Author : " kembali ke bagian sisi Afifah iya. "
' *tok tok tok*. '
" Afifah nak. " Panggil bunda dari luar kamar membuat aku tersadar dari tidur ku.
Aku pun beranjak mengambil jilbab ku dan membuka kan pintu memberi izin bunda untuk masuk kedalam kamar.
" Mereka akan datang sebentar lagi, kamu siap-siap dandan yang cantik ya. " Ucap Bunda.
" Ish bunda memang aku kurang cantik ya?. "
" Bukan gitu sayang, kamu cantik tapi kan kamu abis tidur tuh lihat muka kamu lecek kaya gitu. "
" Iya iya bun sebentar Afifah ganti baju dulu deh. " Ucapku.
" Iya sudah kalau gitu bunda tunggu di luar ya." Ucap bunda yang langsung berlalu keluar kamarku.
' *huft merepotkan saja deh pakai segala dandan lagi duh*. '
" Fifah. "
Aku mendengar seperti suara Bang Satria.
" Iya?. " Jawabku sambil keluar kamar.
Aku turun dan disitu sudah ramai sekali orang.
" Assalamualaikum. " Ucapku memberi salam lalu menyalami mereka semua.
" Kenalin ini anak ku. " Ucap Ayah.
" Ouh alah sudah gede sekali ya terakhir main ke rumah masih kecil iya. " Ucap lelaki paruh baya itu.
" Fifah kenalin ini om Adhi temen ayah sama bunda. " Ucap Bunda.
" Affiah. " Ucapku sambil melempar senyum.
" Ouh alah cantik sekali anak mu Mir. " Ucap wanita paruh baya itu.
" Makasih tante. " Ucapku.
" Heum panggil Umi saja ya nak. " Ucapnya.
" Baik ta.. n.. eh umi maksud Afifah. " Ucapku yang hampir saja salah panggil.
" Engga apa-apa nak Afifah santai saja. " Ucapnya.
Tiba-tiba ada seseorang yang datang.
" Assalamu'alaikum. " Ucapnya dan betapa terkejutnya saat aku melihat siapa orang itu.
heum kenapa dosen menyebalkan itu disini.
" Maaf semuanya Adnan telat tadi ada urusan di kampus sebentar. " Ucap Pak Adnan.
" Oke kalau gitu semua sudah kumpul jadi begini Afifah dan nak Adnan kami semua sudah sepakat menjodohkan kalian. " Ucap Ayah.
" Apa?!. " Ucapku terkejut berbeda sekali dengan dosen itu ya dia hanya memasang muka datar nya saja.
" Bunda dan ayah sudah setuju akan hal itu bahkan kami sudah mempersiapkan ini sejak lama dari kami kecil sayang. " Ucap Bunda.
Aku hanya diam membisu bingung harus berkata apa toh yang jelas sekarang aku sangat terkejut sekali.
" Kalian setuju kan? kalau kalian setuju lebih baik kita percepat saja acara pernikahannya. " Ucap Umi nya Pak Adnan.
" Adnan setuju saja mi. " Ucap Pak Adnan.
" Gimana nak Afifah, kamu setuju kan?. " Tanya Umi Pak Adnan.
' *Bismillah semoga keputusan ku benar. ' Ucapku dalam hati*.
" Insya allah Afifah siap. " Ucap ku sambil senyum.
" Alhamdulilah. " Ucap Semuanya dan aku melihat Pak Adnan juga seperti lega sekali saat aku mengucapkan itu.
" Ekhm, semuanya saya minta izin untuk mengobrol dengan Afifah. Boleh?. " Tanya Afifah.
" Ouh silahkan Nak Adnan. " Ucap Bunda.
Aku dan Pak Adnan melangkah kearah balkon. Awalnya kita diam-diam an sampai akhirnya Pak Adnan membuka obrolan.
" Eumm makasih iya. " Ucapnya.
" Makasih untuk?. "
" Untuk jawaban yang telah kamu kasih. " Ucapnya.
" Iya aku melakukan ini karena ayah dan bunda ku, aku enggak mau mereka kecewa. " Ucapku tapi aku melihat perubahan wajahnya Pak Adnan tampah berbeda dari sebelumnya.
" Apapun itu intinya saya cuman mau bilang makasih ke kamu karena kamu udah memberi jawaban terbaik. " Ucapnya.
Aku diam dan hanya menatap ke arah jalanan.
" Hem, apa Pak Adnan cinta dengan saya?. " Tanyaku.
Aku melihat Pak Adnan hanya diam saja.
Ketika Pak Adnan ingin menjawab tetapi Bunda memanggil kita untuk masuk karena di suruh makan.
Selesai makan kita semua berbincang kembali di ruang tamu.
\# Ruang tamu
" Untuk tanggal nya kita serahkan ke kalian berdua. " Ucap Abi nya Pak Adnan.
" Gimana Adnan sama Afifah apakah ada usulan tanggal. " Tanya Ayah.
" Ouh iya ayah waktu itu Fifah pernah cerita ke Satria kalau dia ingin sekalian menikah pas dia ulang tahun dan kebetulan sekalian bukan dia ulang tahun sebulan lagi. " Ucap Bang Satria.
Ishhh abang ku yang satu ini benar-benar menyebalkan seperti ember bocor banget.
" Gimana Nak Adnan?, Afifah?. " Tanya Bunda.
" Adnan setuju saja bukannya lebih cepat lebih baik. " Ucapnya.
" Afifah sayang kamu gimana?. " Tanya Bunda.
" Fifah setuju saja bun. " Ucap ku sambil tersenyum seramah mungkin.
Ayah, bunda, bang satria, umi nya pak adnan dan abi nya sedang berbincang. Iya beda dengan aku dan Pak Adnan hanya diam-diaman saja.
" Ouh iya kalian sudah tukaran nomor telepon belum?. " Ucap Bang Satria.
Sontak aku dan Pak Adnan menggelengkan kepala.
" Iya sudah atuh tukaran takutnya ada hal mendadak yang mengharuskan kalian ikut kan repot kalau tidak ada yang saling ngabarin, heum sekalian pendekatan gitu. " Ucap Bang Satria.
" Ish abang. " Ucapku.
" Afifah kenapa merah gitu pipi nya merah seperti tomat saja. " Goda Bang Satria.
Refleks aku memegang pipi nya yang menghangat itu.
" Ishh abang mah. " Ucap ku sambil mencubit perutnya Bang Satria.
" Auuu dek sakit tau. "
" Lagian abang ishh. " Ucapku melepaskan cubitannya.
" Kamu tuh ya dek kalau salting jangan cubit orang bisa kan. " Ucap Bang Satria.
" Tuh Nan kelakuan calon istrimu suka mencubit hati-hati saja Nan. " Ucap Bang Satria lagi.
Ish benar- benar iya Bang Satria, Huh!.
Pak Adnan hanya tersenyum.
" ABANG!. " teriak ku.
" Sudah toh bang adek mu jangan di goda terus kasian." Ucap Bunda.
" Kalian sudah tukaran nomor belum?. " Ucap Bunda lagi.
" Belum tadi mau kasih tapi abang malah godain Afifah. " Ucapku.
" Iya sudah sekarang kamu kasih Fah. " Ucap Bunda.
Aku pun segera memberi kan nomor ku.
Iya suasana kembali hening heumm maksud ku aku dan Pak Adnan yang hening kalau yang lain mah sedang berbincang.
" Aduh Dhi kayaknya aku harus balik deh, Soalnya orang kantor telepon" Ucap Abi nya Pak Adnan.
" Ya ampun orang sibuk mah beda ya. " Ucap Ayah.
" Iya gitu deh Dhi dia mah kalau sibuk susah. " Ucap Uminya Pak Adnan.
" Ardhi masih engga berubah ya. " Ucap Bunda.
" Iya nih bun. " Ucap Ayah.
" Iya sudah kalau gitu kita pamit. " Ucap Abi.
" Adnan masih betah Bi. " Ucap Bang Satria.
" Apa si lu Sat kebiasaan deh. " Ucap Pak Adnan.
" Iya enggak apa-apa kalau Adnan masih betah disini main saja. " Ucap bunda.
" Aduh bukannya enggak mau main bunda tapi Adnan masih banyak tugas juga. " Ucap Pak Adnan.
" Iya deh pak dosen sibuk. " Ucap Bang Satria.
" Engga gitu juga Sat hehehe. " Ucap Pak Adnan.
Aku, bunda, ayah dan Bang Satria mengantar mereka keluar rumah.
" Afifah enggak mau cium tangan ke Pak Adnan." Ucap Bang Satria.
" Abang apaan sih. "
" Iya elah dek sekalian belajar nanti juga gitu. " Goda Bang Satria.
" Ish tauk ah Fifah mau ke kamar. " Ucapku langsung berlalu ke masuk ke dalam rumah.
" Dek kalau salting bilang aja si. " Teriak Bang Satria.
Aku tidak menyahut.
Ketika sampai di kamar aku sedikit mengintip mereka apa sudah pergi atau belum dari balkon kamar.
Ketika aku memandangi mereka tiba-tiba Pak Adnan melihat ke arahku sontak aku langsung menutup gorden.
' *ahh sudahlah fifah kamu kenapa seperti ini. ' ucap ku dalam hati*.
Malam hari nya aku memilih sholat istikharah untuk meminta jalan terbaik atas semua ini.
" Ya Allah jika dia pilihan mu izin kan hamba memcintai nya nanti. " Ucapku.
Setelah selesai sholat aku langsung mengerjakan tugas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Anie Jung
Si abang suka bangettt goda'in adek nya.
2021-02-27
0
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Lanjut
2021-02-10
5
Alanna Th
ketemu lg d kmps lngsng kena hukumn krn telat serahin tugas? smoga snksinya jngn klewatn y; kacian, sm cln istri jngn kejem y bang dosen! he hehe
2021-01-16
2