bagus cerita nya thor semangat💪👍🏻💕🌹
2021-07-21
0
sitiazzahra
mampir
2021-07-06
0