Dokter wanita itu tersenyum dan memanggil Kanaya untuk berbaring diatas tempat tidur, Kanaya pun mengikuti perintah dokter wanita itu.
"Kita akan USG ya?" Ucap dokter.
Perut kanaya di olesi dengan gel lalu di USG, dokter tersenyum saat ada sebuah janin di rahim Kanaya, Kanaya pun melihat di monitor tapi dia tidak tau apa yang ada di dalam perutnya.
Setelah pemeriksaan dokterpun kembali duduk di kursi kerjanya begitupun Kanaya kembali duduk di kursi.
"Dokter keponakan saya sakit apa?" Bu Fia yang sudah cemas langsung betanya kepada dokter wanita yang duduk di depannya.
"Selamat bu keponakan ibu akan menyadi ibu, sekarang sudah hamil 5 minggu." Dokterpun memberikan foto USG kepada bu Fia.
Kanaya yang mendengar kalau dia hamil langsung syok tanpa terasa air matanya menetes, sedangkan bu Fia melihat gambar yang ada di tangannya dengan gemetar.
"Terima kasih dokter, kami permisi." Ucap bu Fia dan menarik Kanaya pergi.
Dalam perjalanan tak ada pembicaraan mereka terhanyut dalam pikiran masing-masing, saat sampai dirumah bu Fia memanggil Kanaya duduk untuk dia introgasi "Siapa ayah dari anakmu nak?"
Kanaya hanya menangis, dia tidak tau harus menjawab apa soal pertanyaan bibinya karena dia pun tidak tau siapa pria malam itu.
"Kanaya jawab." Ucap bu Fia yang sudah mulai meneteskan air matanya.
"Ka-Kanaya juga tidak tau bi." Jawab Kanaya di sela isakan tangisnya.
"Apa itu anaknya Arman?" Kanaya menggelengkan kepalanya.
"Kamu akan menikah Jumat depan nak, kalau keluarga Arman tau mereka tidak akan mau menerima bayi itu."
"Kanaya harus bagaimana bi."
"Siapa ayah dari anak itu nak, bibi dan om Yogi akan pergi meminta pertanggung jawaban pria itu."
"Kanaya juga tidak tau, Kanaya di perkosa saat masih bekerja di Hotel Panorama dalam keadaan gelap." Kanaya menangis mengingat kejadian malam itu, dia sudah berusaha keras untuk melupakan pemerkosaan yang terjadi padanya tapi sekarang akan dia ingat selamanya karena hadirnya bayi yang kini sedang ia kandung.
Bu Fia memeluk Kanaya mereka berdua menangis, om Yogi melihat istri dan keponakannya menangis di ruang tamu.
"Bu." Om Yogi duduk di samping istrinya lalu mengusap usap bahu bu Fia memcoba menenangkan walau dia sendiri tidak tau masalah apa yang mereka tangisi.
"Mas." Bu Fia menghapus air matanya.
"Kalian kenapa menangis?" Tanya om Yogi penasaran.
"Kanaya hamil mas." Om Yogi kaget mendengat perkataan istrinya dan kembali menatap Kanaya.
Kanaya menceritakan semuanya apa yang terjadi padanya pada malam itu kepada omnya "Om akan memberitahukan ini kepada keluarga nak Arman, kalau mereka membatalkan pernikahan kalian kita harus menerima." Om Yogi pun pergi.
Om Yogi pun sampai di depan rumah Arman dan menekan bel, tak lama pembantu keluarga Arman membukakan pintu pagar dan mempersilahkan masuk.
"Bapak sama ibu nak Arman ada mbo?" Tanya om Yogi.
"Ada pak, silahkan masuk."
Om Yogi pun masuk kedalam rumah Arman, kedua orang tua Arman menghampiri om Yogi yang masih berdiri "Silahkan duduk pak Yogi, ada apa kok kesini apa persiapannya acaranya masih kurang?" Tanya papanya Arman.
"Begini pak Harun, keluarga kami terkena musibah sebelum terlambat saya kesini ingin memberitahukan kalau keponakan saya sedang hamil."
"A-apa maksud pak Yogi? Kanaya hamil?" kedua orang tua Arman kaget mendengar pengakuan om Yogi.
"Iya bu Mia Kanaya sedang hamil."
"Bagaimana bisa anak saya harus menikahi wanita yang sedang hamil anak orang lain, lebih baik pernikahan ini dibatalkan saja." Ucap mamanya Arman.
"Arman lebih pantas mencari wanita yang masih suci, bukan wanita yang sudah memberikan keperawanannya pada orang lain lalu hamil dan malah ingin menikah dengan anak saya." Ujar mamanya Arman denga sinis.
"Kami akan menerima keputusan bapak dan ibu, pernikahan ini memang harus di batalkan tapi tolong jangan hina keponakan saya."
"Oh! Lalu keponakan pak Yogi disebut apa? dia menyembunyikan fakta bahwa dia sudah tidur dengan pria lain lalu ingin menikahi Arman agar aibnya tertutupi."
"Saya permisi." Om Yogi meninggalkan kediaman keluarga Arman, ia tidak ingin berlama-lama mendengar Kanaya di hina oleh keluarga Arman.
Saat om Yogi sampai di rumah Kanaya dan bu Fia menunggu keputusan dari keluarga calon suaminya "Pak, apa pernikahan mereka dibatalkan?" Terlihat kekhawatiran di wajah bu Fia.
"Iya bu, mereka membatalkan pernikahan ini." Jawab om Yogi dengan wajah sedih.
"Maafkan Kanaya om sudah membuat keluarga malu." Kanaya langsung berlutut di depan om Yogi.
"Nak berdirilah, Kita akan pindah dari sini." Ucap om Yogi.
"Kita akan pindah kemana mas." Tanya bu Fia.
"Kita akan kontrak sementara di dekat kantor mas." Kanaya dan bu Fia mengangguk.
Mereka bertiga pun mengemasi semua barang-barang yang akan mereka bawa dulu, Kanaya kembali menangis di dalam kamarnya mengingat pernikahan dengan kekasihnya yang akan dilaksanakan seminggu lagi kini harus batal karena ulah pria yang tidak bertanggung jawab.
"Aku akan menjaga anak ini, dia tidak bersalah walaupun dia hadir karena kesalahan yang dilakukan oleh pria itu." Kanaya mengusap-usap perutnya yang masih rata.
"Sayang apa berkemasnya sudah selesai?" Bu Fia menghampiri Kanaya yang duduk di pinggir tempat tidurnya.
"Sudah bi." Kanaya tersenyum.
"Ini semua takdir, walaupun kamu akan menjadi seorang ibu jangan membenci anakmu karena kesalahan masa lalu."
"Aku tidak membencinya bibi, aku akan menyayanginya dan menjaganya."
"Ya sudah, istirahat dulu nak nanti jam dua kita akan pergi." Kanaya pun mengangguk.
Ponsel Kanaya berdering, tertera nama Arman dilayar ponselnya. Kanaya mengabaikan panggilan Arman dan memilih mematikan ponselnya, hari ini dia terlalu capek fisik dan batin Kanaya berharap mantan calon suaminya tidak mengganggunya lagi.
***
Om Yogi memasukkan barang-barang mereka kedalam mobil, Kanaya berjalan mendekati omnya "Kanaya bantu ya om."
"Tidak udah nak, biar om yang atur barang-barang."
Saat Kanaya ingin masuk kedalam rumah salah satu tetangganya berbicara dengan sinis "Astaga memang ya ibu-ibu kita tidak perlu menyimpulkan baik tidaknya hanya melihat bagian luarnya, dari luar terlihat gadis baik-baik tidak taunya malah tidur dengan pria lain sampai-sampai hamil." Ujar tetangga yang sedang berkumpul di depan halaman rumah Kanaya.
"Untung aja bu Mia cepat mengetahui sebelum pernikahan anaknya dilangsungkan, aduh hamil sama pria lain tapi minta nikahnya dengan anak bu Mia." Jawab salah satu tetangga.
Om Yogi menguatkan Kanaya yang sudah terisak-isak mendengar gunjingan para tetangga, terlalu cepat kehamilannya tersebar Kanaya berharap lingkungan barunya nanti bisa membuatnya tenang untuk membesarkan anaknya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Windy Lyana
mgkin kl sejak kejadian Kanaya blg kl di perkosa omongan calon mantan mertua bs di antisipasi setidak nya blg sebelum hamil .udah hamil nikah kurang bbrp hari br blg pasti nyinyiran tetangga lbh parah.
2022-09-23
0
Mirna Wati
untung Bibi dan pamannya baik
2021-08-23
0
Puja Kesuma
salut liat om dan bibi kanaya... sangat menyayangi keponakannya
2021-06-14
0