Insiden
***
Jam enam belas lebih tiga puluh, rombongan sekolah Nawa sampai tujuan. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih empat puluh menit. Nawa turun dari truk TNI, digerakkan tubuhnya ke kanan dan kekiri melemaskan otot-ototnya. Dengan ransel hitam dipunggung dan tas kecil di tangan, serta terlihat panci kecil yang diikatkan di tali ransel yang bergoyang mengikuti gerak tubuh Nawa. Matanya mengarah ke hamparan rumput hijau di bawa kakinya. Tempatnya berdiri sekarang seperti sebuah tanah lapang yang tidak terlalu luas. Di sebelahnya terdapat bangunan lama, Arsitektur Belanda. Matanya merasa takjub melihat pemandangan sekitar.
Sekarang Nawa sudah sampai di bumi perkemahan Claket. Tempat yang asri dan berudara sejuk. diambilnya nafas dalam-dalam, seketika itu, paru-paru Nawa penuh dengan oksigen,sambil berucap, "segarnya".
Terlihat siswa-siswi yang menurunkan tenda dan perlengkapan lainnya. Nawa melihat ada tiga truk TNI yang disewa sekolah. Jumlah yang ikut sekitar tiga puluh orang siswa kelas sepuluh dan 15 orang siswa kelas XI . untuk pastinya dia tidak tau. Dari sekian banyak siswa, Nawa hanya mengenal beberapa, seperti Risa, ketua sangganya, cewek berbadan tinggi dan berkulit sawo matang. Ada Desy, cewek bertubuh kecil, berambut pendek dan berwatak tegas. Serta Mila, cewek cantik, dan kalem.
Saat akan melangkah menuju ke arah kelompoknya, ada seseorang yang memanggilnya.
"Nawa!"
Nawa langsung menoleh ke asal suara "hoi Ren." Rupanya Reno yang memanggilnya.
"Kelompok mu sudah dapat tenda?" tanya Reno
"Udah, nich," Kata nawa menunjukkan sebuah tas berwarna kuning berisi tenda.
"Kok yang itu? Itu tenda kecil tidak cukup buat 10 orang. Bentar aku tukar dulu," diraihnya tas itu dari Nawa , lalu Reno segera lari ke arah truk ke 3.
"Lho tenda kita kok dibawa Reno?" tanya desi yang baru selesai menurunkan barang.
"Ditukar, katanya kita ambil tenda yang salah tadi" jelas Nawa. "Teman-teman sudah siap semua?" lanjutnya.
Desi hanya mangut-mangut mendengar penjelasan Nawa. "Tuch pada kumpul disana!" Tunjuk Desi ke arah kumpulan cewek-cewek. "Woi!! Ayo kumpul sini!" teriak Desi. Kumpulan cewek-cewek tersebut segera menuju arah Desi.
"Wa, nich tenda Lo" Reno menyerahkan tas berwarna hijau ke Nawa. Dengan nafas yang sedikit tersengal-sengal.
"Makasih ya!" Kata Nawa saat menerima tas itu.
"Hawa disini dingin, sudah bawa jaket? Berangkat tadi mau aku tanyakan, tapi karena terburu-buru jadi lupa" Reno mengomel pada Nawa.
"Ya ampun!!! Ketinggalan dech" Refleks Nawa menepuk dahinya. Dengan nada penyesalan. Terbayang bagaimana dinginnya malam hari disini jika dia tidak memakai jaket. Dengan raut sendu dan pikiran yang kalut, dia mencoba mengingat apa mungkin ada barang yang tertinggal.
Melihat ekspresi Nawa, Reno tak tega. Diturunkan ransel dari punggungnya. Dilepaskan jaket hitam yang dipakai. Saat baru bagian tangan kiri terlepas, Nawa langsung menahan Reno.
"Gak usah Ren! Tenang gue bawa sweater" ucap Nawa. Dia membantu Reno memakai jaketnya lagi. Diambilnya tas ransel Reno. Lalu Nawa berjalan kebelakang Reno untuk memasangkan tas ransel itu kepundak Sahabatnya. Senyum manis mengembang diwajah Reno, dengan hati berdebar ditatapnya wajah polos Nawa. Tangannya menyentuh pucuk kepala Nawa. Diacak-acak rambut Nawa. Disertai dengan rasa gemas.
"Apaan sich?! Rusak tu tatanan rambutku" hardik Nawa. Segera dirapikan rambut nya.
"Hehehe. Maaf. Gemesin kamu itu" ucap Reno. "Nanti kalo butuh apa-apa cari aku aja. Oke!" lanjutnya dengan ajungan jempol.
"Oke"
"Malam ini ada uji nyali. Hafalin pengetahuan dasar pramuka, terutama Tri satya dan dasar darma, aku dulu Wa"kata Reno sambil berlalu pergi.
Nawa belum begitu mendengar jelas kata Reno tadi. Reno mengucapkannya terlalu cepat dan sambil lalu menjauh dari Nawa.
'Try satya dan dasar darma. Uji nyali??? Auah pusing' batin Nawa. Dicobanya mencerna kata Reno tadi, tapi Nawa tidak juga paham. Digaruknya kepalanya yang tak terasa gatal. Sementara itu dari kejauhan terlihat sepasang mata yang dari tadi memperhatikan gerak - geriknya.
"Prit..... Prit.... Prittttttt" Tanda berkumpul. Semua siswa membawa barangnya untuk berkumpul. Instruksi pertama yang harus mereka lakukan yaitu mendirikan tenda. Satu tenda terdiri dari sembilan siswa. Tanpa berlama-lama mereka segera membangun tenda.
Dalam empat puluh menit , semua tenda sudah selesai didirikan. Terdapat 3 tenda cewek, 2 tenda cowok, 2 tenda penegak bantara dan satu tenda pembina. Tenda Nawa terletak dibagian pinggir, dilanjutkan dua tenda cewek, tenda pembina dan tenda anak cowok. semua berjajar membentuk huruf U.
***
Para siswa sedang sibuk menata peralatan mereka didalam tenda dan menyiapkan makan malam. Semua telah diberi tugas membawa peralatan yang dibutuhkan. seperti kompor gas portabel, panci, tikar, ember dan sapu mini. serta peralatan makan.
Di tenda Nawa berisi delapan orang siswa. Ketuju temannya yaitu Desi, Risa, dan wahyu teman sekelas Nawa, Anita, Mila, Nike, dan Tia kelas X-4.
Setelah menata tas dalam tenda dan membagi tempat tidur sesuai letak tas. mereka berbagi tugas. Nawa dan Desi sedang membuat parit kecil mengelilingi tenda. Agar air hujan tidak mengalir ke dalam tenda. Wahyu, nike dan anita sedang membuat mie instan. Sedang yang lain membersihkan bagian dalam.
Senja sudah nampak di ufuk barat. Hari sudah masuk waktu magrib. Terdengar suara adzan mengumandang bersautan. Para siswa sibuk mempersiapkan diri untuk menunaikan sholat. Begitu juga Nawa yang keluar dari tenda. Diambilnya ember hitam yang berisi piring kotor dan cairan pencuci piring beserta spon.
"Des, gue cuci piring sekalian wudhu ya."
"Oke, nanti aku nyusul," balas Desi.
"Eh sekalian bawain mukenaku" kata Nawa.
"Oke!"
Nawa segera memakai sandal dan menuju tempat air. Ada sebuah bambu besar panjang, dimana setiap ruasnya diberi lubang dan ditutup dengan batang bambu kecil yang diikat tali. Bambu kecil itu berfungsi sebagai penutup.
Tanpa banyak bicara Nawa mencuci tangan terlebih dahulu, lalu membasuh piring-piring kotor itu dengan sabun. Dilanjutkan membilas dan memasukkan lagi kedalam ember hitam. Segera dia berwudhu.
Usai berwudhu dia mengambil ember hitam disampingnya. Baru beberapa langkah Nawa berjalan, tiba-tiba ada siswa laki-laki yang berlari kearahnya, dan tanpa sengaja menyenggol bahu kanan Nawa. Ember dari tangannya lepas. Badanya terpelanting ke belakang. Dengan kaki kiri yang masih menginjak tanya dia mencoba menyeimbangkan badan agar tidak jatuh. Tapi Nawa hanya bisa pasrah, matanya terpejam, merasakan tubuhnya akan jatuh.
"Woi!!! Liat-liat dong"
"Woi!!!"
"Sori.... Gue kebelet"
Terdengar teriakan disekitar Nawa. Ia mengerjapkan matanya, berusaha kembali dari keterkejutan nya. Dia merasa ada sebuah lengan yang menahan tubuhnya. Seketika itu tubuh Nawa ditegakkan. Dia menengok kearah kanan, di lihatnya seorang cowok. Mata Nawa melotot tidak percaya akan penglihatannya.
"Kak Damar?!" pekik Nawa kaget. Seperkian detik dia hanya bisa bengong. Tatapannya terpaku.
"Kamu tidak terlukakan?" tanya Damar yang masih memegang pundak Nawa.
"Gak papa kak," ucap Nawa. Damar melepaskan tangannya. Dan tersenyum kearah Nawa.
"Dicek dulu. Mungkin ada yang sakit?" kata Damar.
Nawa mulai menggerakkan kakinya,hasilnya baik. Lalu ia menggerakkan bahu kanannya terasa sedikit nyeri, namun dia berusaha menutupinya. "beneran g papa kak" kata Nawa menyakinkan.
"Ya udah,kalo gitu aku duluan. Kamu hati-hati ya" kata Damar yang berlalu pergi.
"Terimakasih kak" ucap Nawa yang dibalas dengan lambaian tangan dari Damar.
Nawa mengatur nafas dan merapikan bajunya. Sekarang perasaannya menjadi tidak menentu, antara marah, kaget, malu dan senang. Senang karena yang menolongnya adalah cowok yang selama ini dikagumi. Nawa mengagumi Damar sejak pertama mengikuti ekstrakurikuler theater. Dia kagum akan keahlian Damar dalam berakting. Cowok tinggi kurus dengan potongan rambut spike itu selalu membuat Nawa salah tingkah.
Terdengar kasak kusuk dari siswa lain yang ada di tempat wudhu itu.
Nawa segera mengambil embernya yang tergeletak di atas tanah. Untung isinya tidak pecah. Namun saat mengangkat ember itu, rasa nyeri menjalar di bahu kanan Nawa. wajah Nawa langsung mengernyit menahan sakit. Dia hiraukan rasa itu dan segera membilas ulang. Lalu bergegas ke tempat sholat.
Di lihatnya Damar sudah sampai terlebih dahulu dan sedang mengerjakan sholat. Diambilnya mukena yang dibawa Desi. Segera ia sholat magrib.
'untung tidak banyak anak yang melihat insiden tadi. tak tau bagaimana wajahku tadi. Terasa sudah merah padam' batin Nawa.
"woi!!! ngelamun aja, awas kesambet" kata Desi mengagetkan Nawa.
"Kesambet hantu ganteng" balas Nawa
"ngarep Lo"
"hihihi" Nawa hanya tertawa kuda.
Mereka berdua segera kembali ke tenda. Sampai di depan tenda, ada Reno yang sudah menunggu. Reno langsung menghampiri Nawa.
"Wa kamu g papa?" sergap nya.
"Gak papa"
"Jangan bohong. Bahumu sakitkan?" tanya Reno sambil tangannya berusaha menyentuh bahu Nawa. Tapi Nawa segera menepis tangan itu dan memegang bahunya
"Sini! Q cuma periksa saja. Takutnya parah."
"Coba angkat tangan kananmu keatas" instruksi Reno yang diikuti Nawa mengangkat tangannya.
"Au..."pekik Nawa.
" Tu sakit gitu! Masih ngeyel bilang baik aja. Sini aku obati" kata Reno sambil mengeluarkan krim pereda nyeri otot.
"gak gue obati sendiri aja nanti" "Lo tau gue sakit dari siapa?" tanya Nawa.
"Dari Oni, orang yang nabrak Lo tadi" balas Reno sambil menyerahkan krim tersebut.
"O..... kirain dari siapa gitu" ucap Nawa dengan raut kecewa. Pikirnya Reno dikasih tau oleh Damar.
Reno melihat raut kecewa itu. Dia penasaran apa yang sebenarnya terjadi dengan Nawa tadi. Tadi dia hanya diberi tahu Oni kalo bahu Nawa sakit dan diberi krim tersebut.
"Ya udah, Gue balik ke tenda. Lo jaga diri baik-baik."
"Desi tolong nanti oleskan ya!" kata Reno yang ditujukan ke Desi.
Desi yang dari tadi hanya sebagai pendengar dan penonton hanya bisa berkata "ya, beres."
Desi langsung mengajak Nawa masuk tenda. Dia merasa penasaran atas pembicaraan mereka tadi.
"Lo tadi kenapa?" tanya Desi
"udah nanti Gue ceritain, sekarang tolong olesin ini dong ke bahuku" pinta Nawa.
Desi lalu mengoleskan krim ke bahu Nawa. Melihat hal itu teman-teman Nawa langsung mengerubunginya dan memberondong Nawa dengan banyak pertanyaan.
'masak sich si Oni tau kalo bahu gue sakit. padahal dia tadi langsung masuk kamar mandi.'
Nawa bertanya-tanya dalam hatinya. Ada sedikit rasa penasaran dan ketidak percayaan atas ucapan Reno tadi.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments